Memang, perlu mengenal teknik memasak, peralatan, dan aneka bahannya dulu agar lebih paham metode dan gaya memasak peranakan.
Hal yang membedakan masakan peranakan dan masakan nusantara zaman dulu adalah teknik mengukus dan masakan tumisan.
Dalam buku ini disebutkan bahwa dulu masyarakat nusantara tak mengenal teknik menumis.
Dalam mengukus, masyarakat nusantara umumnya menggunakan daun pisang, sedangkan masakan peranakan umumnya menggunakan kukusan dari bambu dengan tutup berbentuk kerucut.
Seperti yang dikisahkan dalam komik populer Master Cooking Boy, api adalah nyawa dalam masakan China, begitu juga dengan masakan peranakan.
Besar kecilnya api berpengaruh dengan aroma, tekstur, dan cita rasa masakan. Oleh karenanya terkadang kita melihat seorang koki memasak dengan api besar, namun di masakan lain ia menggunakan api kecil.
Dalam masakan Tionghoa dikenal dengan lima rasa, lima aroma, dan lima warna. Kelima rasa adalah asin, pahit, manis, asin, dan panas. Sedangkan lima warna berupa putih, hitam, kuning, biru, dan merah.
Aroma sendiri terpengaruh dan rempah-rempah khas yang mengeluarkan aroma khas atau biasa disebut ngo hiang atau ngoyang.
Bumbu utama masakan Tionghoa adalah lada, cabe, bawang putih, dan jahe. Masakan peranakan juga menggunakan keluak, kencur, lengkuas, jintan, dan santan.
Sedangkan untuk bahan ada mie, soun, bihun, misoa, tauge, bubuk ngo hiang (terdiri dari pekak, cengkeh, adas, lada Sichuan, dan kayu manis), tauco, dan tahu.