The Big Short merupakan sebuah film lama karya Adam McKay yang mengulas kembali krisis subprime mortgage dari kacamata 3 manager investasi yang melihat adanya indikasi krisis sejak awal dan mengambil keuntungan dari hal tersebut, tayang pada tahun 2015. Dari film tersebut ada beberapa hal yang dapat dipetik mengenai penyebab krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007-2008 silam yang juga berdampak pada perekonomian global.
Krisis subprime mortgage merupakan sebuah krisis finansial yang berawal dari masalah kredit perumahan berkualitas rendah (subprime mortgage). Kredit perumahan semakin digandrungi ketika bank sentral menurunkan tingkat suku bunga yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan.
Di samping peningkatan pada kredit perumahan, terjadi pula peningkatan pada surat utang berbasis perumahan. Dianggap menguntungkan karena ditopang oleh pasar perumahan yang kuat dan stabil, surat utang menjadi salah satu instrumen investasi yang populer sejak kemunculannya. Karena itu, bermunculan pula berbagai macam produk surat utang beserta turunannya yang disebut dengan CDO.
Sampai disini, tujuan bank sentral tercapai, turunnya tingkat suku bunga yang mulai diterapkan pada tahun 2001 hingga tahun 2004 untuk memacu produktivitas dan meningkatkan pertumbuhan berhasil. Inovasi di bidang keuangan juga turut menjadi akselerator pertumbuhan. Namun seiring pertumbuhan yang meningkat, inflasi pun meningkat. Untuk mengendalikan kenaikan inflasi, maka tingkat suku bunga dinaikkan perlahan sejak tahun 2004.
Ada beberapa hal utama yang menyebabkan booming kredit perumahan ini menjadi bencana. Digambarkan dalam Big Short, beberapa hal tersebut dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi pelaku ekonomi dan dari sisi inovasi keuangan sebagai berikut.
Dari Sisi Pelaku Ekonomi
Kutipan dari Mark Twain bahwa 'Hal yang membawa kita dalam kesulitan bukanlah hal yang tidak kita ketahui, melainkan hal yang kita tahu pasti bahwa hal tersebut takkan menimbulkan kesulitan.' sebagai kutipan pembuka film serta gagasan Hyman Minsky tentang stabilitas merupakan penyebab dari instabilitas rasanya tepat untuk menggambarkan krisis 2008. Spekulasi justru muncul dalam kondisi perekonomian yang baik-baik saja.
Kondisi ekonomi yang stabil menciptakan rasa aman dan percaya diri bagi para pelaku ekonomi, mendorong perilaku spekulatif, kemudian mengarah pada ketidakstabilan hingga menyebabkan krisis.
Masyarakat
Penurunan tingkat suku bunga memicu maraknya kredit perumahan hingga refinancing di masyarakat. Tak hanya mengajukan kredit rumah, tetapi rumah hasil kredit tersebut dijaminkan kembali kepada bank untuk memperoleh pinjaman lainnya, artinya ada lebih dari satu pinjaman untuk satu properti.
Dalam film, hal ini digambarkan dalam wawancara dengan seorang penari yang melakukan refinancing terhadap 6 properti miliknya. Dengan melakukan hal tersebut, pembayaran uang muka untuk setiap properti menjadi lebih ringan.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya gelembung di pasar properti, dimana pasar perumahan pada saat itu ditopang oleh utang yang nilainya jauh di atas nilai rumah yang sesungguhnya, sehingga ketika terjadi peningkatan suku bunga yang mempengaruhi kemampuan bayar debitur, sektor properti dan perbankan akan terganggu.
Bank
Masalah yang timbul dimulai sejak pengajuan kredit. Pertama, masyarakat mengajukan kredit dengan pendapatan yang belum pasti. Kedua, broker perumahan mengejar keuntungan dengan menawarkan kredit dengan opsi bayar yang berisiko tinggi (ARM) tanpa memandang pada siapa mereka menawarkan serta dampak yang akan ditimbulkan.
Bonus besar yang didapat dari ARM menyebabkan opsi bayar ini lebih banyak ditawarkan kepada masyarakat daripada opsi lain dengan tingkat risiko lebih rendah. Berdasarkan film, besarnya bonus untuk satu aplikasi kredit ARM bisa mencapai lima kali lipat dari kredit dengan suku bunga tetap.
Ketiga, pihak bank terlalu longgar, bahkan dalam beberapa kasus, sekalipun kolom pendapatan dikosongkan, pengajuan kredit tetap diterima. Minimnya verifikasi pendapatan dari pihak bank ini menyebabkan debitur yang tidak memenuhi persyaratan dapat mengajukan pinjaman, sehingga pada akhirnya menyebabkan kerugian bagi banyak pihak termasuk bank sendiri.
Lembaga Pemeringkat
Setiap sekuritas yang terdaftar di bursa perlu memenuhi syarat-syarat tertentu terlebih dahulu untuk dapat diperjualbelikan, agar pembeli tahu bagaimana kualitas produk yang dibelinya. Hal ini menjadi tugas lembaga pemeringkat atau rating agency untuk memeriksa apakah sekuritas yang ditawarkan sebuah perusahaan baik atau tidak dan kemudian memberikan peringkat.
Yang terjadi pada krisis subprime mortgage Amerika Serikat tahun 2008 adalah terdapat ketidaksesuaian antara rating yang diberikan pada sekuritas dengan kualitas sekuritas yang sesungguhnya, lebih parah lagi proses pemberian rating didasarkan pada keuntungan ekonomi dan persaingan dengan kompetitor, sehingga rating yang diberikan tidak sesuai standar.
Kebijakan Pemerintah (dalam hal ini bank sentral AS)
Sedikit yang dapat digambarkan mengenai kebijakan pemerintah dalam film, bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berakhir dengan bencana yang diakibatkan upaya pengendalian laju inflasi yang tinggi melalui peningkatan tingkat suku bunga yang kemudian bertemu dengan harga properti yang tinggi, sehingga menyebabkan harga properti semakin melonjak dan terjadi gagal bayar. Hal ini berdampak parah terutama pada mereka yang memiliki kredit perumahan dengan adjustable rate.
Dari Sisi Inovasi Keuangan
Pada dasarnya inovasi di bidang keuangan dapat mempercepat booming ekonomi terjadi, konsekuensinya burst juga terjadi lebih cepat. Hal terpenting yang dilewatkan dalam krisis 2008 adalah sebaik apapun sistem atau inovasi dirancang, tanpa pengawasan yang baik, selama moral hazard tinggi, dampaknya akan tetap buruk.
Adjustable Rate Mortgage (ARM)Â
Adjustable Rate Mortgage (ARM) merupakan cara pembayaran kredit dengan tingkat suku bunga yang disesuaikan dengan tingkat suku bunga pada saat pembayaran, sehingga ketika tingkat suku bunga rendah, cicilan rendah, dan ketika tingkat suku bunga naik, cicilan ikut naik.
Dari sudut pandang penyedia kredit perumahan, opsi pembayaran ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat. Sayangnya, proses awal aplikasi kredit yang minim verifikasi bertemu dengan naiknya tingkat suku bunga yang diterapkan pemerintah, menyebabkan masyarakat dengan kredit ARM tak mampu membayar cicilannya.
Collateralized Debt Obligation (CDO)
Dalam konteks krisis yang digambarkan Big Short, lain hal dengan masyarakat yang gemar refinancing, lembaga-lembaga finansial gemar melakukan resekuritisasi.
Sekuritisasi sendiri dapat memberikan setidak-tidaknya manfaat bagi 2 pihak, yaitu bank atau lembaga finansial lain sebagai penyedia kredit perumahan sekaligus penerbit sekuritas dan pemegang sekuritas.
Pertama, bank sebagai penyedia kredit perumahan: sebagai contoh, ketika penyaluran kredit perumahan sudah mencapai batas, bank sudah kehabisan dana untuk disalurkan, sementara permintaan semakin tinggi, maka bank membutuhkan tambahan dana untuk memenuhi permintaan tersebut. Sehingga menerbitkan sekuritas (dalam hal ini surat utang) dapat menjadi solusi.
Dengan begitu bank memperoleh dana tambahan untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit perumahan. Sehingga penyaluran kredit perumahan bertambah, keuntungan yang diperoleh ikut bertambah.
Kedua, bagi pemegang sekuritas: sekuritas yang dijamin dengan gabungan kredit perumahan memberikan keuntungan yang berlipat bagi pemegang sekuritas. Selama pemilik kredit masih membayar cicilannya, keuntungan akan terus mengalir pada pemegang sekuritas.
Celakanya surat utang yang pembayarannya disandarkan pada kredit perumahan, disekuritisasi kembali menjadi CDO. Diceritakan pula dalam film, hasil sekuritisasi tersebut disekuritisasi kembali menjadi CDO sintetik, yang keseluruhannya disandarkan pada hal yang sama, yaitu kredit perumahan.
Ini merupakan gelembung kedua setelah gelembung pertama yang terjadi di sektor riil. Kerugian yang diakibatkan CDO jauh lebih besar dari kerugian di pasar perumahan sendiri.
Pada akhirnya, ARM dan CDO yang bertemu dengan kebijakan pemerintah, serta didukung perilaku para pelaku ekonomi tanpa disadari telah menjadi infrastruktur penyebab terjadinya krisis 2008.
Kronologi Sederhana
Suku bunga rendah (2001) -> aktivitas pasar properti tinggi, harga semakin tinggi, spekulasi-> suku bunga naik (2004) -> cicilan properti tinggi -> gagal bayar -> properti baru tak terjual, properti hasil sitaan bank dilempar ke pasar, tidak ada pembeli -> harga properti jatuh -> pasar properti dan finansial terpuruk: KRISIS
Referensi:
- Big Short (2015)
- Bencana Finansial (2008)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H