Bahasa Indonesianya cukup lancar, ujar hatiku.
"Kamu bisa bahasa Indonesia? Wow...I thought you couldn't -just forget it", seruku seraya tersenyum tak melanjutkan kata-kataku. Keburukanku adalah tidak bisa menyembunyikan rasa kalau memang sedang senang. Sampai terkadang itu menjadi hal yang aneh untuk ku sendiri.
"Ya, aku pernah belajar itu", lanjutnya tersenyum simpul. Aku lihat Christopher  mengambil sesuatu di tasnya yang kemudian dia letakan di atas meja. Sebuah buku dengan cover yang sangat tebal dan berwana biru tua.
"Â I'm sorry, I didn't attend the class last week because of my personal reason" lanjutnya .
"Don't...just don't say sorry to me", ujarku mencoba tersenyum aneh. Kenapa dia harus bilang maaf padaku kalau dia tidak datang ke  kelas minggu lalu.
 "Apa yang sedang kau baca, Nina?", tanyanya sambil mencoba mendongak ke arah tumpukan buku-buku yang sedang aku baca.
 "Oh ini tugas dari Professor kita. Mr.Sparrow", jawabku.
 " Buku apa itu ?" selidikku sambil menunjuk buku yang dikeluarkan Chris.
 "Oh, ini salah satu buku kuno, aku rasa usia buku ini sudah seabad lebih", ujarnya sambil memperlihatkannya padaku.
 "Jadi, sudah berapa lama kamu tinggal di sini Chris.. di Indonesia?", tanyaku penasaran. Tidak terlalu tertarik pada buku yang ditunjukan oleh Chris.
 "Beberapa bulan yang lalu. Ayah dan ibuku adalah Arkeolog, mereka banyak melakukan traveling dari satu negara ke negara lain dan sekarang, aku di sini, di depanmu Nina", jawabnya sambil menyeringai, terlihat Gigi putihnya berbaris rapih.