Nah, harapan para warga disini yakni ingin desa mereka maju, baik secara pendidikan maupun bagaimana mengembangkan ekonomi kreatif dengan keterbatasan yang ada. Warga Dusun Gumuk sudah memulainya sejak 2 tahun lalu, dengan masuknya keseniaan Brondut.
Brondut merupakan salah satu budaya di kawasan Magelang yang cukup popular, namun tak banyak yang mengenalnya.
Awal mulanya jenis kesenian ini merupakan kesenian untuk berdakwah yang mempermudah anak-anak untuk mencernanya. Sebenarnya nama Brondut ini awalnya dikenal dengan nama kesenian Kubro Siswa, kubro berarti besar sedangkan siswa artinya murid.Â
Kubro siswa berarti murid-murid Tuhan yang diimplementasikan pada gerakan untuk menjunjung kebesaran Tuhan. Ada pula yang mengungkapkan Kubrosiswa merupakan singkatan dari Kesenian Ubahing Badan Lan Raga (kesenian mengenai gerak badan dan jiwa) yang artinya supaya hakikatnya manusia menyelaraskan hidup dunia & akhirat. Hmmm.. makna yang dalam.
Akan tetapi seiring dengan perkembangan, tradisi Brondut beralih ke paduan tarian dengan music dangdut seperti ide kreatif pada Brondut "Rukun Mudo" yang dimiliki oleh warga dusun Gumuk. Bermacam lagu dijadikan list diikuti oleh gerakan kompak sekitar 20 orang lebih dengan kostum seragam yang nyentrik. Mengenakan kaca mata hitam pun jadi ciri khas para penari Brondut, goyangan kompak pun membuat riuh pertunjukkan Brondut "Rukon Mudo" ini.
Harapan para warga melalui Brondut "Rukun Mudo" Dusun Gumuk bisa terkenal dan lebih maju, Brondut "Rukun Mudo" juga bersedia ditanggap diluar kota Magelang lho, soal biaya nanti bisa dipastikan oleh Pak Sarji ya tentunya disesuaikan dengan jarak juga ya guys.
Sumber : wawancara Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa UPN Yogyakarta dan warga desa Gumuk, Magelang
Dewi Krisna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H