Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Ketika Perupa Beropini dalam Pameran Voice Against Reason

19 Januari 2024   19:03 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:03 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi terinspirasi laku dodok dan kritikan di dalamnya (dokumen pribadi) 

Ada instalasi seni berupa video 12 kanal monitor yang disinkronisasikan yang menunjukkan laku dodok atau jalan berjongkok. Karya ini terinspirasi dari budaya keraton Yogya. Judulnya  Perpetuity karya Nadiah Bamadhaj dari Malaysia.

Instalasi terinspirasi laku dodok dan kritikan di dalamnya (dokumen pribadi) 
Instalasi terinspirasi laku dodok dan kritikan di dalamnya (dokumen pribadi) 
Dua seniman Bali yang merupakan ayah dan anak menghadirkan karya seni yang emosional. Ada I Ketut Muja dengan Rwa Bhineda yang membuat patung ekspresif. Sedangkan I Wayan Jana menampilkan Bisma,  dengan kondisinya setelah bertarung dengan Srikandi yang merupakan reinkarnasi Dewi Amba. Bagian ini begitu memilukan.

Patung ini ekspresif (dokumen pribadi) 
Patung ini ekspresif (dokumen pribadi) 
Masih banyak karya dan instalasi seni memikat yang membuat merenung di pameran kali ini. Perupa dari Jepang bernama Meiro Koizumi menampilkan Good Machine Bad Machine yang berupa video multikanal dan robot berupa patung tangan yang bisa bergerak-gerak. Lalu ada cerita tentang korban perang Vietnam, cerita duka di Afghanistan, cerita para pengungsi perempuan di Indonesia dan masih banyak lagi.

Patung Bisma ini memilukan (dokumen pribadi) 
Patung Bisma ini memilukan (dokumen pribadi) 
Sampai di rumah aku mengamati lagi karya seni yang sebagian kudokumentasikan. Emosi dari beberapa karya masih bisa kurasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun