(Drama Tiga Babak)
Teori Gastronomi Sastra
Gastronomi sastra pada awalnya dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan makanan, tidak terkait dengan karya sastra. Makanan sebagai komponen estetis dalam sastra disebut juga dengan kuliner. Gastronomi bersal dari bahasa Yunani kuno, yaitu gastronomia yang artinya aturan atau hukum tentang perut dan lambung. Masalah perut adalah masalah hidup dan mati bagi manusia, berkaitan dengan keperluan kehidupan (Endaswara, 2018).
Gastronomi sastra merupakan  cara pandang baru dalam pemahaman sastra yang menyangkut makanan, perut, lambung, kesehatan, dan obat obatan. Perkembangan gastronomi tidak hanya terkait dengan sastra, makanan dan saluran pencernaan, tetapi juga seni kontekstual seperti filsafat, sejarah, kesegaran tubuh, dan simbolisme kehidupan manusia.
Gastronomi sastra percaya bahwa makanan tidak hanya terlihat secara fisik tetapi juga secara metafisik. Dalam gastronomi sastra terdapat aliran gastrocritism yaitu ilmu yang mengarah pada etika dalam menghargai makanan (Endaswara, 2018).
Sambal merupakan makan yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, sambal sendiri memiliki berbagai macam antara lain sambal korek, sambal bawang, sambal matah, sambal trasi, dan masih banyak lagi. Sambal memiliki rasa yang pedas khas cabai rawit dengan campuran bawang merah.Â
Pada drama sambal keluarga ini menceritakan bagaimana sambal yang harus selalu ada di meja makan sebuah keluarga pada saat sarapan maupun makan malam. Keluarga tersebut terdiri dari Bapak, Ibu, Ayunda, Aku, dan Yu Sumi.Â
Sambal keluarga pada drama tersebut memiliki sebutan bermacam macam seperti sambal galak, sambal asal, sambal malas, dan sambal bahagia.Â
Penulis disini menjelaskan bahwa sambal pada drama ini memiliki posisi yang pertama di meja makan bahkan sambal tersebut ditunggu kedatangannya oleh keluarga tersebut. Bahkan sambal tersebut melebihi nasi dan lauk pauk lainnya yang merupakan makanan pokok sehari hari, akan tetapi ada sebagian orang yang tidak menyukai sambal.
Akan tetapi apabila salah satu dari keluarga tersebut memiliki masalah maka ia tidak antusias saat merebutkan sambal yang terdapat di cobek. Hal tersebut menjadi kebiasaan yang unik karena dengan melihat tingkah lakukan seseorang dimeja makan akan tahu jika orang tersebut memiliki masalah.Â
Disini lah sambal menimbulkan konflik yaitu dimana bisa tidaknya orang baru masuk kedalam bagian keluarga tersebut. Dimana sambal memiliki simbol pemersatu keluarga dimeja makan pada saat sarapan atau pun makan malam, akan tetapi berubah dipemikiran kelompok lain.Â
Tetapi hal tersebut berbeda apabila ada orang yang akan menjadi anggota keluarga memiliki persyaratan dan tidak banyak orang yang berhasil masuk kedalam keluarga tersebut. Siapapun orang atau tamu yang datang dan ikut makan dimeja makan tersbut tetapi tidak dianggap sebagai anggota keluarga maka sambal tidak akan dikeluarkan dan disajikan kepada tamu tersebut.Â
Bahkan Mas Rudi yang merupakan suami dari Ayunda tidak nyaman dan enggan untuk ikut serta pengujian untuk menyeleksi calon anggota keluarga baru.
Pada akhir cerita drama ini terdapat tokoh baru yaitu Dian yang merupakan pacar dari Aku. Tokoh aku disini merasa cemas dan tegang apakah sang pacar akan diterima oleh keluarganya atau tidak. Tokoh Dian disini juga merupakan tokoh yang muncul untuk mengakhiri dan mengoyahkan tahta Sambal Keluarga pada posisi pertama dalam keluarga tersebut. Dengan cara menambahkan kecap pada sambal yang akan ia makan tersebut.
"Dengan pelan dan pasti, aku mulai menyadari bahwa itu bukan sekadar perkara jenis sambal tertentu. Itu lebih rumit dari yang kami rasakan di lidah. Pertama, aku menandai itu ketika ayundaku pergi kuliah di luar kota. Tetap ada menu itu di sarapan kami bertiga, tapi tetap seperti tidak biasanya. Dan kami butuh waktu untuk menyesuaikan, dan kami tahu, itu adalah cara menyesuaikan, bukan idealnya."
Pada Kutipan tersebut dijelaskan bahwa sambal bukan sekedar jenis sambal tetapi lebih kebersaman ketika ia ditinggal ayundanya kuliah di luar kota, suasana di meja makan serasa kurang lengkap karena ada salah satu keluarganya yang tidak berada di meja makan tersebut.
"
Kali kedua ia membawa kekasihnya yang lain, ia pun mengalami hal serupa. Dan itu bukan hanya menimpanya, tetapi juga pernah menimpaku. Sekali menimpaku karena hanya sekali pula aku membawa pacarku pulang ke rumah. Semenjak itu, kami berdua harus berpikir berkali-kali kalau ingin membawa pacar kami pulang ke rumah.
Setelah mengalami ketiga kejadian itu, aku memberi nama sambal itu dengan nama sambal ujian, sementara ayundaku memberi nama sambal maut. Perubahan penyebutan itu hanya membuat kedua orangtuaku tersenyum ringan dan tetap tenang."
Pada kutipan dijelaskan ketika Ayunda membawa sang pacar pulang kerumah untuk dikenalkan kepada keluarganya, akan tetapi hal tersebut membuat malapetaka bagi Ayunda dan tokoh utama karena merasa sang pacar tidak bisa diterima untuk menjadi anggota keluarga tersebut. Dan semenjak kejadian itu tokoh utama menyebut sambal tersebut dengan sambal maut.Â
"Dua tahun yang lalu, akhirnya, satu orang lagi menjadi bagian dari keluarga kami. Mas Rudi, yang sekarang menjadi suami ayundaku, lolos dari pedas sambal maut.Â
Ketika pagi itu, ayundaku melihat sambal keluarga terhidang di atas cobek saat makan bersama, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia langsung memekik dan mencium ibu bapakku, dan merangkul Mas Rudi. Tentu saja Mas Rudi yang tidak tahu apa-apa hanya bengong."
Pada kutipan dijelaskan bahwa Mas Rudi yang tidak lain adalah suami Ayunda, ia lolos darinya pedasnya sambal maut tersebut. Dan ia diterima menjadi anggota keluarga tersebut, saat ini mereka dikarunia anak.Â
Akan tetapi ketika saat mereka akan sarapan pagi terdapat sambal keluarga yang terhidang di meja makan wajah ayunda kelihatan gembira, dan mas Rudi yang tidak mengetahui apa pun hanya bengong karena baru pertama ini ia mengetahui sifat ayunda ketika melihat sambal keluarga.
"Jantungku berdetak mengencang dan mengeras. Kusapu berkali-kali dan kuperiksa dengan seluruh perhatianku, tetap saja aku tidak menemukan satu menu yang paling kutunggu-tunggu. Tubuhku terasa ringan. Tapi aku berusaha tetap tenang, dan duduk di kursiku. Yu Sumi masih melakukan sesuatu di dapur, mungkin masih di sana.... Semoga....
Rasa tidak menentu juga kulihat di raut muka ayundaku. Mas Rudi, orang yang akhimya tahu tentang drama sarapan ini, setelah mengambil makanannya, keluar dari ruang pentas. Ia memberi alasan akan menyuapi putrinya di beranda. Tapi aku memaklumi, ia sedang tidak ingin mencampuri satu peristiwa yang mungkin tidak mengenakkan hatinya.
Sarapan dimulai. Tanganku gemetar, aku tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Berkali-kali, aku melihat ayundaku juga berusaha menghilangkan ketegangan dengan cara menarik napas dalam-dalam. Sementara ibu dan bapakku terlihat seperti biasa, tenang dan ramah. Dan Dian..., ia juga tenang."
Pada kutipan dijelaskan ketika tokoh aku membawa sang pacar pulang untuk diperkenalkan kepada keluarganya, ia merasa cemas dan gelisah. Dan ketika semua sudah berkumpul dimeja makan akan tetapi sang tokoh utama yaitu sambal keluarga belum dikeluarkan.
Dan tokoh aku disini berusaha menenangkan diri. Karena ia takut akan mengulangi hal yang sama dengan sebelumnya, apalagi ini menyangkut rahasia keluarga yang tidak diketahui oleh orang mana pun, yang mengetahui ini hanyalah keluarga inti dan Yu Sumi merupakan orang yang sudah bertahun tahun membantu Masak di rumah keluarga tersebut.
"Ibu: Mbak Dian, sambal... ini sambal keluarga kami.
Ayunda: Iya, Dian. Sambal ini enak sekali.
Ayundaku menimpali sambil tangannya mengeruk sambal dengan sendok dan menjatuhkan sambal itu di piringnya.
Aku yang begitu girang, masih berusaha menahan semuanya. Dadaku dipenuhi rasa syukur.
Dian: Iya, Bu... saya juga suka sambal ini. Saya sering membuatkan sambal ini untuk eyang kakung saya."
Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa tokoh Dian yang merupakan pacar dari tokoh utama, ia adalah orang pertama yang mengoyahkan tahta Sambal Keluarga tersebut.Â
Pada kutipan tersebut juga dijelaskan bahwa sambal tersebut adalah sambal Keluarganya yang katanya rasanya enak sekali padahal di balik itu semua terdapat  maksud yang tersembunyi yaitu tidak ada orang yang berani makan sambal tersebut karena setiap orang baru memakan sambal tersebut pasti terjadi malapetaka bagi orang tersebut.
"Napasku seperti berhenti. Aku melihat satu adegan ringan tapi tajam. Tangan Dian mengambil sebotol kecap, dengan pelan ia menuangkan kecap itu di atas sambal yang sudah berada di piring makannya. Dengan tenang ia berkata. Dian : Tapi saya paling suka kalau ditambah kecap."
Pada Kutipan tersebut dijelaskan bahwa tokoh Dian berhasil memecahkan tahta Sambal Keluarga pada posisi pertama, akan tetapi disini Dian menambahkan kecap pada sambal yang akan ia makan sehingga membuat bapak, Ibu dan semua yang ada di meja makan tersebut terdiam.Â
Karena mereka terkejut dengan apa yang dilakukan Dian. Akan tetapi mereka tersenyum dan mulai mengeluarkan kalimat kalimat guna mencairkan suasana, dengan begitu Dian akan tenang dan ikut menimpali pembicaraan dengan keluarga tersebut. Dengan demikian Dian merupakan orang pertama yang berhasil memecahkan tahta Sambal Keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H