Saat itu aku dipercaya sebagai kontributor film Indonesia. Jika dulunya aku hanya menonton film Indonesia apabila benar-benar ingin, maka kemudian aku 'dipaksa' menyaksikan film Indonesia tiap minggu. Dari situ rasa cinta dan peduliku tumbuh terhadap film Indonesia.
Meski aku menjadi kontributor di majalah film daring, tapi aku tetap menulis di Kompasiana. Ulasan film manca tetap banyak kutulis di Kompasiana.
Aku juga belajar menulis film dari sudut pandang lain. Tak hanya melulu ulasan, bisa juga dari pemerannya, makna tersembunyi, dan bagaimana respon penonton.
Tak Hanya Menulis Ulasan Film, Namun Juga Suka Nangkring
Jika bosan menulis film, aku juga menulis topik lainnya. Aku juga aktif mengikuti kegiatan nangkring dan acara komunitas, terutama KOMiK dan Kapeka. Komunitas Click dulu juga masih sering adakan acara.
Gara-gara suka datang di acara nangkring dan acara komunitas, aku jadi kenal banyak Kompasianer. Para Kompasianer yang kukenal pertama adalah mbak Muthiah Alhasany, Khairunisa Maslichul, dan Okti.
Hingga saat ini hubunganku dengan mereka tetap terjalin akrab. Bahkan Nisa dan mbak Muthiah sudah seperti sepupu bagiku.
Berikutnya makin banyak yang kukenal sehingga seringkali jika datang di acara nangkring atau acara komunitas, bukan acaranya yang utama melainkan pertemuan dengan kompasianernya. Kami suka ngobrol apa saja dan bercanda.
Aku paling suka bercanda dengan bang Rahab, mbak Yayat, mbak Muthiah, Bule, Andri, dan Reno karena tak baperan. Ada kalanya kami ngerumpi tentang Kompasiana, tapi lebih seringnya menertawakan diri sendiri. Meski kami mengeluh ini itu ke Kompasiana, ujung-ujungnya juga tetap menulis di Kompasiana.