“Kami berangkat dahulu kak?Assalamu’alaikum.”aku dan teman-temanku pamit berangkat ke lapangan futsal.
“Hati-hati ya semua.”kak Hafsah melambaikan tangan.
*****
Cidera saat bermain sepak bola sering aku alami. Memang yang paling parah tiga bulan yang lalu sampai masuk UGD rumah sakit dan dijahit. Satu bulan setelah bermain sepak bola kembali, aku ada pertandingan antar desa dan cidera lagi. Kali ini lututku terkena tendang lawan main. Bukan main sakitnya sampai tidak berjalan, teman-temanku menghampiri dan mengantarkanku pulang. Lagi-lagi aku membuat panik bapak, ibu, dan kak Hafsah.
“Sesungguhnya aku tidak ingin seperti ini kak?”aku menunjukkan luka di lututku.
Cidera kali ini, bapak memanggilkan pak Kardi ahli pijat urat. Pak Kardi mengurut kakiku, aku berteriak sakit rasanya. Pak Kardi menyarankan 6 bulan aku berhenti dari aktivitas sepak bola.
“Apa...!!!!!, 6 bulan pak berhenti dari sepak bola?”Sedih rasanya.
“Sudah berhenti main sepak bola. Cidera terus seperti ini. Bapak tidak mengijinkan lagi sepak bola. Titik.” bapak marah dan melarangku bermain sepak bola lagi.
“Bapak, 6 bulan lagi ada turnamen. Aku harus ikut sudah didaftarkan, 6 bulan lagi kan sudah sembuh.” meminta ijin ayah,
Bapak pergi berlalu meninggalkanku. Memang sih aku yang salah yang kurang hati-hati. Bukan karena permainan sepak bola bukan karena 2 x 45 menit.
“Sudah..istirahat dahulu. Pulihkan dahulu kakinya. Kalau ada turnamen kita diskusikan lagi, yang penting sembuh dahulu.”Ibu menenangkanku.