8. Mempunyai rasa kasih yang besar.
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 2:153).
Dilema kehidupan akan selalu muncul dalam perjalanan hidup kita. Dalam menghadapinya tidak setiap orang dapat mengatasi dengan baik.
Pada tahun 1984, WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan elemen spiritual (agama) sehingga seharang sehat ada 4 dimensi, yaitu: bio-psiko-sosio-spiritual.
Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah ra.), sabdanya: "Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan ijin Allah penyakit itu akan sembuh."
Terbukti secara ilmiah melalui berbagai penelitian, bahwa kemampuan mengatasi penderitaan dan penyembuhan ternyata mereka yang religius lebih mampu mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat, tidak terlalu banyak mengeluh depresi, serta rasa nyeri juga lebih tahan serta mampu mengatasinya.
 Manfaat komitmen agama tidak hanya di bidang penyakit fisik, tetapi juga di bidang kesehatan mental. Terapi keagamaan (intervensi religi) pada kasus-kasus gangguan mental ternyata juga membawa manfaat. Misalnya angka rawat inap pada penderita skizofenia yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Bagi pasien dan keluarganya seringkali diliputi kecemasan dan ketakutan, rasa putus asa, dan depresi. Kondisi kejiwaan yang demikian dapat diatasi tidak hanya dengan obat penenang anti cemas atau anti depresi, namun Allah Yang Maha Terpuji lagi Mahateliti berfirman dalam surah Ar-Rad, ayat 28 : "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
Pentingnya faktor agama / psikoreligius di bidang psikiatri dan kesehatan mental, dapat dilihat dari pernyataan Prof. Daniel X. Freedman, mantan Ketua Umum APA, Guru Besar di UCLA dan selaku editor, "Archives of General Psychiatry". Menurut Daniel, di dunia ini ada dua lembaga besar yang berkepentingan dengan kesehatan manusia, yaitu profesi kedokteran di mana kedokteran jiwa (psikiatri) merupakan salah satu cabang ilmu dan lembaga keagamaan.
Dokter ahli jiwa (psikiatri) hendaknya dapat menelusuri riwayat kehidupan beragama pasiennya sejak masa kanak-kanak hingga dewasa, sejauh mana pasien terikat dengan ajaran agamanya, sejauh mana kuatnya, dan sejauh mana hal ini mempengaruhi kehidupan pasien. Bagaimana pendapat pasien berdasarkan keyakinan agamanya terhadap terapi psikiatrik dan medik lainnya? Bagaimanakah pandangan agamanya terhadap bunuh diri dan lain sebagainya.
Terapi holistik yang dianjurkan adalah meliputi 4 dimensi, yaitu:
1. Terapi fisik/biologik, dengan obat-obatan psikofarmaka.