Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum Keprajuritan Indonesia, Bangunan Luarnya Megah, Koleksinya Kurang Terawat

3 Desember 2023   15:46 Diperbarui: 3 Desember 2023   15:49 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Keprajuritan Indonesia memiliki bangunan yang megah (dokpri) 

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memiliki banyak museum. Belasan jumlahnya. Sayangnya dari sekian banyak museum tersebut, ada saja yang koleksinya dan bangunannya nampak kurang terawat. Salah satunya adalah Museum Keprajuritan Indonesia. Dari luar, bangunan museum nampak gagah dan megah, namun sayangnya koleksi museumnya kurang terawat.

Saat itu sekitar pukul sepuluh pagi aku tiba di di depan Museum Keprajuritan Indonesia. Sebelumnya aku menjelajah Museum Pusaka dulu baru ke museum ini.

Sudah lama aku tidak berkunjung ke museum ini. Dari dulu pelataran dan bangunan museum ini kuanggap paling cantik dan megah di antara museum-museum lainnya di TMII. Di bagian luar museum, ada danau buatan. Lalu ada dermaga buatan dan dua kapal yang bersandar, kapal phinisi Bugis dan kapal Banten yang anggun. Di halaman juga ada patung Gajah Mada yang nampak gagah. Bendera merah putih juga membentang di bagian luar.

Bangunan ini dari luar sungguh indah dan nampak asri. Membuatku penasaran dan ingin menjelajah karena aku sudah lupa-lupa ingat akan koleksinya.

Danau buatan dan kapal membuat bagian luar museum ini nampak megah (dokpri) 
Danau buatan dan kapal membuat bagian luar museum ini nampak megah (dokpri) 

Meriam ada di halaman dan di depan museum (dokpri) 
Meriam ada di halaman dan di depan museum (dokpri) 

Ada dermaga buatan dan bendera merah putih berkibar gagah (dokpri) 
Ada dermaga buatan dan bendera merah putih berkibar gagah (dokpri) 

Kapal phinisi dan kapal Banten begitu menawan (dokpri) 
Kapal phinisi dan kapal Banten begitu menawan (dokpri) 


Tiket masuknya murah hanya lima ribu rupiah. Saat itu hanya aku sendirian pengunjungnya. Tak masalah sih, soalnya aku sudah sering menjelajah museum sendirian.

Waktunya menjelajah. Aku menjelajah bagian luar terlebih dahulu. Ada meriam dan kapal yang bisa dieksplorasi. Namun hati-hati jika naik jembatan dermaganya, karena di sekitarnya adalah danau buatan. Lalu ada juga jembatan yang bergoyang.

Pelataran museum begitu indah dan asri, membuatku betah untuk sekadar duduk-duduk. Dari halaman, bangunan museum yang seperti benteng juga terlihat kokoh dan megah. Bangunan museum ini seperti benteng abad ke-16, lengkap dengan parit di sekelilingnya.

Bentuk bangunan bersudut lima melambangkan Pancasila. Lalu di sekeliling bangunan ada relief dan diorama yang menggambarkan berbagai pertempuran yang pernah terjadi di Nusantara, seperti pertempuran antara pasukan Raden Wijaya melawan pasukan Mongol. Lalu ada pertempuran di Benteng Indra Patra, Aceh tahun 1606 melawan bangsa Portugis, dan sebagainya.

Bangunan museum nampak megah (dokpri) 
Bangunan museum nampak megah (dokpri) 

Ada diorama di sekeliling bangunan museum (dokpri) 
Ada diorama di sekeliling bangunan museum (dokpri) 

Koleksi di lantai dasar hanya sedikit (dokpri) 
Koleksi di lantai dasar hanya sedikit (dokpri) 

Di panggung terbuka ada patung pahlawan berjajar (dokpri) 
Di panggung terbuka ada patung pahlawan berjajar (dokpri) 

Ehm ada beberapa perahu di parit tersebut. Seandainya ada petugas museum, apakah wisatawan boleh berkeliling menyaksikan diorama tersebut dengan menggunakan perahu ya? Soalnya kalau dari atas dan dari seberang parit, diorama tersebut tidak begitu jelas.

Bagian luar museum begitu menawan, bagaimana dengan isi bangunannya?

Museum Keprajuritan Indonesia diresmikan tahun 1987. Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan lantai paling atas adalah bagian atap di mana pengunjung diperbolehkan untuk menikmati panorama dari atas bangunan.

Di lantai dasar koleksinya hanya sedikit. Hanya ada beberapa tokoh pahlawan dengan sedikit narasi. Di bagian panggung terbuka ada 23 sosok pahlawan yang patungnya terbuat dari perunggu.  Di lantai dasar ini juga ada ruang audio visual dan kafe-kafe yang nampak sepi dan kosong. Ehm kenapa museum ini tak ada petugasnya sama sekali ya, hanya ada petugas di pintu masuk, aku bertanya-tanya.

Ada tangga dan lift untuk menuju ke lantai dua. Di lantai dua adalah jantung museum ini karena ada berbagai diorama yang menggambarkan sejarah bangsa dari abad ke-7 hingga abad ke-21. Bagian pertama adalah cerita tentang Sriwijaya dengan diorama menggambarkan kapal laut.  Lalu ada narasi tentang Kedatuan Sriwjaya dari peninggalan prasasti,  foto dua candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya, cerita tentang mandala, hingga silsilah raja Sriwijaya.


Ketika beranjak ke diorama berikutnya aku tertegun. Bagian atas diorama yang menunjukkan  nama dan judul diorama tidak ada. Lalu lorongnya begitu gelap. Aku jadi ragu untuk meneruskan. Akhirnya aku memutuskan turun dan mencoba melihat dari tangga di seberang.

Hanya ada beberapa diorama yang terawat (dokpri) 
Hanya ada beberapa diorama yang terawat (dokpri) 

Konsepnya bagus (dokpri) 
Konsepnya bagus (dokpri) 

Lowong selebihnya begitu gelap membuatku membatalkan melanjutkan berkeliling (dokpri) 
Lowong selebihnya begitu gelap membuatku membatalkan melanjutkan berkeliling (dokpri) 


Kondisi diorama dari ruangan seberang juga hampir sama. Hanya ada satu diorama yang masih lumayan utuh dan terlihat, yaitu tentang pertempuran di Buleleng Bali. Ada foto-foto dan penjelasan tentang pertempuran tersebut.

Aku lagi-lagi membatalkan niat untuk lanjut berkeliling. Lorongnya begitu gelap dan aku hanya sendirian. Beberapa diorama nampak kurang terpelihara, ada yang isinya kosong, bagian judul hilang, dan sebagainya.

Museum ini begitu indah dan megah di bagian luar, tapi sayangnya koleksinya tak terawat. Padahal isi museum ini menarik, tentang kisah-kisah perjuangan yang patut diketahui generasi masa kini dan mendatang.

Aku mengusir kekecewaan dengan kembali duduk-duduk di halaman. Semoga koleksi museum ini kembali dirawat. Sayang banget jika bagian luarnya menawan, sedangkan bagian dalamnya terbengkalai.

Aku betah sih duduk-duduk di sini meski hanya sendirian, tapi ya semoga ada pembenahan ke depan (dokpri) 
Aku betah sih duduk-duduk di sini meski hanya sendirian, tapi ya semoga ada pembenahan ke depan (dokpri) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun