Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Stress Management, Agar Kinerja Tetap Optimal

5 Mei 2024   20:50 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:01 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa dari K-Ners yang sering mendengar kata burnout? Atau malah pernah mengalami burnout?

Perasaan umum kelelahan yang berkembang ketika individu secara simultan mengalami terlalu banyak tekanan dan memiliki terlalu sedikit sumber kepuasan disebut burnout. Siapakah orang yang paling mudah terkena burnout? Mereka dengan aspirasi tinggi dan motivasi kuat untuk menyelesaikan pekerjaan adalah kandidat utama untuk burnout dalam kondisi tertentu.

Ada tiga kelompok hasil dari stres, yaitu:

Pertama, behavior yang mencakup masalah satisfaction (kepuasan), performance (kinerja), absenteeism (ketidakhadiran), turnover (pergantian), accidents (kecelakaan), substance abuse (penyalahgunaan), dan health care claims (tuntut perhatian kesehatan).

Kedua, cognitive mencakup poor decision making (pengambilan keputusan buruk), lack of concentration (kurangnya konsentrasi), forgetfulness (pelupa), frustration (frustrasi), dan apathy (kelesuan).

Ketiga, psychological mencakup increased blood pressure (meningkatkan tekanan darah), high cholesterol (kolesterol tinggi), coronary heart disease (sakit jantung koroner).

Tidak main-main kan? Hasil dari stres bisa membuat seseorang menurun kinerjanya. Bahkan ada gangguan penyakit yang disebabkan stres. Organisasi / perusahaan tentunya sangat dirugikan apabila memiliki pekerja yang mengalami stres.

Orang yang memiliki ketahanan atau internal locus of control cenderung komitmennya kuat pada aktivitas dalam hidup mereka dan melihat perubahan sebagai peluang untuk kemajuan dan pertumbuhan. Orang yang  optimistik cenderung dapat mengelola stres dengan lebih baik, mereka dapat lebih melihat karakteristik situasi dan mengenal bahwa sesuatu dapat diperbaiki.

Pencegahan stres tentu saja harus dilakukan oleh manajemen sebuah organisasi / perusahaan. Manajer cerdik tidak pernah mengabaikan masalah pergantian dan ketidakhadiran, penyalahgunaan obat di tempat kerja, penurunan kinerja, pekerja bermusuhan dan suka berkelahi, menurunya kualitas kerja, atau tanda bahwa tujuan kinerja organisasi / perusahaan tidak tercapai.

Manajer efektif memandang kejadian tersebut sebagai gejala dan melihatnya sebagai sesuatu di luar mereka dengan mengidentifikasi dan mengoreksi penyebab tersebut.

Ada empat langkah yang dapat dilakukan dalam manajemen stres, yaitu assessment, reducing stressors,  providing resources, dan reducing strains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun