"Dicuci otak?" Leon mengeryitkan dahinya.
"Ya-dicuci otak. Dan saya pun mengalaminya. Sempat dicuci otak oleh para medis, atas perintah Kapten Hodi."
"Lalu...?"
"Sangat dilematis, untuk tetap bertahan di negeri itu, khususnya dalam kastil milik Kapten Hodi. Seandainya saya menjadi tawanan, dan otak kanan saya dikuras habis, artinya saya tidak akan bisa kembali ke sini, karena bayangan tentang Negeri Imaji akan hilang."
"Hmm-lalu, apa yang Anda lakukan, saat itu?"
"Saya terpaksa mengerahkan segala kemampuan dalam mengunakan otak kanan, untuk membayangkan; data-data; angka-angka; dan logika, sehingga dapat memanipulasi pikiran, bahwa saya hanya mempunyai otak kiri sepenuhnya, sebanyak 100%."
"Wow..." Leon bertepuk tangan.
"Tetapi maaf, saya telah gagal. Namun, saya berharap bisa kembali ke sana, untuk mencari para wisatawan yang hilang."
"Itu artinya; yang akan kita hadapi sekarang adalah Kapten Hodi dan juga Sir Dido Dadu," Leon berkata sambil memegang dagu.
"Yup..." Poetry mengiyakan-kemudian matanya menerawang-membayangkan betapa rumitnya memecahkan teka-teki untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan;Â 'Di manakah gerangan para wisatawan yang hilang?'
"Baiklah, besok kita lanjutkan lagi membicarakan hal ini. Kita cari jalan keluar bersama," Leon kemudian mengakhiri rapat singkat sore itu.