I have learned over the many years of working with elephants. That they are very inteligent and emotional beings." - Bomman
Bomman dan Bellie adalah dua perawat gajah. Mereka merawat bayi gajah yatim piatu bernama Raghu, yang ibunya meninggal karena tersetrum. Dengan sabar keduanya merawat Raghu yang lemah hingga menjadi gajah yang sehat. Cerita tentang gajah dan perawat gajah ini tersaji dalam film dokumenter berjudul The Elephant Whisperers.Â
Dalam film dokumenter besutan Kartiki Gonsalves ini penonton diajak berkenalan dengan sepasang perawat gajah, Bomman dan Bellie. Keduanya hidup di perkampungan kecil yang masuk dalam wilayah Theppakadu Elephant Camp, bagian dari kompleks Mudumalai National Park, Tamil Nadu, India Selatan. Camp gajah  ini tertua di Asia. Usianya sudah lebih dari 140 tahun.
Bomman berasal dari generasi perawat gajah. Kakek dan ayahnya juga sama-sama perawat gajah dan tinggal di tepian hutan. Oleh karenanya hutan adalah rumahnya dan ia merasa sulit membayangkan hidupnya tanpa gajah.
Kehadiran bayi Raghu baginya adalah anugerah dan tantangan. Ia menyayanginya seperti anaknya sendiri. Ia membersihkan kandangnya, memberinya makan, memandikannya di sungai, dan mengajaknya bermain. Ia tahu Raghu juga membalas rasa cintanya.
Bersama Bellie ia bahu membahu merawat gajah. Apalagi kemudian juga ada bayi gajah lainnya bernama Ammu. Namun kemudian mendung menggelayuti wajah mereka ketika Raghu yang telah berumur tiga tahun dipindahkan ke tangan perawat gajah lainnya.
Sebuah Dokumenter yang Indah dan Emosional
Bagi mereka yang mencintai film dokumenter tentang alam dan satwa, maka film ini akan membuat penonton akan lebih kenal dengan sosok gajah. Gajah rupanya mudah menunjukkan rasa cintanya kepada manusia. Mereka juga bisa nakal dan manja.
Dalam film dokumenter ini, Bomman dan Bellie sudah menganggap kedua gajah yang dirawatnya seperti anggota keluarga sendiri. Mereka memberinya lonceng di tubuhnya sehingga jika gajah tersebut tersesat, mereka dapat menemukannya. Gajah tersebut juga dilibatkan dalam upacara untuk memuja Ganesha dan upacara pernikahan mereka.
Selama 40 menit, penonton diajak melihat bagaimana eratnya hubungan perawat gajah dengan gajah mereka. Emosi gajah saat gembira, manja, dan marah juga terpancar di sini.
Oleh karena camp gajah ini masuk dalam hutan, maka juga disorot hewan-hewan lainnya seperti monyet berbulu putih berwajah putih, tupai, Â bunglon, merak, kerbau, harimau, dan aneka burung.
Dokumenter ini kaya akan gambar-gambar panorama alam yang menawan, pepohonan, sungai, dan bukit-bukit yang terjal. Hutan nampak begitu indah saat matahari terang dan terkesan misterius saat mulai gelap.
Dokumenter produksi Sikhya Entertainment ini masuk dalam nominasi 95th Oscars Awards untuk kategori film dokumenter pendek. Film sepanjang 40 menit yang tayang di Netflix ini akan berhadapan dengan empat dokumenter pendek lainnya, Haulout, How Do You Measure a Year?, The Martha Mitchell Effect, dan Stranger at the Gate.
Film ini sarat pesan untuk mencintai gajah dan menjaga alam. Tak sedikit bayi gajah yang terpisah dari rombongannya saat mencari makan atau terluka karena habitatnya rusak gara-gara kebakaran. Akan lebih baik jika ada yang merawat mereka hingga mereka bisa kembali ke alam.Â
Sebuah dokumenter yang hangat dan menyentuh perasaan. Siapkanlah tisu karena ada bagian yang mengharukan.
"I cannot imagine life without elephant."- Bomman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H