“Di rumah sakit?kenapa?kecelakaan?ini kan masih jam sekolah?”kak Hafsah terdengar panik.
“Aku tidak bisa menjelaskan kak. Kak Hafsah kutunggu ya.”telpon kututup.
Lima belas menit kemudian kak Hafsah datang, panik mengahampiriku di UGD. Ternyata pecahan kaca itu melukai kaki ku dalamnya sampai 7 cm. Luka yang dalam, kakak perawat menjahit lukaku. Aku berteriak kesakitan. Kak Hafsah berusaha menenangkanku, meskipun dia terlihat panik. Dokter menyarankanku kontrol seminggu kemudian dan sementara berhenti dari aktivitas sepak bola.
Berhenti dari sepak bola, aduuuuh sedihnya. Tetapi keadaan kakiku memang belum memungkinkan. Sekitar tiga bulan aku berhenti dari sepak bola, rasanya kangen ingin mengejar bola lagi. Apalagi ada beberapa turnamen yang aku lewatkan, teman-temanku berpartisipasi tanpa aku.
*****
Tiga bulan tanpa si bundar....
Setelah tiga bulan berhenti, aku menerima tawaran teman-teman futsal untuk melatih otot kakiku. Dengan futsal setidaknya aku bisa mengobati rasa kangenku di sepak bola. Meskipun lapangannya tidak seluas sepak bola.
“Mau kemana sih De, kakak tanya nih? baru sembuh juga sepak bola lagi.”kak Hafsah menanyakanku lagi.
“Sebentar kak, sudah lama nih tidak bermain sepak bola. Kakiku rasanya kaku semua. Sebentar saja kok.”mencoba ijin ke kak Hafsah.
“Baiklah, yang penting dijaga tuh kaki. Jangan sampai kena pecahan kaca.”kak Hafsah mengingatkanku.
Teman-teman sudah menjemputku. Semua pamit ke kak Hafsah. Teman-temanku juga mengenal kak Hafsah, memang kak Hafsah orangnya supel mudah bergaul dengan siapa saja termasuk dengan teman-temanku.