Bismillaah....
Pada bulan April lalu, dunia pertelevisian Indonesia diwarnai oleh pamer kekayaan yang dilakukan oleh dua artis, yang disiarkan oleh salah satu acara di televisi swasta. Akibatnya, stasiun TV tersebut ditegur oleh KPI dan KPI melarang semua stasiun TV menyiarkan tayangan pamer kekayaan yang dilakukan para artis. Alasannya, perbuatan tersebut mengajarkan paham hedonisme dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, yang memiliki masyarakat dengan perekonomian yang berbeda-beda.
Memang, teguran dan larangan KPI sungguh tepat untuk mengingatkan kita. Dalam agama Islam, kita dilarang untuk memamerkan kekayaan karena termasuk pada kesombongan, seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an:
“....Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS: An-Nisa’: 36)
Tentunya, kita teringat pada kisah Qarun pada zaman Nabi Musa alaihis salaam, dimana dahulu beliau adalah seorang yang miskin, dan karena karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia diberi kekayaan yang banyak sekali. Sayang, Setelah diberi kekayaan melimpah, dia berubah menjadi sombong dan mengaku hanya hasil kerja keras tanpa campur tangan Allah. Alhasil, dia diazab dengan ditenggelamkan ke bumi beserta hartanya.
Ini yang menjadi ibrah bagi kita semua, bahwa Allah Maha Kaya. Dan kekayaan yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah dan titipan dariNya, yang kapan saja jika Dia menghendaki, bisa mengambilnya kembali. Sesungguhnya, kita tidak bisa mengklaim kepemilikan harta secara pribadi karena semua apa yang ada di dunia ini, termasuk kita, adalah milik Allah.
Sekarang, pada berita tersebut, para artis tersebut melakukan pamer barang yang berharga fantasis. Misalnya pakaian berharga 18 juta, sepatu yang harganya 98 juta, perhiasan seharga lebih dari 1 Miliar, dan sebagainya.
Berdasarkan harga barang di atas, terjadi pemborosan dalam membelanjakan harta tersebut. Padahal, pada surat Al Isra’ ayat 26-27, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam firmanNya:
“....Dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Seungguhnya orang-orang pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya”
Artinya, kita dilarang membelanjakan harta secara berlebihan, terutama berbelanja barang dengan harga yang sangat mahal. Ingat, kadar pemberian rezeki seseorang berbeda-beda bagi setiap orang. Jadi, berlakulah bijak dalam membelanjakan harta sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada hari kiamat kelak, orang-orang kaya, yang memiliki kekayaan melimpah akan dihisab dengan sangat berat. Ini berkaitan dengan penggunaan harta tersebut selama di dunia. Jika penggunaan harta tersebut sesuai dengan aturan Allah, niscaya orang tersebut akan selamat sampai di surga. Begitu pula sebaliknya.
Pada Bulan Ramadhan, Kita Harus Berbuat Apa?
Berdasarkan fenomena di atas, pada bulan Ramadhan ini, kita dianjurkan untuk hidup sederhana. Kasus pamer harta dengan harga fantasis, yang tujuannya untuk pamer dan menunjukkan status seseorang, sudah jelas dilarang dalam agama Islam, sebagaimana yang saya jelaskan di atas.
Dan, dalam kehidupan sederhana, sudah dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Menurut yang saya baca di beberapa sumber, perabotan rumah beliau sangat sederhana, walaupun sebenarnya, beliau hidup berkecukupan.
Pada saat berpuasa, kita merasakan penderitaan yang sama dengan fakir miskin. Mereka adalah kaum yang secara ekonominya kurang, mau makan susah apalagi untuk sekedar mencari nafkah. Sebagai orang yang dikaruniai harta yang cukup, alangkah baiknya untuk saling berbagi dengan sesama, untuk meraih pahala yang melimpah di bulan suci Ramadhan. Bagaimana caranya?
Bersedekah: Harta yang kita miliki akan semakin berkah jika kita giat bersedekah. Selain itu, bersedekah dapat mendatangkan keajaiban bagi pelakunya, seperti mengubah takdir, menyembuhkan penyakit, melipatgandakan harta kita dan sebagainya, sekaligus sebagai bukti syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mukjizat bersedekah, tidak bisa dianggap berita bohong lho! Sudah banyak yang merasakan keajaiban bersedekah, seperti turunnya hujan di ladang milik petani yang suka bersedekah, melipatgandakan harta dan menjadikan usahanya sukses, bahkan saya sendiri selamat dari kecelakaan karena sebelumnya saya menyisihkan sebagian harta saya untuk berinfaq. Subhanallaah....
Berzakat: Pada bulan Ramadhan, ada sebuah kewajiban untuk mengeluarkan zakat yang disebut zakat fitrah. Pada umumnya (di Indonesia), zakat fitrah dibayarkan dengan beras sebanyak 2,5 kg atau diganti dengan uang sesuai dengan nilai harga beras tersebut. Perintah berzakat, sudah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an:
“Ambilkan zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka...”
(QS: At-Taubah: 103)
Setelah pada akhir bulan Ramadhan kita menunaikan zakat fitrah, di bulan selanjutnya, kita juga diwajibkan untuk membayar zakat yang disebut zakat mal, yang dibayarkan berdasarkan hisab dan haulnya. Jika tidak, harta yang dimiliki, akan berubah menjadi lempengan yang akan mengazab kita di akhirat kelak, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firmanNya:
“....Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih, (ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan pada neraka Jahannam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka, (seraya dikatakan) kepada mereka “inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu” (QS At-Taubah: 34-35)
Oleh karena itu, daripada kita pamer kekayaan, alangkah kita manfaatkan harta kita untuk berbagi dengan sesama. Berbagi itu indah lho, selain mempererat hubungan sosial, kesenjangan antara si kaya dengan si miskin, akan terhindarkan. Jadi si miskin tidak akan cemburu dengan kita yang dikaruniai kekayaan, iya gak?
Demikianlah yang saya sampaikan, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Sumber berita dan referensi: tribunnews.com, kapanlagi.com, rumahfiqih.com, buku Keajaiban Sedekah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H