Animasi pendek ini memiliki pesan yang bernas tentang pentingnya menjaga kualitas udara dan keberlangsungan alam. Aku sungguh mengapresiasi animasi buatan Pamela Suryadjaya ini karena selain pesannya yang sarat juga kualitas grafisnya yang indah, Â tak kalah dengan animasi Hollywood.
Warna-warna yang suram disandingkan dengan warna neon untuk menunjukkan situasi dystopia dalam dunia modern. Warna neon yang menunjukkan teknologi yang maju dikontraskan dengan tanaman kering yang menyisakan ranting dan alat bantu pernafasan.
Animasi ketiga ini sangat berat kritikannya. Judulnya adalah Djakarta-00, ini ibarat kota fiktif Jakarta atau Jakarta di dunia paralel. Sama dengan film animasi sebelumnya ceritanya memiliki unsur dystopia.
Bagaimana jika sampah, kemacetan, dan banjir tak pernah ditangani serius oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Banjir dibiarkan begitu juga dengan sampah dan kemacetan. Hingga suatu ketika kota tersebut lumpuh dan tenggelam.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Visual dan imajinasi animasi karya Galang Larope ini top-notch, luar biasa. Gambarnya menawan, detail, desain karakter tokohnya juga khas. Menurutku ini salah satu animasi lokal yang visual dan ceritanya mampu membuatku terkesan.Â
Ada gambar Monas yang tenggelam membuat dada terasa berdesir. Apalagi kemudian ada sampah yang jatuh menimpa monumen nasional tersebur. Begitu juga dengan gunungan bangkai mobil yang dibiarkan begitu saja, dampak dari kemacetan yang begitu parah dan tak bisa lagi dikendalikan. Rasanya mengerikan. Jangan sampai deh hal tersebut terjadi.Â
Yang menarik lagu ada kincir angin mini yang khas dimainkan di gang-gang kampung. Plus, lagu yang dimainkan di kincir angin mini ini juga khas.Â
Video bisa disimak di sini:
Animasi pendek karya Galang Larope yang diproduksi Vidsee ini panen penghargaan. Animasi berdurasi hampir sembilan menit ini meraih Best Idea di KSD 2014, Best Animation di Indonesia Short Festival SCTV 2015, dan Best Animation Official Jury di XXI Short Film Festival 2015.