Mohon tunggu...
Dewi Krisna
Dewi Krisna Mohon Tunggu... Freelancer - Happy House Wife

"You can learn from your competitor, but Do not copy, Copy & You Die" (Jack Ma)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesona Kesenian "Brondut Rukun Mudo" dari Desa Gumuk, Magelang

23 Juli 2018   20:36 Diperbarui: 24 Juli 2018   11:14 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc.NP/bu bayan sedang merebus air menggunakan tungku dan kayu

Nah, harapan para warga disini yakni ingin desa mereka maju, baik secara pendidikan maupun bagaimana mengembangkan ekonomi kreatif dengan keterbatasan yang ada. Warga Dusun Gumuk sudah memulainya sejak 2 tahun lalu, dengan masuknya keseniaan Brondut.

Brondut merupakan salah satu budaya di kawasan Magelang yang cukup popular, namun tak banyak yang mengenalnya.

Awal mulanya jenis kesenian ini merupakan kesenian untuk berdakwah yang mempermudah anak-anak untuk mencernanya. Sebenarnya nama Brondut ini awalnya dikenal dengan nama kesenian Kubro Siswa, kubro berarti besar sedangkan siswa artinya murid. 

Kubro siswa berarti murid-murid Tuhan yang diimplementasikan pada gerakan untuk menjunjung kebesaran Tuhan. Ada pula yang mengungkapkan Kubrosiswa merupakan singkatan dari Kesenian Ubahing Badan Lan Raga (kesenian mengenai gerak badan dan jiwa) yang artinya supaya hakikatnya manusia menyelaraskan hidup dunia & akhirat. Hmmm.. makna yang dalam.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan, tradisi Brondut beralih ke paduan tarian dengan music dangdut seperti ide kreatif pada Brondut "Rukun Mudo" yang dimiliki oleh warga dusun Gumuk. Bermacam lagu dijadikan list diikuti oleh gerakan kompak sekitar 20 orang lebih dengan kostum seragam yang nyentrik. Mengenakan kaca mata hitam pun jadi ciri khas para penari Brondut, goyangan kompak pun membuat riuh pertunjukkan Brondut "Rukon Mudo" ini.

Doc. NP/pertunjukkan Brondut
Doc. NP/pertunjukkan Brondut
Brondut "Rukon Mudo" dilatih oleh warga yang memiliki talenta menari yang tak kalah menarik, dengan saling berbagi ilmu merupakan modal Brondut ini meroket, penari Brondut termuda dapat berpartisipasi mulai dari kelas 5 SD. Dari sinilah para warga mendapatkan tambahan penghasilan.

Doc.NP/peserta tari brondut dari siswa kelas 5Sd
Doc.NP/peserta tari brondut dari siswa kelas 5Sd
Namun, maraknya persaingan Brondut di area Magelang membuat Brondut "Rukon Mudo" sepi penanggap, Pak Sarji yang merupakan ketua RT sekaligus pengelola Brondut ini mengungkapkan beberapa waktu ini Brondut "Rukun Mudo" sepi penanggap sebab kurangnya penawaran dan akses teknologi yang mereka tidak kuasai.

Harapan para warga melalui Brondut "Rukun Mudo" Dusun Gumuk bisa terkenal dan lebih maju, Brondut "Rukun Mudo" juga bersedia ditanggap diluar kota Magelang lho, soal biaya nanti bisa dipastikan oleh Pak Sarji ya tentunya disesuaikan dengan jarak juga ya guys.

Sumber : wawancara Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa UPN Yogyakarta dan warga desa Gumuk, Magelang

Dewi Krisna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun