Coffee Shop's Bandara Shien
Poetry, menyeruput choco latte yang masih tersisa-setengah cangkir-hingga habis.
Pesawat yang akan ditumpanginya dijadwalkan akan take off, kurang lebih satu jam dari sekarang. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.07 waktu setempat.
Poetry, kembali ke Negeri Imaji, dengan kegagalan misi; menyelidiki keterlibatan Kapten Hodi, terhadap hilangnya beberapa warga-Negeri Imaji-yang tengah berlibur.
'Hampir saja, aku dapat membongkar dugaan kejahatan-yang mungkin-dilakukan Kapten Hodi,' pikirnya. Hanya saja, Poetry terlanjur diserahkan oleh Kapten Hodi-kepada pihak berwajib Negeri Rasion-dan langsung dideportasi.
Andai saja-saat itu-Poetry tidak keburu diperiksa otaknya, mungkin bisa dengan leluasa, menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi, di laboratorium-ruang bawah tanah-kastil milik Kapten Hodi.
Pesawat yang ditumpanginya, akhirnya take off, tepat pada pukul 12.00 waktu setempat. Kemudian meninggalkan Bandara Shien, dengan tujuan Negeri Imaji.
Dalam perjalanan udara siang itu, Poetry masih berpikir keras, bagaimana caranya-dapat kembali ke negeri Rasion-untuk menyelesaikan misinya.
Bandara Nauvel
Lima menit lagi, pesawat yang ditumpanginya, akan landing di Bandara Nauvel. Poetry bersiap turun dari pesawat, untuk kembali menghirup udara yang penuh kegembiraan dan keindahan di negaranya sendiri.
Setelah pesawat benar-benar berhenti, Poetry berdiri dan antri-untuk turun dari dalam pesawat-bersama para penumpang lainnya. Kemudian memasuki sebuah pintu khusus-yang hanya dalam hitungan kurang dari 2 detik-langsung membawa para penumpang ke dalam ruang kedatangan. Tanpa harus berjalan atau menumpang bis, seperti-yang dilakukan manusia-pada jaman nenek moyang mereka dulu.
Di ruang kedatangan, Poetry dijemput oleh seorang pria bernama Leon, Ketua BINJI (Badan Intelijen Negeri Imaji) yang menugaskan Poetry, menyelidiki hilangnya para wisatawan-yang sedang berlibur-ke Negeri Rasion.