Nama : Dewi ghaliza faraskhalipa
NIM Â Â : 1405618082
Prodi  : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial UNJ
Tujuan penulis
Dalam rangka memenuhi penilaian penugasan tengah semester pada mata kuliah Pengembangan Masyarakat Bidang Pendidikan yaitu tugas membuat essai dengan mengangkat tema "Memberdayakan Masyarakat Melalui Pendidikan Berbasis Keterampilan Sosial-Ekonomi Masa Pademi Covid-19." Maka saya menulis essai yang berjudul "Pulihkan Ekonomi Nasional Melalui Strategi Pemberdayaan Masyarakat Terdampak PHK Massal Dalam Kegiatan Pelatihan Menjahit dan Digital Marketing" . Saya mohon maaf bila ada salah kata maupun data. Terima kasih telah membaca tulisan saya. Mohon kritik dan sarannya untuk membuat tulisan ini menjadi lebih baik.Â
Latar Belakang
Pademi virus covid-19 telah menjadi salah satu pukulan keras yang menghantam setiap negara di dunia, khususnya dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Kedua bidang ini saling berkesinambungan dalam menopang suatu negara dalam masa krisis menghadapi hantaman keras dari penyebaran virus covid-19.
Dari sisi kesehatan, para dokter serta ilmuan berjibaku berusaha untuk menyelamatkan banyak nyawa baik dengan melakukan perawatan intensif maupun meneliti obat berupa vaksin yang membantu penggunanya untuk menaikan imun tubuh serta menjadi senjata dalam melawan kehadiran covid-19.Â
Ketika awal penyebaran virus ini, dunia tidak dapat menyeimbangkan diri dengan penyebarannya yang sangat pasif dan massal. Hal itu tercermin dari jumlah orang terinfeksi oleh virus tersebut yang sering ditampilkan di televisi maupun website resmi yang menyediakan informasi terkait covid-19.Â
Akibat adanya fenomena ini pun mendorong setiap negara mencari solusi dengan cepat dan tepat dalam menahan gejolak penyebarannya. Kebijakan yang banyak diterapkan dalam menahan masifnya penyebaran covid-19 adalah kebijakan work from home dan learning from home yang diimplementasikan pada sebagian besar negara terdampak, salah satunya adalah Indonesia.Â
Sayangnya, kebijakan ini menjadi pisau bermata dua, satu sisi menjadi tameng dalam membatasi pergerakan masyarakat di muka umum, namun satu sisi mematikan secara perlahan roda perekonomian masyarakat, khususnya pada perusahaan maupun industri yang bergerak pada bidang fashion.Â
Banyak perusahaan maupun industri yang akhirnya terpaksa melakukan PHK secara sepihak atau gulung tikar disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan maupun industri dalam menopang pembiayaan khususnya anggaran operasional dan produksi usahanya.Â
Hal ini terjadi disebabkan oleh tidak dapat terpenuhi sumber pendanaan yang dapat dipakai baik dari penjualan produk maupun penggunaan jasa yang tidak mencapai target akibat daya beli masyarakat yang ikut menurun sebagai dampak terbatasnya ruang gerak masyarakat di muka umum dan masyarakat memilih untuk menghemat serta meminimalisir pengeluarannya.Â
Hal ini menibulkan efek beruntun layaknya domino, Â masyarakat banyak yang terpaksa dirumahkan yang berarti memotong sumber pendapatan masyarakat dalam mempertahankan hidupnya.Â
Apalagi bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja buruh atau pekerja serabutan yang berada pada garis kemiskinan, hal ini akan berpotensi menyulitkan mereka dalam mencari uang disebabkan oleh sebagian besar perusahan atau masyarakat yang memilih untuk menghemat pengeluaran anggaranya yang berujung pada ketidakpastian sumber pendapatan yang dapat mereka gunakan dalam mempertahankan kehidupannya dan mendorong adanya kelaparan dimana-mana sehingga mendorong peningkatan pada tingkat stunting khususnya pada balita dan anak-anak.Â
Akibat terbesar dari fenomena tersebut adalah meningkat tajamnya tingkat pengangguran dan kemiskinan baik kemiskinan structural maupun kultural. Perlu adanya kebijakan ataupun tindakan nyata dalam mengakomodir dan mengelola sumber daya manusia yang dalam mengatasi kedua fenomena ini yaitu pemberdayaan masyarakat.
Solusi yang diusulkan
Pemberdayaan masyarakat diperlukan khususnya bagi masyarakat yang terdampak akibat PHK massal dengan tujuan akhir adalah mendorong masyarakat untuk aktif dalam menaikan taraf kehidupannya baik dari segi social maupun ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia disekitarnya dan bergotong royong dalam mengelola, memasarkan, dan mendistribusikannya sehingga mendapatkan sumber pemasukan baru dalam menopang kehidupannya.Â
Sebelum mengeluarkan kebijakan maupun mengadakan program atau kegiatan pembedayaan masyarakat, pihak penyelenggara ataupun pemerintah perlu merancang perencanaan sosial, langkah awal yang perlu dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor penyebab munculnya isu masalah sosial, kebutuhan teknologi yang tepat, dan potensi yang dapat di gali baik dari sisi geografis maupun demografis.Â
Bila kita berfokus pada suatu wilayah yang mengalami masalah sosial akibat adanya PHK massal dan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, maka kita dapat maju ke step selanjutnya yaitu mengelompokan tingkat umur, tingkat kecakapan dalam beradaptasi dan kemahiran pada teknologi, ataupun menggolongkan keahlian yang mayoritas dikuasai oleh masyarakat yang menjadi sasaran pemberdayaan.Â
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan ketercapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan memberikan pelatihan maupun pembelajaran yang sesuai potensi atau keahlian masyarakat.Â
Misalnya karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat yang menjadi sasaran kita ternyata mayoritas merupakan seorang penjahit freelance dan berada di lingkungan yang memiliki banyak UMKM yang bergerak pada bidang fasion seperti konveksi jahit pakaian.Â
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan berupa kegiatan pelatihan maupun workshop yang berkaitan dengan skill ataupun sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh lagi.Â
Penyelenggaraan dapat memulai langkah awalnya dengan mengajak masyarakat turut aktif dan mensosialisasikan bahwa kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan skill baik dari pengetahuan maupun keterampilan mereka yang berfokus pada bidang menjahit.Â
Kemudian, pihak penyelenggara perlu menganalisis kebutuhan teknologi apa saja yang perlu diberikan atau diajarkan lebih jauh kepada masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan ini. Misalnya dilihat dari tingkat PHK atau usia pekerja yang berada di lingkungan tersebut adalah usia produktif yaitu 17 tahun keatas yang sebagian besar berprofesi sebagai penjahit freelance atau buruh pada industri pakaian, maka kita akan mulai menganalisis tingkat adaptasi dan pemahaman teknologi berupa penguasaan mesin jahit, smartphone, internet, atau teknologi lain yang dapat menopang mereka dalam profesi yang ditekuni atau ingin diajarkan dalam kegiatan pemberdayaan ini.Â
Tingkat adaptasi maupun penguasaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman dan penggunaan masyarakat akan peralatan teknologi yang diperlukan dalam mengasah skill mereka. Â Pihak penyelenggara juga dapat menganalisis potensi geografi ataupun wilayah yang akan menjadi sasarannya, misalnya apakah ada ciri khas seperti kerajinan tangan atau motif yang menjadi ciri khas dari wilayah tersebut sehingga dapat dikembangkan, contohnya seperti kain yang dihiasi oleh motif batik atau anyaman tas yang menjadi komoditas fashion andalan dalam usaha UMKM yang dikelola masyarakat.Â
Pihak penyelenggara dapat menganalisis lebih jauh karakteristik yang dimiliki baik oleh masyarakat atau wilayah sasarannya yang memiliki nilai jual atau potensi untuk dikembangkan dengan mengajak masyarakat berdialog dan berdiskusi untuk menggali informasi perihal kebutuhan skill yang mereka inginkan maupun potensi keahlian, serta sumber daya yang dimiliki yang siap dikembangkan lebih jauh melalui pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan dalam program pelatihan ataupun workshop nantinya.
Analisis dalam perencanaan sosial dapat mengandalkan pisau analisis. Salah satu pisau analisis yang dapat digunakan oleh perancang dalam merancang  perencanaan sosial adalah analisis SWOT yang menitik beratkan pada beberapa point analisis yaitu Strength (kekuatan atau kelebihan), Weakness (kelemahan atau kekurangan), Opportunity (potensi atau peluang), Threat (ancaman) dalam menganalisi faktor penyebab masalah sosial maupun karakteristik ini lah yang menjadi modal pihak penyelenggara untuk merancang konsep, tujuan, serta kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan atau program pemberdayaan masyarakat nantinya.Â
Misalnya sasaran penerima manfaat pemberdayaan masyarakat berada pada lingkungan yang sebagian besar sebagai tukang jahit freelance, pekerja buruh, ataupun pekerja serabutan yang memiliki dasar pengetahuan dan kemampuan perihal menjahit dapat kita masukkan dalam analisis strength (kekuatan).Â
Kemudian geografi dalam bentuk lokasi tempat tinggal masyarakat berada di sekitar lingkungan industri pembuatan pakaian dengan komoditas utama adalah pakaian. Kita dapat memanfaatkan potongan kain atau kain perca yang tidak terpakai ataupun bahan-bahan lain yang menjadi limbah selama memproduksi pakaian, namun dapat dimanfaatkan kembali dan diolah akan masuk ke salah satu bagian opportunity (potensi) yang dapat dikembangkan.Â
Potongan kain ataupun kain perca dapat dimanfaatkan dalam bahan pembuatan boneka yang sedang viral ataupun masker wajah kain dengan dibalut motif batik ataupun motif yang menjadi ciri khas wilayah tersebut. Selain dijual dalam bentuk satuan, boneka maupun masker tersebut dapat dijual dalam konsep hampers dengan memanfaatkan hari raya maupun event spesial seperti lebaran idul fitri, hari kemerdekaan indonesia, ataupun sebagai kado spesial untuk memberikan ucapan selamat.Â
Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian calon-calon konsumen baru yang lebih luas melalui perluasan segmentasi pemasaran sehingga berpotensi akan mendompleng hasil penjualan dibanding dijual satuan.Â
Sedangkan tingkat keahlian dasar dalam menjahit atau penggunaan teknologi seperti internet dan smartphone menjadi salah satu pertimbangan yang dapat masuk ke ranah strength (kekuatan) ataupun weakness (kelemahan) karena kedua hal ini perlu dipertimbangkan dan dinilai sesuai dengan pengetahuan ataupun keahlian yang dimiliki masyarakat.Â
Khusus penggunaan internet maupun smartphone bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keahlian masyarakat yang berkaitan dengan dunia wirausaha seperti photography, digital marketing, maupun branding produk.
Tingkat pemahaman maupun pengaplikasian dalam penggunaan teknologi ini akan menjadi tolak ukur dalam menyusun modul pembelajaran yang akan diberikan selama kegiatan pelatihan pemberdayaan masyarakat berlangsung.Â
Terakhir adalah threat (ancaman) yang perlu dianalisis lebih jauh seperti memetakan para kompetitor dibidang yang sama, membuat jalur komunikasi dan koordinasi antara pihak penyelenggara dengan pihak-pihak yang turut ikut bekerja sama dalam program atau kegiatan pemberdayaan maupun pihak penyelenggara kepada masyarakat yang menjadi sasarannya, atau hal lainnya yang dapat menjadi ancaman selama pelaksanaan program atau kegiatan pemberdayaan berlangsung.
 Setelah dianalisis lebih jauh melalui pisau analisis SWOT, hasil analisis faktor penyebab masalah sosial dan karakteristik masyarakat dan wilayah sasarannya dapat menjadi tolak ukur sang perancang perencanaan sosial atau pihak penyelenggara dapat merumuskan konsep, tujuan, program atau kegiatan pelatihan atau workshop yang dilaksanakan selama kegiatan pemberdayaan berlangsung nanti.
Perencanaan sosial tidak berhenti di tahap analisis karakteristik masyarakat dan wilayahnya, pihak penyelenggara perlu memenuhi syarat-syarat ataupun ketentuan dalam perencanaan sosial seperti mengurus perizinan dan administrasi baik pada pemerintah daerah setempat atau pemerintah pusat.Â
Disini pihak penyelenggara dapat mengajak pihak pemerintah untuk berdialog perihal gagasan, konsep, serta tujuan yang ingin diusung oleh pihak penyelenggara sehingga dapat saling memahami, saling mendukung, serta meminimalisir adanya gesekan konflik akibat konsep yang diusung oleh pihak penyelenggara bila ternyata melenceng dari hukum, politik, maupun administrasi.Â
Pihak pemerintah disini dapat pula secara aktif memberi dukungan pada kegiatan yang ingin diadakan oleh pihak penyelenggara melalui kebijakan, administrasi, ataupun pendanaan.Â
Dalam meringankan penggunaan anggaran, pihak penyelenggara dapat mengajak kolaborasi maupun kerja sama kepada beberapa industri pakaian di sekitar lokasi tempat tinggal masyarakat yang menjadi sasaran dalam hal penyediaan barang dan alat yang digunakan dalam pelatihan nantinya, industri yang bergerak pada bidang branding digital UMKM untuk turut mempromosikan produk hasil kegiatan pemberdayaan ataupun menjadi mentor dalam mengajarkan masyarakat perihal photography dan photo editing produk yang akan dijual maupun pemasaran dan branding produk secara daring, atau pihak-pihak yang bersedia turut membantu pendistribusian produk atau tempat untuk menjual produknya. Setelah mensosialisasikan dan melaksanakan program pemberdayaan ini, pihak penyelenggara tidak serta merta melepaskan masyarakat untuk mempraktekkan segala pembelajaran yang sudah didapat.Â
Pihak penyelenggara dapat memantau perkembangan kemajuan dari hasil pemberdayaan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hal ini untuk mengantisipasi bila masyarakat mengalami masalah dalam mengaplikasikan hasil pembelajaran, pihak penyelenggara dapat menjadi tempat konsultasi untuk saling bertukar pikiran maupun opini dalam rangka menemukan solusi tengah dalam masalah yang dihadapi oleh masyarakat guna meningkatkan produktivitas masyarakat dalam mengaplikasikan hasil pembelajaran.Â
Masyarakat yang telah menjadi sasaran dalam kegiatan pemberdayaan ini akan mendapatkan kesempatan untuk mengasah skillnya, bergotong-royong dalam membangun bisnis UMKM bersama dan saling bertukar pikiran dalam membangun usaha bersama berdasarkan ilmu yang ia dan masyarakat lainnya dapatkan selama kegiatan ini, bahkan berkesempatan untuk menaikan taraf kehidupannya baik dari sisi sosial dan ekonomi yang terdampak akibat PHK massal.
Kesimpulan
Pademi covid-19 telah memberikan pukulan keras pada roda perekonomian Indonesia, khususnya pihak pengusaha dan UMKM. Lesunya roda perekonomian, mendorong perusahaan maupun industri melakukan PHK massal kepada para pekerjanya demi efisiensi penggunaan dana dalam biaya operasional perusahaan maupun industri.Â
Hal tersebut turut memberikan dampak signifikan kepada masyarakat yang terkena PHK massal yang menyebabkan terputus sumber dana pemasukannya yang akan digunakan dalam membiayai kebutuhan dan melanjutkan hidupnya. Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu kunci dalam mengupgrade skill yang dimiliki masyarakat dan mendorong masyarakat secara aktif dalam membangun UMKM dengan mengaplikasikan keilmuan yang telah diberikan.
 Pelatihan dan workshop menjadi salah satu program yang bergerak dalam pendidikan yang dapat diaplikasikan dalam pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah skill baik pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki masyarakat. Salah satu kegiatannya adalah pelatihan menjahit dan digital marketing pada masyarakat yang berkecimpung dalam profesi menjahit dan bertempat tinggal disekitar industri fasion seperti industri pakaian.Â
Dampak dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat ini adalah membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat baik pada bidang sosial-ekonomi melalui penjualan produk berdasarkan pengaplikasian keilmuan yang didapat selama mengikuti kegiatan pemberdayaan. Hal ini pun mendorong masyarakat untuk secara aktif melakukan kegiatan ekonomi baik dari kegiatan produksi, distribusi, maupun konsumsi dalam rangka menghidupkan roda perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekonomi dari UMKM yang dijalankan oleh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H