Aku menikmati perjalanan di jalan tol Trans Jawa dengan total panjang 1.350 Kilometer yang baru saja tersambung atau dioperasikan pada tahun 2019, menghubungkan ujung barat sampai dengan ujung timur pulau Jawa.
Pada awal bulan Agustus 2021 aku meninggalkan Jakarta menuju Cirebon. Selama 2 pekan mengerjakan urusan di kota udang, lalu pada hari Sabtu tanggal 14 Agustus 2021 aku melaju menuju Kawasan Dieng Plateu.Â
Selepas menikmati suguhan pemandangan eksotik Telaga Warna (yang masih ditutup) dari atas bukit Batu Pandang Ratapan Angin, aku melanjutkan perjalanan menuju kota Solo.
Setelah dua malam di kota Solo yang mengusung tagline "Spirit of Java", aku kembali melaju menyusuri jalan tol Trans Jawa. Kali ini ada keisengan yang berbuah manis he3... Sengaja sejak lepas Semarang, aku membelokkan mobil menuju beberapa rest area dan terakhir di KM 260B. Ada apa di sana? Yuk simak liputannya.
Para pengguna Tol Pejagan-Pemalang yang mengarah ke Jakarta, mungkin tidak asing dengan tempat peristirahatan atau rest area KM 260B yang berlokasi di Banjaratma Brebes, Jawa Tengah.Â
Rest area ini terbilang baru, karena resmi dioperasikan tahun 2019 lalu. Namun, bangunan utama yang digunakan sudah berdiri sejak zaman Belanda.Â
Fasade jelas terlihat sebagai bangunan kolonial, berbahan material utama bata merah. Kesan arsitektur terakota sangat menonjol dan menarik perhatian. Bagian dalam bangunan sudah direnovasi, namun beberapa bagian masih asli untuk mempertahankan kesan otentik. Tak salah bila rest area ini dinamakan "Rest Area Heritage KM 260B Banjaratma".
Pabrik Gula Banjaratma. Pabrik didirikan oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatschappij pada 1908.Â
Luas area kawasan sekitar 11 hektare dan bangunan kolonial itu bekasPabrik mulai beroperasi pada 1913 dan keberadaannya dulu menjadi lapangan pekerjaan bagi sebagian warga desa. Revitalisasi bekas pabrik ini dilakukan oleh PT PP Sinergi Banjaratma.Â
Hal ini bertujuan agar masyarakat masih bisa menikmati keberadaan Pabrik Gula Banjaratma dan tidak terbengkalai lalu hancur. Good job ...
Bila pengunjung memasuki ruangan akan terasa sejuk dengan angin semilir yang berasal dari ventilasi alami dan bentuk atap yang tinggi. Ada beberapa bagian yang masih asli seperti dinding bata merah dan mesin untuk mengolah tebu.
Digadang-gadang sebagai rest area terindah di Indonesia, rest Area KM 260B Banjaratma juga memiliki masjid yang unik. Ketika aku melihat ada bangunan berbentuk tak biasa dengan material utama bata merah, namun bukan bangunan tua, sempat menebak-nebak apa gerangan?Â
Ada petunjuk bertuliskan "masjid" mengarah pada bangunan tersebut. Tapi di mana masjidnya? Oh... Barulah aku tahu ketika sudah masuk dan menelusuri selasar yang dibatasi kolam ikan dengan dinding luar ada masjid beratap datar, berlantai keramik putih, dan tanpa dinding.
Desain mengadaptasi masjid di Istanbul atau Mesir Timur Tengah yang dipadukan dengan masjid nusantara. Ada Masjid Merah Panjunan di Cirebon peninggalan Sunan Gunung Jadi dan Masjid Menara Kudus di Kudus peninggalan Sunan Kudus yang juga menggunakan material utama bata merah.
Perpaduan air, tanah, dan udara tampaknya berhasil diterapkan pada bangunan ini. Ada kolam ikan dengan hiasan guci-guci keramik dan susunan bata merah yang berlubang-lubang agar udara mengalir bebas.Â
Air kolam menjadikan suasana gersang berubah sejuk, apalagi ada suara gemericik air yang menambah betah berlama-lama shalat di sini. Masjid tanpa menara bukan tanpa alasan, ternyata di daerah sekitar sering terjadi angin kumbang.Â
Kompasianer yang belum mampir di rest area 260B Banjaratma, bisa sesekali mencoba singgah dan menikmati suasana yang berbeda dari rest area lainnya sepanjang jalan tol Trans Jawa. Berikut video karya suamiku monggo disimak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI