Teringat ayat-ayat di awal surah Al-Mulk, manusia diingatkan hendaknya tidak membatasi pandangannya sebatas fisik sebuah keindahan pemandangan. Semisal saat aku menikmati indahnya pemandangan gunung, bukit, danau, sungai, air terjun, laut, pantai, pepohonan, bunga, dan sebagainya. Indahnya langit biru cerah yang berhias awan putih di siang hari. Cantiknya langit diwarnai semburat warna jingga berpadu dengan hijaunya hamparan sawah dan siluet gunung. Atau kala langit gelap gulita yang ditemani kerlip bintang dan sinar rembulan. Tidak melulu melahirkan rasa kagum.
Cobalah untuk menatapnya dengan landasan keimanan sehingga di samping perasaan takjub, juga bisa mempertebal keyakinan akan kekuasaan Allah yang lalu diikuti dengan bertambahnya semangat ketaatan kepada aturan-aturan Allah.Â
Bintang hanya akan terlihat menghiasi langit apabila gelap. Semakin gelap semakin indah bukan? Demikian pula amalan seseorang, semakin gelap dari mata makhluk meski dikerjakan dalam terang, maka semakin indah dan tampak terang sinarnya. Itulah mengapa? Allah sangat menyukai seseorang yang melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam saat sebagian besar orang terlelap, nyenyak tidur.
Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemaaf adalah pemilik tunggal segala macam kekuasaan di alam raya. Manusia yang berkuasa di muka bumi, apakah kekuasaan berupa jabatan, harta, maupun ilmu pengetahuan, atau lainnya sifatnya hanyalah sementara dan terbatas. Semua kekuasaan manusia tersebut tunduk kepada qudrah dan iradah Allah. Dia menciptakan semua makhluk-Nya dengan sebaik-baiknya, dan masing-masing mempunyai kadar (potensi) yang berbeda.
Itulah sebabnya, aku berusaha mengajak anak-anakku untuk sering melakukan perjalanan di alam bebas. Mereka bisa menyaksikan dengan mata dan hati betapa Allah sungguh-sungguh benar firman-Nya dalam ayat-ayat kauniah yang terbentang nyata.Â
Allah menjelaskan bahwa hikmah dan tujuan dari adanya penciptaan lalu dibangkitkan (setelah dimatikan) adalah pemberian ganjaran pahala bagi orang yang berbuat kebajikan dan balasan siksa terhadap orang yang berbuat keburukan. "Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." (QS. An-Najm:31).
Seringkali soal kekuasaan identik dengan hal-hal kotor dan zalim, padahal sebenarnya, kekuasaan hanya bisa dikendalikan dengan kesucian. Hal-hal duniawi, harta dan tahta, hanya akan memberikan kebahagiaan dan kebijaksanaan kepada manusia apabila tampak di tangan, bukan di hati. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 1-2, "Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia  Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H