Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan dan Fenomena Pamer Kekayaan

2 Juli 2015   08:56 Diperbarui: 10 September 2016   11:21 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillaah....

Pada bulan April lalu, dunia pertelevisian Indonesia diwarnai oleh pamer kekayaan yang dilakukan oleh dua artis, yang disiarkan oleh salah satu acara di televisi swasta. Akibatnya, stasiun TV tersebut ditegur oleh KPI dan KPI melarang semua stasiun TV menyiarkan tayangan pamer kekayaan yang dilakukan para artis. Alasannya, perbuatan tersebut mengajarkan paham hedonisme dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, yang memiliki masyarakat dengan perekonomian yang berbeda-beda.

Memang, teguran dan larangan KPI sungguh tepat untuk mengingatkan kita. Dalam agama Islam, kita dilarang untuk memamerkan kekayaan karena termasuk pada kesombongan, seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an:

“....Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS: An-Nisa’: 36)

Tentunya, kita teringat pada kisah Qarun pada zaman Nabi Musa alaihis salaam, dimana dahulu beliau adalah seorang yang miskin, dan karena karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia diberi kekayaan yang banyak sekali. Sayang, Setelah diberi kekayaan melimpah, dia berubah menjadi sombong dan mengaku hanya hasil kerja keras tanpa campur tangan Allah. Alhasil, dia diazab dengan ditenggelamkan ke bumi beserta hartanya.

Ini yang menjadi ibrah bagi kita semua, bahwa Allah Maha Kaya. Dan kekayaan yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah dan titipan dariNya, yang kapan saja jika Dia menghendaki, bisa mengambilnya kembali. Sesungguhnya, kita tidak bisa mengklaim kepemilikan harta secara pribadi karena semua apa yang ada di dunia ini, termasuk kita, adalah milik Allah.

Sekarang, pada berita tersebut, para artis tersebut melakukan pamer barang yang berharga fantasis. Misalnya pakaian berharga 18 juta, sepatu yang harganya 98 juta, perhiasan seharga lebih dari 1 Miliar, dan sebagainya.

Berdasarkan harga barang di atas, terjadi pemborosan dalam membelanjakan harta tersebut. Padahal, pada surat Al Isra’ ayat 26-27, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam firmanNya:

“....Dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Seungguhnya orang-orang pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya”

Artinya, kita dilarang membelanjakan harta secara berlebihan, terutama berbelanja barang dengan harga yang sangat mahal. Ingat, kadar pemberian rezeki seseorang berbeda-beda bagi setiap orang. Jadi, berlakulah bijak dalam membelanjakan harta sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada hari kiamat kelak, orang-orang kaya, yang memiliki kekayaan melimpah akan dihisab dengan sangat berat. Ini berkaitan dengan penggunaan harta tersebut selama di dunia. Jika penggunaan harta tersebut sesuai dengan aturan Allah, niscaya orang tersebut akan selamat sampai di surga. Begitu pula sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun