Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, kaya akan potensi alam. Pantainya saja ada begitu banyak pilihan, dari Pantai Kuta hingga Pantai Selong Blanak. Asyiknya wisatawan juga bisa melakukan aktivitas berolah raga sambil menikmati panorama alam Lombok yang menawan.
Aku beruntung bisa mendapatkan undangan KEMENPAREKRAF bekerja sama dengan Kompasiana ke Mandalika sebagai hadiah lomba menulis. Bersama sembilan kawan Kompasianer kami melakukan berbagai kegiatan yang seru jalan-jalan sambil menambah wawasan.
Mumpung di Lombok dan besok masih hari Minggu, aku pun menambah sehari di Lombok. Alhasil aku bisa menjelajah pantai-pantai di kawasan Mandalika yang sebelumnya terhalang karena hujan deras dan waktu yang terbatas.
Seperti yang kuceritakan beberapa hari silam, lokasi penginapan kami untuk malam pertama dan kedua itu berhadapan dengan Pantai Kuta Mandalika. Alhasil kami bisa menikmati suasana pagi dan petang di Pantai Kuta.
Pantai Kuta memiliki pasir putih agak krem. Butirannya ada yang halus, juga ada yang seperti merica. Sensasinya seperti menggelitik telapak kaki.
Lari Pagi di Kuta
Menikmati pagi hari di Pantai Kuta begitu menyenangkan. Suasananya tenang, pengunjung bisa meresapi suasana pagi dengan bonus panorama pantai yang menawan.
Di sini pengunjung bisa jogging atau bersepeda, atau sekadar melemaskan otot.
Sayangnya saat itu mendung dan hujan rintik rajin mengguyur. Alhasil matahari terbit pun malu-malu. Cerita lengkap tentang Pantai Kuta ada di artikel ini (Suatu Pagi di Kuta Mandalika).
Yoga di TWA Gunung Tunak
Pada hari keempat kami menikmati suasana senja di Pantai Teluk Ujung di kawasan Tempat Wisata Alam Gunung Tunak yang tak jauh dari kawasan Kuta Mandalika.Â
Sebelum melakukan aktivitas melepasliarkan tukik, anak penyu, yang berumur 1,5 bulan, kami juga menunggu matahari terbenam. Meskipun saat itu hujan deras, teman-teman nampak antusias berfoto. Untungnya kami semua sudah dibekali jas hujan.
Nah, menuju teluk tersebut, dari konservasi rusa kami menggunakan mobil berbak terbuka. Jalan yang masih belum mulus dan becek membuat kami merasai sensasi seperti off road.
Kami tertawa-tawa sepanjang perjalanan. Topi Pak Gapey sempat nyangkut di ranting pohon dan kaus belakang Andri sedikit robek karena tersenggol ranting pepohonan. Meski demikian kami semua tak henti tertawa.
Di teluk ini sebenarnya bisa untuk bermain air atau lari-lari kecil di tepian pantai. Tapi karena hujan lumayan deras, kami menunggu pelepasliaran tukik sambil mengobrol, berfoto, dan menunggu matahari terbenam.
Esok paginya, hari ini alias Sabtu (4/12) teman-teman asyik berenang lalu beryoga di sekitaran kolam renang dengan panorama lautan. Ada instruktur yoga yang sabar melatih selama satu jam.
Cerita keseruan di TWA Gunung Tunak mudah-mudahan bisa kuceritakan nanti.
Bersepeda dan Lomba Lari The Mandalika Ultra T100
Bertolak dari Hotel Tunak Cottage, aku berangkat untuk menjelajah pantai-pantai Mandalika dari Pantai Seger, Pantai Mawun, dan Pantai Selong Blanak, Pantai Seger, Pantai Mawun, dan Pantai Selong Blanak. Pantai Tanjung Aan kulewati karena dulu sudah pernah kusinggahi.
Nah saat melewati bypass dengan panorama pantai di belakang dan lembah di depan kulihat ada beberapa pesepeda. Mereka dengan tangkas mengayuh sepeda dengan medan yang lumayan menguras tenaga, namun terbayar oleh panorama menawan.
Di pintu masuk kawasan Pantai Seger, aku juga memerhatikan beberapa pelari mancanegara. Rupanya mereka adalah atlet pelari yang mengikuti kejuaraan The Mandalika Ultra T100 yang diadakan 4-5 Desember 2021.
Lomba ini terbagi atas tiga kelas, yakni kelas 5, 51, dan 114 kilometer. Selain untuk kompetisi olahraga, tujuan kejuaraan ini yaitu untuk mengenalkan pantai-pantai di kawasan Mandalika.Â
Garis start ada di Mandalika. Selanjutnya mereka akan melalui berbagai pantai, bebukitan, dan tebing. Garis finish untuk kelas 51 kilometer di Pantai Selong Blanak dan yang 114 kilometer akan mencapai finish di Sekotong, Lombok Barat. Sebelumnya pada bulan November 2021, Sekotong menjadi lokasi event triathlon berenang, bersepeda, dan berlari.
Wah aku kagum melihat para pelari. Saat tiba di Pantai Selong Blanak, aku menjumpai dua pelari telah tiba di tempat tersebut.
Pantai Seger dengan Patung Mandalika
Aku berjumpa dengan beberapa pelari di Pantai Seger. Pantai ini menawan dengan panorama bukit yang hijau dan juga batu karang.
Di sini ada patung yang menggambarkan kisah Putri Mandalika yang hendak terjun ke lautan lalu kemudian diduga berubah menjadi cacing laut. Kemudian hari setiap bulan tertentu diadakan tradisi nyale.
Pantainya indah dengan pasir putih krem yang halus. Ada jembatan di sini menuju bebukitan, Bukit Seger.
Pantai Mawun yang Tenang
Pantai berikutnya yang kutuju adalah Pantai Mawun. Tiketnya Rp 10 ribu. Pantainya relatif sepi pengunjung saat itu. Di sini asyiknya berenang karena airnya relatif tenang juga berlari di sekitar pantai.
Ada beberapa tempat yang bisa digunakan duduk-duduk untuk bersantai. Hanya penjualnya begitu agresif dan melibatkan anak-anak sehingga wisatawan menjadi kurang nyaman.
Pantai Selong Blanak Tempatnya Peselancar
Pantai Selong Blanak merupakan pantai di kawasan Mandalika yang terakhir kukunjungi sebelum pindah spot. Pantai ini surganya pecinta olahraga berselancar.
Pengunjung bisa belajar untuk surfing. Ada instrukturnya yang mengajari cara menggunakan papan surfing, mengayuh, bersiap, berdiri, dan mengendalikan papan surfing.
Rasanya kagum melihat para surfer begitu lincah seperti menari-nari bersama ombak bersama papannya. Mereka tak takut dengan terjangan ombak, malah berdansa bersamanya.
Bukit Merese yang Hijau
Pada hari pertama kedatangan kami ke Lombok, kami sempat menikmati petang di Bukit Merese. Ini menyenangkan. Kami bisa berfoto di antara bebukitan hijau atau dengan latar panorama pantai dan lautan. Indah.
Untuk menuju ke sini pengunjung bisa trekking. Setelah berolahraga untuk melatih otot kaki, maka pengunjung akan mendapatkan bonus panorama yang elok.
Tapi kami ke sini saat itu sedang lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan. Akhirnya kami menumpang di bak belakang mobil. Setelah terguncang-guncang dan tertawa-tawa di mobil, kami kemudian bisa menyaksikan panorama indah di Bukit Merese.
Ya, kawasan DSP Mandalika memang seru untuk berwisata olahraga (sport tourism) sambil menikmati panorama alamnya. Sambil berwisata, badan pun tetap bugar.
Indahnya DSP Mandalika, Wonderful Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H