Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Renungan Pagi di Dieng Plateau, Tentang Penciptaan Langit

22 Januari 2024   14:29 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:13 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Dieng pagi hari jelang matahari terbit. Tampak Bukit Sikunir di kejauhan. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kisah perjalananku di Dieng Plateau. Tidak hanya jalan-jalan ... Namun, aku menemukan banyak hikmah yang dapat dijadikan bahan renungan.

Dini hari, aku terbangun karena selimut tipis bergeser hingga jatuh ke lantai. Kalau di Jakarta sih tak apa-apa ... Tapi ini kawasan Dataran Tinggi Dieng akhir tahun yang super dingin. Negeri di atas awan, begitulah julukan untuk Dieng Plateau. Aku coba cek di layar HP, tertulis 12 derajat celcius. Masyaallah ... Sungguh nikmat rasanya menggigil kedinginan. Tempatku menginap ini berada di Desa Sembungan, dekat dengan Bukit Sikunir dan Telaga Cebong sebuah kawah purba seluas 12 hektar. Desa ini dinobatkan sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa berkisar 2.300 m.dpl.

Aku paksakan untuk turun dari ranjang dan menuju kamar mandi, mengambil air wudhu. Ini kesempatan emas yang dihadiahkan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia, agar hamba-Nya bersujud. Allah Maha Sempurna dalam segala ciptaan-Nya. Tidak ada seorang pun yang sanggup menemukan celah kekurangan di dalam penciptaan-Nya. Jika celah kekurangan sekecil apa pun, niscaya kehidupan ini menjadi hilang keseimbangan dan keharmonisannya yang berujung pada kebinasaan semua makhluk. Lain halnya manusia yang kemampuannya sangat lemah dan terbatas.

Kemarin sore, aku bersama Teteh, si bungsu yang hobi menjelajah alam tiba di Dieng Plateau. Kabut tebal menyambut kedatangan kami. Waaahhh ... Sungguh luar biasa pemandangannya serba putih, hingga jarak pandang tidak lebih dari 2 meter. Semula aku yang menyetir mobil dari Cirebon hingga sampai di sebuah tanjakan menuju arah Desa Sembungan. Namun minus dan plus serta silindris mataku tak bersahabat untuk kondisi cuaca seperti itu. Akhirnya suamiku mengambil alih kemudi hingga tiba di penginapan dengan selamat. Alhamdulillah ...

Tak lama kemudian, gerimis dan hujan turun. Sementara kami menghangatkan badan dengan menyeruput minuman hangat sambil menikmati pemandangan serba putih dari balik jendela kamar. Tak lama kumandang adzan ashar terdengar. Kami tadi sudah shalat dzuhur-ashar jamak takdim karena sedang menjadi musafir. Menjelang maghrib, langit berangsur cerah. Matahari sore malu-malu menampakan dirinya. Aku bergegas keluar kamar dan mengabadikan momen indah ini.

Sore hari kabut tersingkap sejenak. Suasana eksotik ini membuatku ingat betapa Allah Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sumber gambar dokumen pribadi.
Sore hari kabut tersingkap sejenak. Suasana eksotik ini membuatku ingat betapa Allah Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sumber gambar dokumen pribadi.

Langit diciptakan tujuh lapis untuk seimbang (muthabaqah), bukan untuk menjadi kacau. Demikian pula manusia diciptakan berbeda dan beragam untuk bersatu dan saling melengkapi, bukan untuk pecah. Tidak ada ciptaan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Terpuji yang cacat. Langit pun rata tanpa retakan walau sedikit. Apabila kemudian ada yang terlihat cacat, maka cacat itu ada pada yang melihat, bukan pada yang dilihat.

Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghias langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang." (QS. Al-Hijr: 16-18).

Pastinya manusia tidak akan sanggup menjangkau seluruh hakikat alam semesta, apa lagi menemukan kekurangan di dalam penciptaan mahkluk-makhluk Allah. Karena itu, selayaknya manusia menyadari kelemahan dirinya di hadapan Allah dan bersikap tunduk sepenuhnya mengikuti aturan-aturan-Nya. Mata hanya bisa melihat langit dua kali selanjutnya hati, qalbu kita yang harus melihat kebesaran Allah Yang Maha Suci lagi Maha Gagah di balik kesempurnaan ciptaan-Nya.

"Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun," telah Allah sampaikan dalam surah Qaaf ayat 6. Bukankah kita sangat paham, bahwa mata mempunyai keterbatasan. Ya ... Seperti kondisi mataku ini. Kacamata berlensa cukup tebal agar bisa melihat sedikit normal. Bisa membaca dan melihat lebih terang. Mata kita ini mempunyai keterbatasan juga dalam melihat realitas yang sebenarnya. Apa yang dilihat mata tidak bisa dijadikan sandaran kebenaran. Di luar sana masih banyak rahasia yang tersembunyi dari mata. Bahkan mata tidak dapat melihat dirinya sendiri.

Teringat ayat-ayat di awal surah Al-Mulk, manusia diingatkan hendaknya tidak membatasi pandangannya sebatas fisik sebuah keindahan pemandangan. Semisal saat aku menikmati indahnya pemandangan gunung, bukit, danau, sungai, air terjun, laut, pantai, pepohonan, bunga, dan sebagainya. Indahnya langit biru cerah yang berhias awan putih di siang hari. Cantiknya langit diwarnai semburat warna jingga berpadu dengan hijaunya hamparan sawah dan siluet gunung. Atau kala langit gelap gulita yang ditemani kerlip bintang dan sinar rembulan. Tidak melulu melahirkan rasa kagum.

Cobalah untuk menatapnya dengan landasan keimanan sehingga di samping perasaan takjub, juga bisa mempertebal keyakinan akan kekuasaan Allah yang lalu diikuti dengan bertambahnya semangat ketaatan kepada aturan-aturan Allah. 

Bintang hanya akan terlihat menghiasi langit apabila gelap. Semakin gelap semakin indah bukan? Demikian pula amalan seseorang, semakin gelap dari mata makhluk meski dikerjakan dalam terang, maka semakin indah dan tampak terang sinarnya. Itulah mengapa? Allah sangat menyukai seseorang yang melaksanakan shalat tahajud di sepertiga malam saat sebagian besar orang terlelap, nyenyak tidur.

Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemaaf adalah pemilik tunggal segala macam kekuasaan di alam raya. Manusia yang berkuasa di muka bumi, apakah kekuasaan berupa jabatan, harta, maupun ilmu pengetahuan, atau lainnya sifatnya hanyalah sementara dan terbatas. Semua kekuasaan manusia tersebut tunduk kepada qudrah dan iradah Allah. Dia menciptakan semua makhluk-Nya dengan sebaik-baiknya, dan masing-masing mempunyai kadar (potensi) yang berbeda.

Itulah sebabnya, aku berusaha mengajak anak-anakku untuk sering melakukan perjalanan di alam bebas. Mereka bisa menyaksikan dengan mata dan hati betapa Allah sungguh-sungguh benar firman-Nya dalam ayat-ayat kauniah yang terbentang nyata. 

Teteh mendaki Bukit Sikunir selepas subuh. Indahnya pemandangan langit dan gunung tampak dari sini, masyaallah. Sumber gambar dokumen pribadi.
Teteh mendaki Bukit Sikunir selepas subuh. Indahnya pemandangan langit dan gunung tampak dari sini, masyaallah. Sumber gambar dokumen pribadi.

Allah menjelaskan bahwa hikmah dan tujuan dari adanya penciptaan lalu dibangkitkan (setelah dimatikan) adalah pemberian ganjaran pahala bagi orang yang berbuat kebajikan dan balasan siksa terhadap orang yang berbuat keburukan. "Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." (QS. An-Najm:31).

Seringkali soal kekuasaan identik dengan hal-hal kotor dan zalim, padahal sebenarnya, kekuasaan hanya bisa dikendalikan dengan kesucian. Hal-hal duniawi, harta dan tahta, hanya akan memberikan kebahagiaan dan kebijaksanaan kepada manusia apabila tampak di tangan, bukan di hati. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Mulk ayat 1-2, "Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia  Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun