Sementara segi menyehatkan, karena ada beberapa langkah menurut Busan awalnya agak "salah jalan". Meskipun dia tidak memvonis bahwa kesalahan itu ada pada Kanwil, KPP, ataupun pegawai. Hanya dia memberi gambaran bagaimana sebuah kesalahan berantai jika dibiarkan berlarut, akan merusak kinerja organisasi secara keseluruhan.
Jika digambarkan dalam sebuah siklus, semua bermula dari fokus keseimbangan sasaran kinerja. Ketika target dinaikkan, maka sebagian teman-teman di bagian Pemeriksaan lebih fokus pada target sasaran kinerja mereka agar tercapai, sehingga beberapa dari mereka abai dari segi kualitas. Padahal kualitas akan mempengaruhi keseimbangan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Namun pria berpostur sedang itu menegaskan,"Saya tidak mengatakan banyak yang berkurang kualitasnya, tapi ada satu dua saja."
Permasalahan itu menyebabkan Keberatan di Kanwil DJP Jakarta Khusus sangat menumpuk. Banyak kasus Permohonan Keberatan yang ditolak di Kanwil, tetapi setelah WP mengajukan Permohonan Banding di Pengadilan Pajak akhirnya menang.
Busan menganalogikan, jika dalam istilah dagang malah nombok. Modal Rp1000 laku dijual Rp1000, malah ditambah dengan adanya mangkok yang pecah. Dengan kata lain negara harus membayar bunga kepada WP atas kekalahan di Pengadilan Pajak, Busan mengulas dengan nada getir.
Karena itu, dia tidak bisa menjanjikan penerimaan yang melejit dari Kanwil DJP Jakarta Khusus. Banyak faktor penyebabnya, salah satunya karena harus membayar imbalan bunga atas kasus Keberatan yang kalah tadi, dan lain-lainnya.
Untuk membenahi masalah Keberatan tersebut, pria yang memiliki dua orang puteri ini mencoba melakukan dua strategi. Pertama, dia menyampaikan Personal Branding kepada para stafnya di Bidang Keberatan, Banding dan Pengurangan (KBP) bahwa dia percaya mereka, tinggal mereka percaya dia atau tidak.
Kedua, faktor masa lalu, ada sebuah ketakutan dan trauma dalam diri pegawai untuk menerima Permohonan Keberatan meskipun tahu aturan yang digunakan dalam penetapan pajak tersebut tidak berdasar. Ada sebuah konsensus tak tertulis di Bidang KBP untuk menolak Permohonan Keberatan, karena takut dituduh "bermain".
"Nah, itu yang saya putar balik, "cerita Busan, "kalau kalian tidak menerima apapun sebagai ucapan terima kasih, kenapa harus takut berlaku adil?"
Sejak saat itu para stafnya di Bidang KBP tidak merasa takut lagi untuk mengabulkan Permohonan Keberatan WP, jika memang WP benar. Sebaliknya jika Pemeriksa yang benar, maka ketetapan pajak harus  tetap dipertahankan.
Imbasnya adalah WP akhirnya sadar bahwa jika mereka salah, maka mereka harus memperbaiki kesalahan. Dan jika benar, mereka sudah yakin akan mendapat keadilan di kanwil. Sementara para Pemeriksa Pajak di KPP akan memperbaiki kualitas pemeriksaan mereka, karena mereka tahu jika kualitas kerja mereka kurang akan dipatahkan di Kanwil. Sebuah upaya untuk menegakkan keadilan untuk WP dan mendorong peningkatan kompetensi diri bagi pegawai.