“Aku pergi dulu ya. Ketika pulang nanti, aku akan menemani kamu melahirkan anak kita.” Mas Farhan yang hendak pergi dinas ke luar kota selama tiga hari itu tampak berat meninggalkanku karena Dokter memberikan HPL (Hari Perkiraan Lahir) seminggu dari sekarang. Mas Farhan khawatir ia masih berada di luar kota saat aku melahirkan. Ia terus saja memelukku seolah tak ingin terlepas sedetik pun.
“Iya, Mas, kamu hati-hati ya. Bayi kita akan lahir ketika Papanya pulang,” jawabku sambil melepaskan pelukannya.
“Aku masih mau peluk kamu.”
“Udah berangkat sana! Nanti telat!” ucapku sambil mendorong lembut perutnya. Mas Farhan menatapku lekat-lekat. Sorot matanya memancarkan cinta yang begitu melimpah hingga membuatku merasa begitu istimewa.
**
Tepat di hari ulang tahunku, aku sudah menjadi seorang ibu dengan bayi masih berusia satu minggu. Hari ini hujan turun dengan hebatnya sedari pagi buta. Angin yang berembus cukup kencang sehingga membuat dedaunan melambai-lambai lalu berjatuhan sehingga mengotori tanah di bawahnya.
Aku menghirup dalam-dalam aroma khas hujan yang menguar dengan mata terpejam. Kurapatkan jaket dan melipat tanganku erat-erat di depan dada untuk menahan udara yang semakin menusuk. Beberapa kali melihat ponsel, tapi hanya kekecewaan yang kurasa. Tanpa sadar, mataku basah sambil menatap nanar benda pipih itu di genggaman.
"Kenapa kau menangis? Hari ini adalah hari ulang tahunmu, bukan?" Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar membuyarkan lamunanku.
"Ya, tapi aku kecewa karena hingga detik ini, Mas Farhan tak juga mengucapkan selamat ulang tahun untukku," ucapku dengan suara serak. Aku menunduk sambil menghapus aliran air yang tak sabar keluar dari ujung mata.
"Mungkin dia sibuk?" ujar suara itu lagi.