Mohon tunggu...
Dew
Dew Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa.

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bank Keliling, Meringankan atau Candu?

18 Desember 2020   18:31 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:19 7470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah membutuhkan uang mendesak tapi sulit menemukan seseorang yang bersedia meminjamkan. Mengajukan pinjaman ke bank tentu butuh jaminan serta banyak persyaratan lainnya yang harus dipenuhi, belum lagi harus ada proses verifikasi ke tempat tinggal peminjam untuk memastikan alamat dan kegiatan usaha yang dijalankan.

Menggadaikan barang pun rasanya terlalu rumit, harus mengecek kelengkapan surat-surat, dan terkadang merasa sayang karena barang yang digadaikan masih sering digunakan dalam keseharian.

Menjawab segala kerumitan tersebut, bank keliling punya inovasi sendiri, yaitu jemput bola mendatangi rumah-rumah calon nasabah, menawarkan pinjaman dengan bunga yang cenderung lebih tinggi dari bank konvensional pada umumnya namun dengan persyaratan yang jauh lebih ringan, ditambah lagi, debitur tak perlu pergi ke bank, pegadaian, leasing, atau semacamnya, tak perlu mengeluarkan ongkos bensin, transaksi bisa dilakukan di teras rumah, persyaratan mudah, kebutuhan mendesak terpenuhi seketika.

 Kemudahan tersebut menjadikan bank keliling idola bagi ibu-ibu di perkampungan dan pinggiran kota. Kehadirannya sebagai ‘penyedia uang darurat’ disambut baik oleh masyarakat yang membutuhkan.

Alasan yang lumrah di masyarakat ketika mengajukan pinjaman di antaranya adalah untuk membeli pupuk serta perlengkapan pertanian, menambah modal usaha, sampai pada kebutuhan konsumtif.

Alasan untuk kebutuhan konsumtif biasanya terjadi pada masyarakat yang terlambat mendapatkan upah/gaji dari pekerjaannya atau untuk memenuhi kebutuhan mendesak lain seperti kebutuhan sekolah anak yang tak terduga.

Syarat Mengajukan Pinjaman

Syarat yang diperlukan untuk mengajukan pinjaman tergolong mudah, hanya dengan menyertakan fotokopi kartu identitas, uang pun cair. Tentu saja untuk jumlah yang lebih besar, diperlukan persyaratan tambahan seperti kartu identitas dan tanda tangan kepala keluarga serta kartu keluarga.

Meskipun tingkat suku bunga yang ditawarkan bank keliling cenderung tinggi yaitu mencapai 10% sampai 25% serta adanya biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah dari beberapa bank keliling, tidak menjadi halangan bagi calon debitur untuk mengajukan pinjaman. Proses yang mudah dan cepat menjadi nilai tambah bagi bank keliling untuk memenangkan hati nasabah.

Dalam satu minggu pada satu wilayah, petugas bank keliling yang datang bisa mencapai 3 sampai 4 orang, termasuk di dalamnya petugas bank keliling harian, mingguan, maupun 2 mingguan. Karena intensitas yang begitu sering dan tak sedikit ini, sudah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat untuk memiliki lebih dari satu pinjaman bank keliling.

Karena intensitas ini pula, masyarakat tak jarang mengandalkan pinjaman pada bank keliling yang satu untuk membayar angsuran pada bank keliling yang lain, yang pada akhirnya malah menjadi siklus tersendiri. Seolah-olah kehadiran bank keliling yang menjamur di tengah masyarakat adalah untuk menutupi tagihan bank keliling antara satu dan yang lain. Kredit bank C, bayar bank B, kredit bank B, bayar bank A. Gali lubang tutup lubang.

Kegiatan meminjam pada bank keliling yang tidak sehat seperti ini dikhawatirkan menjadi habituasi dan pada akhirnya menimbulkan ketergantungan masyarakat pada bank keliling.

Pengalaman Nasabah Bank Keliling

Salah satu nasabah bank keliling mengaku mulai meminjam pada bank keliling sejak tahun 2015, dan hingga saat ini masih memiliki kewajiban angsuran terhadap bank keliling, meskipun dengan bank keliling yang berbeda. Menurutnya meminjam pada bank keliling membawa kemudahan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di tengah pendapatannya yang tidak menentu sebagai pengusaha warung dan suami buruh harian lepas. Biasanya ia meminjam untuk menambah modal usaha warungnya, tetapi lebih banyak ia gunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Selain terbantu dengan pinjaman bank keliling, ada pula hal-hal tidak menyenangkan yang dialaminya selama menjadi nasabah yaitu ketika rekan ‘kumpulan’nya tidak membayar angsuran atau kekurangan, sehingga satu kelompok harus tanggung renteng menanggulangi jumlah kekurangannya.

Ada pula petugas bank keliling yang cukup ketat dan tidak menolerir keterlambatan, sehingga terkadang ketika uang cicilannya belum terkumpul, ia harus bersembunyi di dalam rumah atau pergi ke luar rumah untuk menghindari penagihan.

Perihal meminjam dari bank keliling yang satu untuk menanggulangi angsuran terhadap bank keliling yang lain, ia juga melakukan praktik tersebut, dan memang melelahkan, akunya.

Hal tidak menyenangkan lain datang dari nasabah yang berbeda. Ia pernah meminjamkan identitasnya untuk meminjam uang pada bank keliling. Dengan iming-iming diberi bagian, ia pun mengiakan, karena memang sedang membutuhkan.

Karena telah memiliki catatan pinjaman pada bank keliling A, dan waktu anggusan masih terbilang lama, serta opsi untuk mengajukan pinjaman pada bank keliling lain sudah dilakukan sebelumnya, sementara kebutuhan tak bisa menunggu, menyebabkan masyarakat bertindak ‘nakal’ dengan mengajukan pinjaman menggunakan identitas orang lain.

Pada awalnya, empat sampai lima angsuran pertama berjalan lancar, di pertengahan ia mulai bersembunyi menghindari penangih. Selain itu terjadi pula beberapa kali perbedaan hitungan antara pihak bank keliling dan pihak peminjam, menurut petugas tersisa 9 kali angsuran sementara menurut si peminjam tersisa 5 kali angsuran, sehingga pada akhirnya ia justru harus menomboki kekurangannya.

Proses yang mudah dan cepat, serta persyaratan yang ringan mungkin menjadi excitement tersendiri bagi masyarakat, namun bukan berarti tanpa risiko. Verifikasi yang kurang detail dan teliti dari petugas dapat menyebabkan kerugian pada kedua belah pihak, baik pihak bank keliling maupun nasabah.

Fenomena seperti ini terkadang diketahui oleh petugas, namun petugas lebih memilih untuk tutup mata. Selama angsuran berjalan lancar dan tak kekurangan, maka everything is fine.

Hal lain yang ditawarkan bank keliling agar tidak kehilangan nasabah adalah menaikkan jumlah pokok pinjaman pada pinjaman berikutnya. Seringkali ketika menjelang akhir masa pinjaman, masyarakat 'dirayu' untuk mengajukan kredit kembali dengan alasan jika libur meminjam, maka akan sulit untuk mengajukan pinjaman di lain waktu. Pada akhirnya, dengan mempertimbangkan kebutuhan di masa mendatang yang sebenarnya belum pasti, masyarakat pun terbuai rayuan tersebut.

Dalam jangka pendek, kehadiran bank keliling memang meringankan beban masyarakat dan sangat membantu dalam keadaan mendesak, hanya saja diperlukan kebijaksanaan dari masyarakat agar tidak menjadikan bank keliling sebagai jawaban atas segala permasalah keuangan yang ada, sehingga ketergantungan yang berlebihan tidak terjadi, dan perilaku pinjam-meminjam yang tidak sehat seperti di atas dapat dihindari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun