"Eh..."
"Itu lho yang anak kecil bisa melayang-layang gitu ruhnya ke luar dari tubuhnya...," jelasku
Ia menggaruk-garuk kepalanya. Matanya nampak berbinar-binar. "Sepertinya iya!"
Kami lalu mengobrol. Ia bercerita waktu kecil ia beberapa kali merasai ruhnya terbang. Seru.
Tapi ketika akil balig ia tak pernah lagi bisa mencobanya. Entah kenapa belakangan ini ia beberapa kali bisa melakukannya lagi. Apesnya perjalanannya ke sini lagi ke sini lagi.
"Kamarmu pasti ada sesuatu, yang bikin aku ke sini lagi ke sini lagi," tuduhnya.
"Enak saja! Eh bisa jadi Kamu penunggu pepohonan di luar itu. Atau mereka keluargamu?"
Kami tertawa. Aku tak ingat lagi yang kami bahas. Aku ketiduran.
17 November 2020
Sejak itu ia beberapa kali muncul tepat tengah malam. Tak setiap hari. Ia membangunkanku dengan sengaja menyetel televisi atau berpura-pura membuka buku harianku.
Aku lupa menanyakan namanya. Ia bercerita tinggal di pinggiran kota. Rumahnya belum lunas. Ia memaksa dirinya membeli rumah itu karena kasihan dengan kucing jalanan.