Bila pengunjung memasuki ruangan akan terasa sejuk dengan angin semilir yang berasal dari ventilasi alami dan bentuk atap yang tinggi. Ada beberapa bagian yang masih asli seperti dinding bata merah dan mesin untuk mengolah tebu.
Digadang-gadang sebagai rest area terindah di Indonesia, rest Area KM 260B Banjaratma juga memiliki masjid yang unik. Ketika aku melihat ada bangunan berbentuk tak biasa dengan material utama bata merah, namun bukan bangunan tua, sempat menebak-nebak apa gerangan?Â
Ada petunjuk bertuliskan "masjid" mengarah pada bangunan tersebut. Tapi di mana masjidnya? Oh... Barulah aku tahu ketika sudah masuk dan menelusuri selasar yang dibatasi kolam ikan dengan dinding luar ada masjid beratap datar, berlantai keramik putih, dan tanpa dinding.
Desain mengadaptasi masjid di Istanbul atau Mesir Timur Tengah yang dipadukan dengan masjid nusantara. Ada Masjid Merah Panjunan di Cirebon peninggalan Sunan Gunung Jadi dan Masjid Menara Kudus di Kudus peninggalan Sunan Kudus yang juga menggunakan material utama bata merah.
Perpaduan air, tanah, dan udara tampaknya berhasil diterapkan pada bangunan ini. Ada kolam ikan dengan hiasan guci-guci keramik dan susunan bata merah yang berlubang-lubang agar udara mengalir bebas.Â
Air kolam menjadikan suasana gersang berubah sejuk, apalagi ada suara gemericik air yang menambah betah berlama-lama shalat di sini. Masjid tanpa menara bukan tanpa alasan, ternyata di daerah sekitar sering terjadi angin kumbang.Â