Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Stress Management, Agar Kinerja Tetap Optimal

5 Mei 2024   20:50 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:01 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cara untuk menghindari stres adalah melakukan kegiatan yang santai agar kembali semangat. Sumber gambar dokumen pribadi.

Pada umumnya di antara kita mempunya tingkat resistensi normal terhadap kejadian yang membuat stres. Ada yang dapat sangat toleran, sedangkan lainnya agak kurang. Kita mempunyai ambang batas di mana stres mulai mempengaruhi.

Banyak orang berpikir bahwa stres adalah sebagai  masalah sederhana. Ternyata tidak demikian. Pada kenyataannya stres sangat komplek dan dapat mengurangi kinerja kita di dalam organisasi / perusahaan tempat bekerja. Bagi pekerja stres dapat dijelaskan sebagai perasaan tegang, cemas, atau kekhawatiran. Stres bukan hanya sekedar respon terhadap stressor, tetapi sebuah konsekuensi dari interaksi antara kondisi stimulus dan kecenderungan individual dalam merespon dengan cara tertentu.

Oya ... Ada yang menyangka bahwa sumber stres itu pasti sesuatu yang buruk. Tidak begitu loh! Ketika kita mendapat bonus dan kemudian harus memutuskan apa yang harus dilakukan, itu pun bisa membuat stres.

Pekan lalu, aku berdiskusi dengan mahasiswa bimbingan tugas akhir yang ingin mengambil topik tentang turnover dan burnout di sebuah pabrik pembuatan jaring. Sebelumnya mahasiswa semester 8 ini telah melakukan magang di perusahaan tersebut selama 4 bulan untuk memenuhi program kurikulum merdeka yang dijalankan oleh perguruan tinggi.

Aku bertanya, "Masalah apa yang menyebabkan para pekerja itu ingin keluar dari perusahaan? Sudah berapa lama mereka bekerja di sana?" Selain itu aku juga menggali informasi dari mahasiswa tentang latar belakang perusahaan dan data jumlah pekerja yang keluar dan mengalami burnout. Tak lupa aku akan meminta mahasiswa untuk membaca jurnal ilmiah dengan topik yang sesuai, kemudian mahasiswa melakukan review dan membuat tabulasi untuk mengetahui apa hasil penelitian tersebut.

Ya ... Ternyata salah satu penyebab pekerja tidak hadir bahkan berhenti bekerja adalah tingkat stres yang tinggi.

Senang bisa melakukan diskusi pada awal penyusunan proposal penelitian karena dosen pastinya akan terlibat dari awal hingga akhir. Hasil tugas akhir yang baik akan dipilih untuk masuk dalam jurnal ilmiah terakreditasi nasional. 

Mari kita kembali kepada pembahasan tentang stres. 

Hindrance stressor atau tuntutan sangat menimbulkan stres adalah orang cenderung merasa bahwa penghambat kemajuan mereka adalah pencapaian tujuan personal. Hindrance stressor kebanyakan sering memicu emosi negatif seperti kegelisahan dan kemarahan.

Sebaliknya, challenge stressor atau tuntutan yang sangat menimbulkan stres adalah di mana orang cenderung merasa sebagai peluang untuk pembelajaran, pertumbuhan, dan pencapaian. Meskipun challenge stressor dapat menjadi melelahkan, sering memicu emosi positif seperti kebanggan dan antusiasme.

Siapa dari K-Ners yang sering mendengar kata burnout? Atau malah pernah mengalami burnout?

Perasaan umum kelelahan yang berkembang ketika individu secara simultan mengalami terlalu banyak tekanan dan memiliki terlalu sedikit sumber kepuasan disebut burnout. Siapakah orang yang paling mudah terkena burnout? Mereka dengan aspirasi tinggi dan motivasi kuat untuk menyelesaikan pekerjaan adalah kandidat utama untuk burnout dalam kondisi tertentu.

Ada tiga kelompok hasil dari stres, yaitu:

Pertama, behavior yang mencakup masalah satisfaction (kepuasan), performance (kinerja), absenteeism (ketidakhadiran), turnover (pergantian), accidents (kecelakaan), substance abuse (penyalahgunaan), dan health care claims (tuntut perhatian kesehatan).

Kedua, cognitive mencakup poor decision making (pengambilan keputusan buruk), lack of concentration (kurangnya konsentrasi), forgetfulness (pelupa), frustration (frustrasi), dan apathy (kelesuan).

Ketiga, psychological mencakup increased blood pressure (meningkatkan tekanan darah), high cholesterol (kolesterol tinggi), coronary heart disease (sakit jantung koroner).

Tidak main-main kan? Hasil dari stres bisa membuat seseorang menurun kinerjanya. Bahkan ada gangguan penyakit yang disebabkan stres. Organisasi / perusahaan tentunya sangat dirugikan apabila memiliki pekerja yang mengalami stres.

Orang yang memiliki ketahanan atau internal locus of control cenderung komitmennya kuat pada aktivitas dalam hidup mereka dan melihat perubahan sebagai peluang untuk kemajuan dan pertumbuhan. Orang yang  optimistik cenderung dapat mengelola stres dengan lebih baik, mereka dapat lebih melihat karakteristik situasi dan mengenal bahwa sesuatu dapat diperbaiki.

Pencegahan stres tentu saja harus dilakukan oleh manajemen sebuah organisasi / perusahaan. Manajer cerdik tidak pernah mengabaikan masalah pergantian dan ketidakhadiran, penyalahgunaan obat di tempat kerja, penurunan kinerja, pekerja bermusuhan dan suka berkelahi, menurunya kualitas kerja, atau tanda bahwa tujuan kinerja organisasi / perusahaan tidak tercapai.

Manajer efektif memandang kejadian tersebut sebagai gejala dan melihatnya sebagai sesuatu di luar mereka dengan mengidentifikasi dan mengoreksi penyebab tersebut.

Ada empat langkah yang dapat dilakukan dalam manajemen stres, yaitu assessment, reducing stressors,  providing resources, dan reducing strains.

Pertama, assessment merupakan langkah pertama untuk mengelola stres dengan menilai atau mengukur tingkat dan sumber stres di tempat kerja.

Kedua, reducing stressors adalah mempertimbangkan tindakan dalam mengelola stres seperti mengurangi atau menghilangkan  tuntutan yang menimbulkan stres. Bisa juga dengan memberi pekerja peluang mengambil cuti.

Ketiga, providing resources seperti melakukan training intervention untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan. Selain itu dilakukan juga supportive practices yang membantu pekerja mengelola dan menyeimbangkan tuntutan yang timbul dalam peran berbeda yang mereka miliki.

Keempat, reducing strains adalah menjalankan penurunan ketegangan melalui pelatihan relaxation techniques, cognitive behavior technique, dan health and wellness programs.

Semoga dengan menjalankan empat langkat tersebut, pekerja tidak lagi mengalami stres yang berakibat terganggunya keberhasilan organisasi / perusahaan dalam mencapai tujuannya. Intinya stres dapat dicegah dan dikendalikan sepanjang baik individu sumber daya manusia sendiri maupun organisasi / perusahaan menjalankan langkah yang tepat.

Salam sukses dan selalu semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun