Mohon tunggu...
Dewi Suryati
Dewi Suryati Mohon Tunggu... lainnya -

Bersamamu kulukiskan cinta, ku taburkan rasa dalm Kalam-KalamNya hingga ke syurga.\r\n(Announcer @t PRO1RRI sINTanG)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Berlabuh di Pintu Pagi (Rangkaian Cerpen Jelang OPQ)

3 September 2016   11:25 Diperbarui: 3 September 2016   11:49 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa ini, kenapa saya disini?"

Kaget sumpah 1000 x saat seorang lelaki berada disampingku.

"Mohon maaf sebelumnya, saya hanya menolong saja, tadi ketika bejalan-jalan saya dan sahabat saya serta bu Teguh melihat anda tergeletak diantara pematang sawah. Jadi saya putuskan untuk merebahkan anda disini, bu teguh mencari air minum ketetangga dan sahabat saya sedang mencari mobil untuk membawa anda, mohon jangan berfikir macam-macam dulu. Bukan saya yang menggendong anda kesini melainkan bu Teguh."

Hebat ni orang bisa juga baca fikiran saya, masalahnya nih ya takut banget, ya namanya juga jaman sekarang mampang mumpung, dimana ada kesempatan disitulah ada setan.

"Baiklah itu bu Teguh sudah datang, saya mohon pamit dulu kebetulan ada yang harus saya selesaikan, Assalamu'alikum warahmatullohi wabarokatuh."

"Wa'alikum salam" jawabku singkat.

Bu Teguh menjelaskan kalau saya pingsan, mungkin karena belum sarapan udah pans-panasan. Makalumlah punya penyakit maag yang lumayan juga kata dokter, ga boleh lapar harus langsung makan.

Oya, kok aku baru lihat ya orang itu, darimana, apa orang sini atau bukan ,ko putih banget ya, kok..., kok..., astagfirullah..., astagfirulloh..., maaf ya Allah jangan Engkau gelincirkan hati ini kejuram yang tak haq.

*****

Purnama menyanyikan kedahsyatan rasa, mencampurkan krimer hati. Tasbih dan tahmid kembali menyapa di relung tulang-tulang kesyukuran. Gemintang mengedipkan cinta beralaskan cakra angkasa, cinta terpautkan di buli-bulir darah.  Denyutnya membiaskan arahan yang terucpakan bilakah hadirnya cinta menyapaku, hingga gepalah usiaku kini...Bilakah engkau Robbi mengizinkah aku meniti samudra rasa dan berbagi dengannya, dengan kesempurnaan milik-Mu seutuhnya.

Berlalu sudah hari, secepat bulan berganti tahun, semua anugrah telah Engkau beri, pekerjaan, sahabat, dan lingkungan sungguh mengagumkan.Tapi Robbi apakah pengamen ini masih belum cukup bernyanyi untuk-Mu?,Apa Engkau masih merindukan nada-nada doaku, hingga sabarku sempurna. Belum cukupkah petikan nadiku yang terpanjatkan setiap sepertiga malamku?. Bukankah Engkau selalu mengabulkan doaku selama ini, tapi kenapa ketika aku brbicara hati Engkau masih saja tak bergeming?. Dimana labuhan hatiku?, kapan aku menemuinya?. Bisakah di percepat?, karena ya Robbi betapa banyaknya godaan syahwat yang menghancurkn azzam dan iltizam hatiku untuk selalu dekat dengaMu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun