Mohon tunggu...
Dewi Krisna
Dewi Krisna Mohon Tunggu... Freelancer - Happy House Wife

"You can learn from your competitor, but Do not copy, Copy & You Die" (Jack Ma)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wejangan yang Tersirat di Balik Tradisi "Kembul Bujono" di Desa Kemuning, Gunung Kidul

31 Desember 2018   16:36 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:12 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pri/ Suasana di Sekitar Telaga Kemuning (dokpri)


Harapan demi harapan pun mulai terbesit di benak para warga Desa Kemuning, tak terkecuali Pak Suhardi. Sebagai penggerak warga desa, tentunya Pak Suhardi tak lantas banting tulang sendirian lagi, mengembangkan Desa Kemuning, dukungan demi dukungan mulai meluas juga menguat baik secara lahir maupun psikis, hingga akhirnya terbentuklah pokdarwis inti beranggotakan 28 orang di Desa Kemuning. Terbentuknya pokdarwis ini semakin membakar semangat Pak Suhardi untuk memupuk semangat warga Desa Kemuning, menjadi Desa yang mandiri.
"Semoga Desa Kemuning ke depannya dapat menjadi kampung yang mandiri dan bermartabat yang bisa menjadi tempat wisata serta bisa memboyong wisatawan, guna meningkatkan kesejahteraan warga", ungkap bapak Suhardi 19 Desember 2018 di sesi wawancara.


"Dikelilingi oleh hutan belantara, Desa Kemuning menjadi desa terisolir dengan sejarah yang unik dan berpotensi"
Ketertarikan saya akan keunikan Desa Kemuning, dimulai dari filosofi kisah tumbuhnya sebuah pohon Kemuning untuk pertama kalinya yang konon katanya sudah menjadi pohon siluman. Pohon Kemuning ini dipercaya dapat melindungi dari orang yang berniat tidak baik pada keluarga ,ataupun warga yang tinggal di Kemuning. Nama Desa Kemuning ini, diawali oleh berpindahnya seorang Abdi Kraton guna menyelamatkan diri dari incaran para penjajah kala itu.


Sarijan, sebuah nama yang kental dengan unsur jawa ini, disebut-sebut sebagai nama seseorang yang pertama kali menginjakkan kaki ke tanah Kemuning. Beliaulah Abdi Kraton yang selamat dari incaran para penjajah, saat perpecahan Mataram terjadi. Menyusuri berbagai tempat, mencari tempat singgah terpencil, menghantarkan Sarijan hijrah ke Kemuning. 

Keamanan yang dirasakan Sarijan  di Kemuning, memberikan tekad kuat untuk tak sekedar singgah, pada akhirnya Sarijan memutuskan untuk menetap di Kemuning. Niatnya menetap tak membuat ia lengah, Sarijan tetap waspada akan statusnya yang masih menjadi buronan para kompeni. Guna mengatasi hal ini, akhirnya Sarijan  ia berganti nama menjadi Reso Wijoyo. Kisah inilah yang mengawali munculnya nama Desa Kemuning.

Dok. Pri/ Desa Kemuning dikelilingi Hutan belantara
Dok. Pri/ Desa Kemuning dikelilingi Hutan belantara

Kentalnya budaya Jawa dengan hal-hal berbau mistis, turut berperan erat atas lahirnya nama Desa Kemuning. Ketaatan Reso Wijoyo memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa, tak henti-hentinya ia lakukan dibawah pohon besar nan kokoh. Diceritakan oleh  warga desa Kemuning,  bahwa pohon tersebut merupakan pohon besar yang pertama tumbuh di Kemuning. 

Tekstur pohon yang kuat dan warna pohon ini indah laksana Gading Gajah, bunga nya pun semerbak wangi hingga bisa digunakan untuk wewangian rambut, pohon ini juga memiliki khasiat bagi kesehatan. Dibawah pohon kemuning inilah ia dilindungi, pasalnya ada kekuatan supranatural yang menyelimuti pohon Kemuning di tanah tersebut. 

Diungkapkan oleh para warga mengenai kisah doa Reso Wijoyo yang selalu dikabulkan, disamping itu Reso Wijoyo juga meyakini bahwa pohon ini dapat mengelabui "paningalan" atau penglihatan musuh, sehingga musuh tak dapat melihat ia secara kasat mata.

Dok. Pri /Bapak Suhardi mengenakan surjan dan blankon (dokpri)
Dok. Pri /Bapak Suhardi mengenakan surjan dan blankon (dokpri)

"Namun, menurut cerita, pada keturunan keempat pohon tersebut sudah menghilang, usut punya usut pohon tersebut dipercaya berubah menjadi pohon siluman, yang tidak bisa dilihat secara kasat mata dan hanya yang dikehendaki saja yang dapat melihatnya.", ujar Pria bersurjan lengkap dengan atribut blangkonnya bernama Pak Suhardi.


Lambat laun waktu demi waktu, banyak pohon kemuning yang mulai tumbuh subur nan lebat di area desa ini, dan akhirnya disandangkanlah nama Desa Kemuning di kampung ini. Menurut Pak Suhardi, selain keunikan sejarahnya, Desa ini merupakan sebuah perkampungan satu-satunya di area Gunung Kidul, yang dikelilingi oleh hutan belantara, jadi seperti terisolir.


Lalu, nama kemuning darimana donk? Siapa yang memberi nama pohon tersebut pohon Kemuning?
Sedikit mengulas cerita, dahulu kala terdapat mitos mengenai cerita rakyat tentang pohon kemuning ini. Pada zaman dulu kala, hiduplah seorang Putri Raja yang cantik, rajin nan wangi. Putri Kuning, begitulah nama putri bungsu Sang Raja ini. 

Kisah duka dari Sang Raja diawali kala ia kehilangan putri kesayangannya ini. Rasa iri yang menghiasi hati saudari-saudarinya, membuat mereka melakukan hal keji hingga tak sengaja mengakhiri nyawa si Putri Kuning. Dikarenakan tak ingin perbuatan mereka diketahui oleh Raja, maka mereka menggali tanah di belakang istana dan mengubur mayat Putri Kuning. Lambat laun setelah kejadian ini, Raja mengerahkan pasukannya untuk mencari keberadaan Putri Kuning, namun tak pula ditemukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun