Mohon tunggu...
Dewi Krisna
Dewi Krisna Mohon Tunggu... Freelancer - Happy House Wife

"You can learn from your competitor, but Do not copy, Copy & You Die" (Jack Ma)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wejangan yang Tersirat di Balik Tradisi "Kembul Bujono" di Desa Kemuning, Gunung Kidul

31 Desember 2018   16:36 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:12 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pri/ Suasana di Sekitar Telaga Kemuning (dokpri)

Tumbuhnya gedung bertingkat ditengah kota tak selalu diimbangi dengan pertumbuhan mental sehat warganya, untuk menjaga kelestarian alam Bumi Pertiwi ini. 

Begitupun dengan berkembangnya teknologi yang tak didampingi dengan pendidikan moral yang tepat, sehingga mengakibatkan terbentuknya bermacam karakter, dan kesadaran moral diluar nalar. Tak hanya diranah pendidikan, pola hidup instan yang merajalela pun, seolah menjadi saksi munculnya berbagai wabah penyakit yang tak lazim. Disamping itu, meningkatnya kebutuhan dan gaya hidup kadang kala memicu keterpurukan ekonomi berkepanjangan.
Lalu, bagaimana  ?


Ingin sekali merubahnya ! Hal ini tak sesederhana yang dikira, untuk mencambuk kesadaran masyarakat akan pentingnya peningkatan program kesehatan, pendidikan, lingkungan serta kewirausahaan perlu kerja keras, dan keterlibatan berbagai pihak yang membina, tak sekedar memberikan iming-iming materi semata namun diperlukan realisasi yang nyata. 

Pembinaan yang sudah mulai goyah di ranah ibukota, mulai beralih menuju desa-desa terisolir. Berharap dari benih terpencil ini, masih banyak harapan menuju Kampung Berseri yang cerdas bersahabat dengan alam, cerdas memahami pola hidup yang lebih sehat, serta sadar akan pentingnya pendidikan hingga tak salah dalam menyikapi perkembangan teknologi, maupun mengabadikan budaya dan tak terbelenggu kegalauan ekonomi dikarenakan buta usaha mandiri..
***
Masih adakah Semangat Kampung Indonesia untuk memperbaiki jati diri bangsa dengan meningkatkan mutu program kesehatan, pendidikan, lingkungan dan menjadi kampung mandiri dengan berwirausaha?
Membentuk fondasi guna membangun pilar yang kokoh, menjadi keutamaan Program Kampung Berseri. Empat pilar utama yang meliputi kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan membuka cakrawala untuk lebih berpikiran terbuka, Hal ini tentunya menyiratkan pesan, supaya masyarakat menyibak keterpurukan mereka ditengah kemajuan zaman.


Di saat pagi menjelang hawa dingin terasa merasuk ke tulang dan waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB, tepatnya weekend di tanggal 3 November 2018 lalu, saya mulai bergerak menyalakan motor untuk mengawali aktivitas saya, kemudian motor pun melaju dengan kecepatan 60 km/jam ke Satoria Hotel sebagai titik point berkumpulnya saya dan rekan-rekan untuk meluangkan waktu berkunjung ke sebuah tempat istimewa. Berangkat  cukup santai, namun tetap tak ingin terlambat. 

Kali ini saya mendapatkan kesempatan menarik untuk mengunjungi sebuah desa etnik dan unik yang tak akan saya lewatkan. Bersama dengan 50 orang rekan dan 8 orang kepercayaan dari Astra, kami mulai bergegas naik ke dalam minibus, memulai perjalanan sembari bercakap-cakap mengenai indahnya pemandangan ditepi jalan memberikan kesan tersendiri kunjungan kami ke Gunung Kidul kali ini.


Desa Kemuning merupakan salah satu desa yang mewujudkan mimpi menjadi Kampung Berseri Astra. Dengan kegigihan warga desa dan kolaborasi dengan Astra, realisasi peningkatan kesehatan, pendidikan, lingkungan dan pengembangan kewirausahaan terlaksana bertahap demi tahap. Well, ternyata di area Gunung Kidul, Yogyakarta masih ada Desa Kemuning yang semangat untuk mengembangkan Desanya menjadi desa yang sejahtera dan terkoordinir. Inilah yang membuat kami tertarik untuk mengenal lebih erat bagaimana sih kisah perjuangan Desa Kemuning menjadi KBA.

"Sepucuk surat berisi pesona Desa Kemuning untuk Astra"
Penanaman 10.000 bibit jati, nangka dan mahoni di Hutan Wanagama seluas kurang lebih 10 ha tahun 2003 lalu, merupakan awal mula jembatan warga Desa Kemuning untuk berkarya menuju Kampung Berseri. Mulanya, seorang dosen Universitas UGM yang bernama Ibu Tuti memberikan informasi ke Desa Kemuning mengenai Kampung Berseri Astra. Bapak Suhardi pemrakarsa Kampung Berseri di Desa Kemuning, sebelumnya menitipkan amanah berupa beberapa lembar kertas yang berisikan cerita mengenai keelokan Desa Kemuning dalam bentuk proposal kala itu.  


Kemudian setelah menunggu beberapa waktu, pada tahun 2016, Bapak Suhardi mendapatkan kabar yang sangat melegakan, Desa kemuning diberikan kehormatan untuk bisa "launching" resmi menjadi Kampung Berseri Astra dibawah binaan PT Astra International Tbk. Nah, dari sinilah awal bangkitnya semangat warga Desa Kemuning untuk membangun desa ini. Membina sebuah Desa tentunya bukan hal "magic" yang bisa sekali libas selesai, para warga Desa dan Tim Astra harus bekerja keras baik dari sisi moral maupun materi.


"Program KBA ini memang kegiatan sosial Astra atau boleh dibilang ini merupakan program CSR-nya Astra, kegiatan ini merupakan lanjutan dari program terpadu Astra sebelumnya yakni Astra Green Lifestyle (AGL), dimana astra peduli terhadap penghijauan dengan memberikan penanaman bibit pohon dibeberapa wilayah pilihan di Indonesia. Nah, Kampung Berseri Astra ini kebetulan juga merupakan program yang senada dengan program Desa Berseri milik pemerintah. Untuk berapa nominal dana yang kami berikan bagi masing-masing Desa, jujur saja dari KBA yang kami kelola masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda. Jadi, kami memberikan sesuai dengan kebutuhan, adil bukan berarti sama rata.", pungkas Boy Kelana Soebroto selaku Head of Coorporate Communications PT Astra International Tbk secara tegas.


Harapan demi harapan pun mulai terbesit di benak para warga Desa Kemuning, tak terkecuali Pak Suhardi. Sebagai penggerak warga desa, tentunya Pak Suhardi tak lantas banting tulang sendirian lagi, mengembangkan Desa Kemuning, dukungan demi dukungan mulai meluas juga menguat baik secara lahir maupun psikis, hingga akhirnya terbentuklah pokdarwis inti beranggotakan 28 orang di Desa Kemuning. Terbentuknya pokdarwis ini semakin membakar semangat Pak Suhardi untuk memupuk semangat warga Desa Kemuning, menjadi Desa yang mandiri.
"Semoga Desa Kemuning ke depannya dapat menjadi kampung yang mandiri dan bermartabat yang bisa menjadi tempat wisata serta bisa memboyong wisatawan, guna meningkatkan kesejahteraan warga", ungkap bapak Suhardi 19 Desember 2018 di sesi wawancara.


"Dikelilingi oleh hutan belantara, Desa Kemuning menjadi desa terisolir dengan sejarah yang unik dan berpotensi"
Ketertarikan saya akan keunikan Desa Kemuning, dimulai dari filosofi kisah tumbuhnya sebuah pohon Kemuning untuk pertama kalinya yang konon katanya sudah menjadi pohon siluman. Pohon Kemuning ini dipercaya dapat melindungi dari orang yang berniat tidak baik pada keluarga ,ataupun warga yang tinggal di Kemuning. Nama Desa Kemuning ini, diawali oleh berpindahnya seorang Abdi Kraton guna menyelamatkan diri dari incaran para penjajah kala itu.


Sarijan, sebuah nama yang kental dengan unsur jawa ini, disebut-sebut sebagai nama seseorang yang pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Kemuning. Beliaulah Abdi Kraton yang selamat dari incaran para penjajah, saat perpecahan Mataram terjadi. Menyusuri berbagai tempat, mencari tempat singgah terpencil, menghantarkan Sarijan hijrah ke Kemuning. 

Keamanan yang dirasakan Sarijan  di Kemuning, memberikan tekad kuat untuk tak sekedar singgah, pada akhirnya Sarijan memutuskan untuk menetap di Kemuning. Niatnya menetap tak membuat ia lengah, Sarijan tetap waspada akan statusnya yang masih menjadi buronan para kompeni. Guna mengatasi hal ini, akhirnya Sarijan  ia berganti nama menjadi Reso Wijoyo. Kisah inilah yang mengawali munculnya nama Desa Kemuning.

Dok. Pri/ Desa Kemuning dikelilingi Hutan belantara
Dok. Pri/ Desa Kemuning dikelilingi Hutan belantara

Kentalnya budaya Jawa dengan hal-hal berbau mistis, turut berperan erat atas lahirnya nama Desa Kemuning. Ketaatan Reso Wijoyo memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa, tak henti-hentinya ia lakukan dibawah pohon besar nan kokoh. Diceritakan oleh  warga desa Kemuning,  bahwa pohon tersebut merupakan pohon besar yang pertama tumbuh di Kemuning. 

Tekstur pohon yang kuat dan warna pohon ini indah laksana Gading Gajah, bunga nya pun semerbak wangi hingga bisa digunakan untuk wewangian rambut, pohon ini juga memiliki khasiat bagi kesehatan. Dibawah pohon kemuning inilah ia dilindungi, pasalnya ada kekuatan supranatural yang menyelimuti pohon Kemuning di tanah tersebut. 

Diungkapkan oleh para warga mengenai kisah doa Reso Wijoyo yang selalu dikabulkan, disamping itu Reso Wijoyo juga meyakini bahwa pohon ini dapat mengelabui "paningalan" atau penglihatan musuh, sehingga musuh tak dapat melihat ia secara kasat mata.

Dok. Pri /Bapak Suhardi mengenakan surjan dan blankon (dokpri)
Dok. Pri /Bapak Suhardi mengenakan surjan dan blankon (dokpri)

"Namun, menurut cerita, pada keturunan keempat pohon tersebut sudah menghilang, usut punya usut pohon tersebut dipercaya berubah menjadi pohon siluman, yang tidak bisa dilihat secara kasat mata dan hanya yang dikehendaki saja yang dapat melihatnya.", ujar Pria bersurjan lengkap dengan atribut blangkonnya bernama Pak Suhardi.


Lambat laun waktu demi waktu, banyak pohon kemuning yang mulai tumbuh subur nan lebat di area desa ini, dan akhirnya disandangkanlah nama Desa Kemuning di kampung ini. Menurut Pak Suhardi, selain keunikan sejarahnya, Desa ini merupakan sebuah perkampungan satu-satunya di area Gunung Kidul, yang dikelilingi oleh hutan belantara, jadi seperti terisolir.


Lalu, nama kemuning darimana donk? Siapa yang memberi nama pohon tersebut pohon Kemuning?
Sedikit mengulas cerita, dahulu kala terdapat mitos mengenai cerita rakyat tentang pohon kemuning ini. Pada zaman dulu kala, hiduplah seorang Putri Raja yang cantik, rajin nan wangi. Putri Kuning, begitulah nama putri bungsu Sang Raja ini. 

Kisah duka dari Sang Raja diawali kala ia kehilangan putri kesayangannya ini. Rasa iri yang menghiasi hati saudari-saudarinya, membuat mereka melakukan hal keji hingga tak sengaja mengakhiri nyawa si Putri Kuning. Dikarenakan tak ingin perbuatan mereka diketahui oleh Raja, maka mereka menggali tanah di belakang istana dan mengubur mayat Putri Kuning. Lambat laun setelah kejadian ini, Raja mengerahkan pasukannya untuk mencari keberadaan Putri Kuning, namun tak pula ditemukan. 

Akhirnya, pada saat Raja merindukan Putri Kuning, Raja berkeliling di sekitar istana, raja menemukan sebuah pohon tumbuh yang baunya wangi, perlahan pohon tersebut mulai tumbuh besar, kayunya yang gagah dan kokoh bewarna kuning nan indah, serta aroma bunga nya yang wangi mengingatkan ia pada perangai Putri Kuning anaknya. Karena hal inilah, Raja memberikan nama pohon terebut sebagai "Pohon Kemuning".


"Lestarikan tradisi dan budaya : Kain bedong, bengle, dan  percikan air daun kemuning menjadi ritual penyambutan tamu yang datang ke Desa Kemuning sebagai simbol keselamatan"
Aura seorang bayi yang memancarkan kesucian lambang kemurnian tanpa dosa, seolah memberikan magnet, ia menarik hal-hal baik disekitarnya dan menebarkan kebahagiaan. Matanya yang berbinar kiaskan kesucian pandangan akan semesta. Doa dan bimbingan dari penuntunnya merupakan bekal awal makhluk mungil ini menapaki dunia.

Dok. Pri /ritual penyambutan kedatangan tamu di Desa Kemuning dengan pemakaian kain bedong dilanjutkan dengan penyematan bengle dokpri
Dok. Pri /ritual penyambutan kedatangan tamu di Desa Kemuning dengan pemakaian kain bedong dilanjutkan dengan penyematan bengle dokpri

Sejenak mengingat bagaimana seorang bayi yang lahir ke dunia, membuat kita mawas diri bahwasanya kita pernah menjadi makhluk yang suci dari dosa. Jika dahulu kain bedong pada bayi dipakai sebagai sandang supaya bayi merasa hangat, serta nyaman dalam tidurnya, ternyata dibalik itu semua ada makna tersendiri. 

Berkunjung ke Desa Kemuning membuat saya menambah wawasan mengenai budaya dari hal sederhana yang dilestarikan seperti Bedong ini. Sesampainya kami di Desa Kemuning, kami disambut hangat dengan ritual pemakaian kain Bedong. Dengan rasa penasaran, akhirnya saya nyeletuk, apa sih makna nya?


Pemakaian Kain Bedong
Bergegas, seorang ibu bernama Ibu Rukmini berkain jarik lengkap dengan kebaya nya sebagai "rasukan" (istilah "baju" dalam bahasa Jawa), menghampiri dan mulai menjelaskan, dari pernyataannya, ternyata bedong ini dipercaya sebagai simbol supaya kami yang baru datang di Desa Kemuning, diberikan jalan lurus dalam menapaki setiap jalan kehidupan yang akan dilalui, kami sebagai pendatang baru di Desa Kemuning diharapkan bisa memberikan hal-hal positif, dan tidak salah arah ke hal yang tak baik.


Untuk memakai kain bedong ini kita tidak pakai sendiri, jadi ada petugas dari Desa Kemuning yang beratribut lengkap dengan pakaian adat Jawa, membantu kami memakainya. Dilingkarkan sehelai kain bedong, tepat di lingkar pinggang saya hingga batas atas lutut saya. Lalu, saya siap menuju ritual selanjutnya yakni penyematan bengle.


Penyematan Bengle dan percikan air daun kemuning

Dok Pri. /percikan air kemuning dipercaya mengembalikan kesucian jiwa (dokpri)
Dok Pri. /percikan air kemuning dipercaya mengembalikan kesucian jiwa (dokpri)

Tak hanya kain Bedong, kecintaan warga kemuning akan budaya nampaknya melekat erat dengan adanya nuansa upacara penyambutan ini juga disertai penyematan bengle serta dipercikannya daun Kemuning ke arah wajah dan badan. Bengle sendiri digadang-gadang sebagai tolak bala pada masa dulu yang dipercaya memberikan keamanan dan menjauhkan si pengguna dari mara bahaya. 

Sedangkan percikan air daun kemuning merupakan air yang diyakini bisa mensucikan diri , memberikan kebaikan dalam diri, sehingga selalu optimis dalam hal yang baik.
Secara ilmiah kedua tanaman ini juga memiliki fungsi medis, yakni sama-sama berfungsi sebagai antioksidan dan bisa dikonsumsi dengan merebusnya kemudian air rebusannya bisa dikonsumsi, usut punya usut, aroma kemuning ternyata diperkaya dengan minyak atsiri, dimana minyak atsiri ini merupakan aroma terapi lho ...

"Lestarikan tradisi dan budaya : Memberikan kuliner "dessert" istimewa, warga kemuning geluti bidang kuliner, dan pengembangan eco wisata guna tingkatkan ekonomi kerakyatan"

Telaga Kemuning hingga menjadi tuan rumah bumi perkemahan, tanda wisata Desa Kemuning yang mulai merekah
Beralih ke Telaga Kemuning kemudian sejenak beristirahat melepas lelah, kami duduk di sebuah pendopo yang tepat di depannya terdapat indahnya Telaga Kemuning. Astra dan warga mulai mengendus perkembangan eco wisata, oleh karena hal ini pasalnya Telaga Kemuning ini akan dijadikan sentra wisata alam yang nyaman bagi pengunjung.

Dok. Pri/ Suasana di Sekitar Telaga Kemuning (dokpri)
Dok. Pri/ Suasana di Sekitar Telaga Kemuning (dokpri)

"Beberapa waktu lalu kami juga pernah Mbak, mengisi Telaga Kemuning ini dengan ikan, untuk memancing pengunjung datang kemari, dan yang datang lumayan banyak" , tambah Pak Suhardi dengan girang.
Berkembangnya Desa Kemuning ke arah eco wisata mendapatkan support penuh dari Astra baik secara materiil maupun moril. Pembangunan infrastruktur besar-besaran pun tak ragu dilakukan demi Telaga Kemuning ini. Optimisnya warga Kemuning membuat pihak Astra tak segan-segan mengguyurkan nominal dana. Tak hanya eco wisata Telaga Kemuning, ditahun 2017 lalu Desa Kemuning mampu memikat 250 murid dan guru dari 70 sekolah Adiwiyata di 10 wilayah propinsi Indonesia (Aceh, Sumatera barat, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, DKI Jakarta, DIY, dan Jawa Timur).


"Kami juga pernah Mbak menjadi Tuan Rumah Jambore Adiwiyata Astra dalam rangka memperingati ulang tahun Astra ke-60 tepatnya pas hari Bumi waktu itu. Perkemahan ini dilaksanakan pada bulan April 2017 lalu.", ulas Bapak Suhardi.


Menikmati kuliner unik di Desa kemuning
Sambil bersantai dan bercakap-cakap, kami sibuk mengambil foto berharap menemukan "angle" foto yang sempurna. Tak disangka setelah itu, warga Desa beramai-ramai menyiapkan kudapan lezat nan hangat berupa ubi rebus, dan gaplek geprek disertai dengan segelas teh hangat. Keramahan serta kekompakan warga desa pun mulai tampak, dikala mereka memaparkan bahwa Gaplek Geprek Desa Kemuning ini dikembangkan menjadi usaha "home made" yang dijual disekitar Gunung Kidul ataupun sesuai pesanan. Kok Geprek sih?


"Geprek karena sebelumnya menjadi gaplek kami geprek dahulu supaya membedakan gaplek disini dengan gaplek lainya ", pungkas Ibu Sri Wahyuningsih selaku penanggungjawab di bagian kuliner Desa Kemuning.

Dok. Pri /gaplek geprek bisa untuk buah tangan
Dok. Pri /gaplek geprek bisa untuk buah tangan

Gaplek Geprek
Membahas mengenai makanan satu ini nampaknya menarik. Makanan yang terlihat lezat namun sepele ini ternyata tak bisa diremehkan. Gaplek memang terbuat dari singkong pada umumnya, akan tetapi yang menarik yakni makna dibalik olahan singkong ini. Mulai dari cara memanen hingga mengemasnya ternyata menggambarkan perjuangan hidup insan di dunia.


1. Gaplek geprek berbahan singkong

Siapa yang tak kenal singkong di tanah Jawa ini?Singkong merupakan bahan pokok kaya karbohidrat selain nasi. Singkong ini ditanam dipendam dalam tanah. Gaplek sendiri mengambil filosofi singkong sebagai gambar bahwa kita sebagai manusia harus mawas diri, sadar bahwa kita dari tanah dan kembali ke tanah dengan cara dikubur.


2. Gaplek geprek merupakan singkong yang dijemur hingga keras
Kenapa sih harus dijemur singkongnya hingga keras? Pertanyaan tersebut langsung terbesit di benak saya. Kerasnya singkong saat dijemur ternyata mempunyai makna yang terhubung dalam kehidupan, yakni menggambarkan sosok manusia yang saat diuji kesabarannya dengan berbagai ujian yang begitu berat. Memang dalam kehidupan  banyak manis dan pahit yang harus diarungi. 

Tak semua berjalan mulus, sebuah jalan yang lurus terkadang harus melewati beberapa tanjakan atau jalan terjal, hanya kesabaran yang kuat serta ketenangan hati yang dekat dengan Yang Maha Kuasa yang bisa menghadapi ujian seberat apapun dan menemukan solusi yang tepat.


3. Gaplek geprek dikukus hingga empuk dan matang
Apa makna yang tersirat dalam empuknya singkong yang matang dalam pembuatan gaplek geprek ini? Rasa penasaran saya semakin menguat akan misteri dari tekstur legit nan empuk ini. 

Jika diumpamakan empuknya  dan matang berarti saat melewati ujian mental semakin teruji, sehingga sikap bijaksana tumbuh sehingga dapat menyikapi permasalahan di tahap berikutnya .


4.Gaplek geprek ditaburi gula jawa sebagai pemanis
Setelah tekstur Gaplek sudah empuk dan matang tentunya ada yang mendorong saya ingin tahu cita rasa yang tercipta setelahnya. Rasa itu yang membuatku menggoyang lidah seolah saya larut dalam manisnya gula jawa yang rasanya menyatu dalam Gaplek ini. Ini membuat saya teringat akan filosofi bahwa setiap manusia selalu berharap bahwa di akhir hayatnya ingin berakhir dengan Husnul Khotimah  atau mendapatkan tempat terbaik dengan akhir yang baik dalam menutup usia.


5. Taburan serutan kelapa muda di gaplek geprek
Ada lagi hal yang berbeda dalam Gaplek ini yaitu adanya serutan kelapa muda yang ditabur di Gaplek. Rasa gurih dan campuran aroma kelapa muda serasa membuat saya terhanyut dalam rasa. Seperti halnya taburan serutan kelapa yang berbentuk serabut kecil-kecil, hiasan lika liku kehidupan selalu mengiringi perjalanan kisah, kita sebagai manusia harus bisa seimbang dalam melihat sesuatu karena pastilah ada keindahan dalam setiap hal tak mengenakan yang menerpa.

Dok Pri.. gaplek geprek diatas ruas bambu
Dok Pri.. gaplek geprek diatas ruas bambu

6. Gaplek geprek disajikan diatas ruas bambu
Penyajian yang diletakkan diatas ruas bambu membuat tampilan Gaplek cenderung mengangkat unsur alam. Identik dengan suasana di alam tentunya melambangkan ketenangan dan kenyamanan yang hakiki. 

Bambu yang digunakan untuk wadah alami membuat saya  serasa kembali ke masa lampau dimana belum adanya wadah dari piring keramik ataupun mangkok keramik. Dipaparkan oleh warga Desa Kemuning, bambu sebagai wadah gaplek mengisyaratkan ketika kita hidup berbuah kesabaran maka akan meninggal dengan wadah bersih dan dihiasi dengan senyuman.

Begitu dalam makna gaplek geprek ini diungkapkan bagian per bagian, dari seluruh rangkaian ini Desa Kemuning seolah memberikan sebuah nasehat bagi kami, untuk senantiasa mawas diri dan berbuat baik terhadap sesama sehingga kelak di akhirat kita mendapatkan tempat yang baik. 

Oiya selain singkong olahan singkong juga dibuat menjadi lempeng telo dan tak ketinggalan tiwul serta ubi rebus yang merupakan khas Gunung Kidul juga ada lho, kita bisa membelinya disini untuk dijadikan buah tangan.

Tradisi Rasulan "Kembul Bujono" Di Desa Kemuning sajikan kelezatan ingkung dan nasi tiwul beserta ubo rampenya"
Kuliner traditional sekarang sedang menjadi "trend" di Indonesia baik menjadi wisata ataupun list menu yang dikemas mewah untuk sajian hotel. Selain geprek, lempeng telo , tiwul dan ubi tadi, Desa Kemuning juga menyajikan Ingkung ayam kampung lengkap dengan ubo rampenya. Lalu yang membedakan ingkung ini dengan ingkung lainnya apa guys?


Desa Kemuning nampaknya begitu kental mengadopsi unsur Jawa dalam setiap filosofi wisata dan kulinernya. Jika, Geplek Geprek dikemas dengan bambu mempunyai makna tentang kehidupan juga kematian, maka Ingkung memiliki makna kebersamaan serta tak luput dari kesan akan Tuhan.


Menikmati hidangan Ingkung dengan tradisi "Kembul Bujono"
Seperti kita ketahui di beberapa resto di Jogja menyediakan Ingkung, kita bebas memesan dan memakannya dalam porsi sendiri-sendiri. Menikmati makanan dalam porsi sendiri tentu berbeda kesan dengan menikmati makanan dengan istilah "kembulan". 

Lho Apa itu "kembulan"? Inilah tradisi yang membedakan Ingkung di Desa Kemuning, cara menyantap Ingkung di Desa ini berbeda guys, mereka menyebutnya dengan tradisi kembul bujono, atau kalau bahasa mudahnya makan bersama-sama. 

Pak Suhardi, warga Desa Kemuning menjelaskan bahwasanya tradisi ini dilestarikan guna  menghangatkan kebersamaan warga atau pengunjung dan menjalin tali silaturahmi satu dengan lainnya. Berada dalam satu nampan, kita mengambil secara "kembulan" (bahasa jawa makan bersama/ berbagi makanan). 

Tradisi ini dilakukan setiap rasulan atau ketika kegiatan merti dusun berlangsung. Merti dusun sendiri dilakukan setiap setahun sekali setiap Rabu Kliwon, Rabu Kliwon dipercaya sebagai hari dimana do`a mustajab untuk dijabah Sang Maha Kuasa, diibaratkan di hari tersebut matahari "jejeg" selalu menyinari. 

Tradisi kembul bujono juga dilaksanakan guna menikmati hasil panen bersama. Desa Kemuning sendiri merupakan desa yang mata pencahariannya didapatkan dari hasil bertani, satu pedukuhan di Desa kemuning terdiri dari 357 petani.
Kembali membahas mengenai kuliner Ingkung tadi, lalu apa saja sih ubo rampe yang terdapat dalam Ingkung ini?

Dok Pri. Nasi tumpeng
Dok Pri. Nasi tumpeng
Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng berbentuk kerucut dibuat dengan tangan merapat, hal ini mengingatkan kita untuk selalu menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kerucut sendiri merupakan simbol penghargaan atas kesejahteraan hidup dan pra lambang bahwa hidup kita akan semakin sukses.

Dok Pri/sajian ingkung dan ubo rampe
Dok Pri/sajian ingkung dan ubo rampe

Ayam Ingkung
Ayam ingkung identik dengan ayam jantan utuh yang diberi bumbu gurih ini mulanya merupakan sesaji. Nama ingkung sendiri berasal dari kata "ing"atau "ingsung" yang berarti aku dan "kung" dari kata manekung yang berarti berdoa penuh khidmat. Jadi, ayam lezat ini seolah mengingatkan kita untuk "eling" dan selalu berdoa kepada Tuhan dengan kusyu dengan hati tenang juga sabar dan mengendalikan diri dari hawa nafsu dunia. Seiring berkembangnya zaman ayam ingkung menjadi santapan para bangsawan yang pada akhirnya hingga saat ini dilestarikan sebagai makanan tradisional.
Telur yang dibelah tapi tetap ada kulitnya


Menjadi manusia harus mempunyai jiwa yang "toto, titi, titis, lan tatas" dimana kita memiliki aturan jadi jangan sampai kita lupa diri terlalu tengadah, kita juga harus setiti dan tepat, juga berhati-hati dalam mengambil sikap ketika menyelesaikan permasalahan.


Kangkung dan bayem
Sayur Kangkung (Jinangkung), sayur kangkung ibaratnya perisai dalam kehidupan yang dilambangkan bahwa kita hidup perlu dilindungi dan saling melindungi. Sayur kangkung dipadukan dengan bayem (Ayem Tentrem), diharapkan ketika kita saling melindungi ataupun meminta perlindungan kepada Tuhan kita mendapatkan ketentraman hati dan hidup yang ayem (tenang).


Thokolan / Kecambah
Thokolan merupakan jenis sayur yang diambil dari bibit muda kacang-kacangan yang berarti melambangkan pertumbuhan. Dalam hal ini, manusia disarankan untuk selalu tumbuh dan berkembang dalam menapaki kehidupan.


Kacang Panjang dan Bumbu Urap
Kacang panjang merupakan simbol bahwa kita sebagai manusia harus memiliki pemikiran jangka panjang untuk tetap bisa hidup dan mampu menghidupi.
Daun Pepaya dan Daun Singkong
Sayur yang satu ini memberikan arti bahwa hidup harus eling tak selalu di atas tak selalu di bawah juga banyak warna warni dalam kehidupan, meskipun rasanya pahit namun dalam hidup selalu ada hal baik yang bisa dipelajari.

Dok. Pri/nasi tiwul
Dok. Pri/nasi tiwul

Tiwul
Filosofi tiwul, tiwul merupakan makanan tradisional khas Gunung Kidul yang berarti dari kata setiti. Kita diharapkan berhati-hati dalam kehidupan, pada zaman dahulu tiwul dikonsumsi dikarenakan ada krisis beras sehingga tiwul digunakan sebagai bahan pokok makanan pengganti beras.

Seduan wedang Secang

Dok. Pri/ Wedang secang.. minuman bangsawan jaman dulu.
Dok. Pri/ Wedang secang.. minuman bangsawan jaman dulu.
Wedang secang dipercaya sebagai minuman para raja pada zaman dulu. Secara medis, wedang secang juga memberikan khasiat kesehatan sebab wedang secang berisi air seduan rempah-rempah. Warnya menawan, berasal sari rempah yang direbus..alami dan sehat. hangat dibadan guys.


 Gaplek geprek dan kembul bujono ini selain mengkiaskan wejangan juga merupakan sebuah ladang usaha warga Kemuning. UKM Desa Kemuning tak hanya di bidang kuliner saja, melirik eco wisata serta pengembangan bank sampah juga menjadi rintisan UKM yang bisa mumpuni.

"Wujudkan Kampung Mandiri : Perjuangan usaha mandiri berbasis UMKM mulai berkembang di Desa Kemuning"
Berkembangnya produksi gaplek dan lempeng telo

Tahun 2016 nampaknya menjadi tahun emas bagi Desa Kemuning. Bagaimana tidak, ekonomi warga Desa Kemuning didobrak dengan adanya usaha mandiri produksi geprek gaplek dan lempeng telo. Dodol pisang dan rol pisang juga mulai diproduksi dalam kapasitas kecil, rasanya empuk legit lho. Dibawah koordinasi Ibu Siti Romlah usaha UKM Desa kemuning mulai berkembang dengan menerima pesanan baik dari tetangga atau warga di area Gunung Kidul.

Dok. produksi pembuatan lempeng telo
Dok. produksi pembuatan lempeng telo

"Jadi hasil penjualan dari usaha ini kami gunakan untuk pengembangan desa, terutama untuk pemberian makanan tambahan untuk posyandu baik lansia maupun balita yang diadakan di Desa kemuning. Ya kami berharap Mbak usaha dan wisata telaga kemuning  ini semakin berkembang hingga bisa menopang perekonomian warga Kemuning , ujar wanita paruh baya ini.
Meningkatkan ekonomi kerakyatan begitulah visi mulia Desa Kemuning, tak hanya memulai usaha di bidang kuliner, dibidang pemilahan sampah untuk kegiatan daur ulang pun Desa Kemuning mulai berperan aktif.

Pemilahan sampah menjadi lahan basah warga hingga menjadi usaha Bank Sampah

Dok. Pri /Pemilahan sampah ke bank sampah
Dok. Pri /Pemilahan sampah ke bank sampah

Usaha mandiri lainnya yakni pengelolaan sampah yang baik. Selain untuk menciptakan desa yang bersih dari sampah, sampah juga dikategorikan sebagai salah satu sumber pemasukan Desa Kemuning ini. 

Di bawah tanggung jawab Ibu Endang Winarsih, pemilahan sampah di Desa Kemuning tergolong sangat kooperatif. Sampah dipilah, dipisahkan dari sampah plastik dan organik. Beberapa hasil sampah yang masih bisa di daur ulang, untuk sementara ini dijual kepada pengepul yang membutuhkan bahan untuk di daur ulang. Untuk hasilnya juga dimasukkan ke kas desa atau digunakan untuk kegiatan desa.


Peningkatan program kesehatan dan pendidikan : "Adanya kegiatan posyandu dan beasiswa bagi pelajar guna mendukung kesehatan juga pendidikan warga Desa Kemuning"
Desa asri berseri tentunya juga tak luput dengan adanya program kesehatan yang aktif. Desa Kemuning memiliki kegiatan posyandu. Dibawah koordinasi Ibu Rumiyati, posyandu yang dilaksanakan di Desa Kemuning tidak hanya posyandu balita akan tetapi posyandu lansia juga aktif dilaksanakan. Tahun 2017 lalu, posyandu Desa Kemuning berhasil maju ke babak final di lomba posyandu. Lomba ini dilaksanakan oleh Astra, ketika Astra memperingati hari kesehatan Astra di Makassar pada November 2017 lalu.


Selain itu, warga Desa Kemuning juga mengadakan pelatihan para Kader Desa yang dilatih oleh para dokter muda dari UGM tentang bagaimana menangani kesehatan khususnya untuk kegiatan posyandu.

Posyandu lansia dan balita di Desa Kemuning /Dok. Pri
Posyandu lansia dan balita di Desa Kemuning /Dok. Pri

"Awal masuk sebagai Kampung Berseri Astra, di tahun 2016 status program kesehatan kami masih pratama namun terus meningkat ke tahap madya dan kemudian utama hingga saat ini kami sudah berstatus mandiri setelah kami lulus berbagai tahapan dan pelatihan. Kami senang selalu dibantu dengan peralatan yang sudah canggih dan memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).", Pemaparan Bapak Suhardi dengan bangganya.


Pasalnya, Astra juga memiliki MOKESA. MOKESA merupakan akronim dari Mobil Kesehatan Astra, mobil ini merupakan bantuan penigobatan gratis yang diberikan Astra bagi masyarakat. Caranya, warga dapat menukarkan kupon berobat.
Selain peduli terhadap kesehatan, Desa Kemuning berkolaborasi dengan Astra juga peduli terhadap pendidikan. 

Dok. Pri /pembangunan Paud di Desa Kemuning
Dok. Pri /pembangunan Paud di Desa Kemuning
Realisasi ini dibuktikan dengan pembangunan infrastruktur sekolah PAUD di Desa Kemuning. Bagi siswa tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, Astra juga memberikan beasiswa bagi warga Kemuning.


Dari cerita kunjungan saya ke Desa Kemuning, saya mendapatkan banyak pengalaman. Selain pengalaman, wejangan dari hal-hal sederhana juga melekat dipikiran saya, ramahnya warga desa begitupun banyaknya hal positif yang dituangkan warga Kemuning melalui kulinernya baik dari cara pengolahan maupun mengemas bisa menjadi sebuah panutan. 

Tradisi yang kental, bersinergi dengan perkembangan pendidikan dan naiknya tingkat kesehatan masyarakat menjadi nilai plus bagi Desa Kemuning. Di era modern ini, warga Kemuning walaupun terisolir ditengah hutan belantara tetap tak menutup diri terus mengembangkan UKM, berusaha untuk menjadi kampung cerdas mandiri.

Dok. astra.co.id
Dok. astra.co.id

Berkolaborasi dengan PT Astra International Tbk dalam Kampung Berseri Astra menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka, dimana para warga memiliki tanggung jawab guna melaksanakan atau meningkatkan kualitas 4 pilar Kampung Berseri Astra. Jati diri Desa Kemuning mulai terkuak dengan realisasi yang di support penuh oleh Astra. Astra sendiri memiliki visi mulia, dimana program Kampung Berseri Astra memberikan ironi tersendiri bagi pesaingnya, bahwasannya Astra membuktikan dengan realisasi nyata bagi perkembangan Bangsa Indonesia.

Sumber : Wawancara dan kunjungan ke desa Kemuning Gunung Kidul bersama Roadshow Astra. 

www.astra.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun