Belajar penuh semangat dan doa terus dipanjatkan. Bila nilai didapat dengan kejujuran, rasa syukur sungguh akan terpancar indah. Namun nilai tinggipun bila didapat dengan kecurangan, rasa apakah yang akan muncul dari lubuk hati terdalam? Malu! Entahlah ... Apakah masih ada rasa malu dihadapan Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar bagi guru, orangtua dan siswa yang melakukan kecurangan?
Jujur Itu Keren
Teteh mengerjakan soal secara mandiri dan penuh percaya diri. Tak sedikitpun terbersit keinginan berlaku curang alias mencontek. Pesan kejujuran selalu aku sampaikan terus menerus seiring kerja cerdas dan ikhtiar kerasnya mempersiapkan diri agar dapat menyelesaikan pendidikan di SMP Qur'an Al-Ihsan dengan baik. Para guru, ustadzah, dan manajemen sekolah mempersiapkan peserta didik  untuk percaya kepada kemampuan diri sendiri dan berlaku jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian agar memperoleh hasil terbaik.
Sekolah tempat Teteh belajar juga ternyata tidak melulu berorientasi asal lulus Ujian Sekolah. Beberapa pertemuan antara manajemen sekolah yang diwakili kepala sekolah bersama orang tua, sangat ditekankan bahwa pendidikan adalah sebuah proses. Nilai akademik bukan satu-satunya ukuran keberhasilan. Peserta didik dibimbing agar mampu menjadi manusia versi terbaik. Berbagai program disusun agar mereka memiliki keimanan, ketaqwaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkelindan tak terpisahkan. Peserta didik diharapkan dapat menebar kebaikan kepada sesama juga alam semesta.
Rasanya senang mendapatkan informasi tersebut. Saat dibanyak tempat nilai adalah satu-satunya tujuan. Lalu kejujuran diabaikan dan dipojokkan di ruang berdebu. Kecurangan pun diambil sebagai jalan pintas agar nampak keberhasilan semu. Â Apakah harus begitu?
Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 21 Tahun 2022 ini ditetapkan dengan pertimbangan
- Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
Ujian Sekolah tingkat SMP akan dilaksanakan pada tanggal 27 Maret - 4 April 2023. Ujian Sekolah merupakan bagian dari kegiatan penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan (sekolah atau madrasah). Soal Ujian Sekolah pada prinsipnya dibuat oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Fungsi Ujian Sekolah adalah mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Mengukur mutu pendidikan di tingkat Nasional, Provinsi, Kotamadya dan Kecamatan. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan tamat belajar.
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka aspek penilaian atau asesmen menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Para pendidik sejatinya adalah komponen kegiatan belajar mengajar yang terlibat aktif dalam prose asesmen ini. Sejatinya penilaian tidak boleh hanya bergantung kepada nilai Ujian Sekolah, tetapi lebih penting kepada proses itu sendiri.Â
Asesmen Nasional adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemdikbud untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi, AKM Numerasi), Survey Karakter, dan Survey Lingkungan Belajar.
Anakku Bukan Robot
Manusia unik, spesifik, menarik, dan berkapasitas penuh sebagai 'Khalifah fil Ard' Anak-anak tidak sepatutnya dinilai keberhasilannya hanya semata dari ukuran eksternal seperti ujian sekolah atau ujian nasional.
Kadang orangtua melupakan dan menghilangkan makna penting menjadi seorang anak yang penuh rasa ingin tahu, suka menjelajah, sesekali jatuh, lalu bangun lagi, melompat bahkan terjun di kolam berair jernih untuk kemudian berenang penuh semangat hingga di sisi lain.
Berikan kesempatan mereka  pemahaman hikmah ujian sebagai proses dan langkah baik menuju tahapan kehidupan berikutnya yang lebih baik, bukan sebgai tekanan. Masa kanak-kanak terlalu berharga bila disia-siakan dengan tekanan-tekanan serupa aliran listrik, tombol mekanik, dan gabungan beragam instruksi 'manual book' artifisial berupa persaingan tak terkendali, jam belajar text book yang panjang, rapor atau kertas ijazah yang membungkus seluruh kemanusiaannya dalam angka-angka.
Mungkin pemikiranku ini tak begitu sejalan dengan pandangan umum. Aku membayangkan dan terus ingin mendiskusikannya kemudian berupaya bersama mencapai gagasan besar ini bersama para guru, kepala sekolah, dan penyelenggara pendidikan di tempat anak-anakku belajar. Sekolah yang melihat anak-anak sebagai benih yang perlu di rawat -guru adalah juru kebun yang membantu mengeluarkan potensi di dalam diri anak. Penyelenggara adalah lahan subur yang memberikan tanah terbaiknya baik keberlangsungan tumbuh kembang benih-benih unggul tersebut menjadi manusia versi terbaiknya masing-masing. Anak bukanlah lempung yang bisa dibentuk semena-mena oleh guru dan orangtua sebagai pembuat tembikar yang memutuskan bentuk apa yang harus dihasilkan lempung itu.
Jika kita hanya mengandalkan Ujian Sekolah dalam menilai proses belajar, maka akan sia-sia. Kelulusan anak didik di tingkat pendidikan dasar sembilan tahun seharusnya dapat memberikan gambaran seutuhnya tentang proses belajar mereka. Lebih penting lagi! Mampukan ujian tersebut menilai karakter anak didik? Jika hanya mengandalkan nilai ujian tak akan ada nilai karakter di dalamnya. Bukankah yang ditanyakan adalah soal-soal akademik ? Lalu, di mana letak penilaian karakter anak didik? Bukankah karakter sangat penting dalam proses belajar dan keberhasilan hidup seseorang. Karakter yang baik (akhlaqul karimah) saat ini sangatlah dibutuhkan.
Jadi, seharusnya selain nilai ujian harus ada laporan nilai karakter anak didik yang diberikan dalam deskripsi yang jelas dari pihak sekolah kepada orangtua. Misalnya bagaimana kejujuran anak didik? Sopan santun, jiwa sosial, kepemimpinan, spritualitas, kedisiplinan, semangat kerja keras dan sebagainya penting diperhatikan dan menjadi jawaban atas berbagai persoalan bangsa ini. Sepuluh tahun lagi mereka adalah calon pemimpin muda negeri ini, duapuluh tahun lagi mereka sudah seharusnya menjadi pemimpin puncak diberbagai bidang kehidupan negara kita tercinta. Kesimpulannya : "Ujian Sekolah saja tidak cukup! Harus ada seperangkat proses penilaian holistik dan terintegrasi yang mampu memberikan penilaian tentang karakter dari anak didik". Ini pekerjaan besar kita bersama.
Doa-doa Terbaik
Tiada kata seindah dan seberkah doa. Bukan hanya berpahala, doa adalah jalan terbaik bagi siapapun yang ingin menjadi lebih baik. Maka diawali dengan sadar akan kekurangan diri, lalu memperbanyak tobat dan berlatih untuk berubah, sempurnakan semua ikhtiar dengan memperbanyak doa kepada-Nya.
Ambil waktu-waktu terbaik. Jangan sia-siakan waktu setelah shalat fardhu, waktu sepertiga malam terakhir (waktu sahur), saat menunggu shalat (khususnya di antara azan dan iqamah), saat hari Jumat (terkhusus dari bada Ashar sampai datangnya Maghrib), saat turun hujan, termasuk pula saat di perjalanan, kecuali kita mengisinya dengan memperbanyak zikir dan doa.
Utamakan doa-doa masyhur yang diambil dari Al-Qur'an dan Al-Hadits, lalu doa-doa yang dicontohkan para ulama, bisa pula doa dengan bahasa kita sendiri. Ingatlah bahwa pertolongan Allah sebanding dengan kesungguhan kita untuk berubah. Semakin serius kita mendekat kepada-Nya semakin cepat pula pertolongan-Nya datang menghampiri. Insyaallah
Aku bertekad memberikan anak-anak kebebasan untuk menjelajahi kehidupan dengan sungguh-sungguh. Penjelajah tentu perlu bekal bukan? Sebagai orangtua, tugasku adalah membekali mereka nilai-nilai terutama agama yang kuat, memberikan peta dan kompas berupa teladan akhlakul karimah, kejujuran, integritas, amanah, semangat belajar, dan kerja keras, juga terus melangitkan doa-doa terbaik  sebagai pengiring perjalanan mereka.
Bukti nyata aku alami bersama Kaka dan Mas ketika mereka menempuh Ujian Nasional (medio tahun 2012-2018 masih menggunakan model penilaian USBN atau UN). Alhamdulillah ... Berkat karunia dan kasih sayang Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah terbukti bahwa prestasi adalah sebuah akibat dari sebab kerja cerdas dan ikhtiar keras. Belajar penuh semangat. Doa terus dipanjatkan. Bila nilai didapat dengan kejujuran, rasa syukur sungguh akan terpancar indah. Namun, nilai tinggi pun bila didapat dengan kecurangan, rasa apakah yang akan muncul dari lubuk hati terdalam? Malu! Entahlah ... Apakah masih ada rasa malu bagi guru, orangtua dan siswa yang melakukan kecurangan? Bukankah sudah jelas bahwa Allah sungguh Maha Melihat lagi Maha Mendengar? Lalu bagaimana kelak kita mempertanggung jawabkannya pada hari yang tiada lagi bisa mengelak atau menghindar?
Bersyukur tahun ini Kaka sedang menyelesaikan tesis S2 Â di SBM ITB dan Mas sedang menyusun tugas akhir S1 di PWK ITB. Semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi karunia memberikan kelancaran, kemudahan, dan hasil terbaik. Ilmunya kelak bermanfaat bagi agama, diri sendiri, sesama. juga semesta. Aamiin ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H