Aku tercenung dan melihatnya dengan santai melewati pagar. Di jalan ia berhenti menghadapku. Lagi-lagi seolah-olah berkata, ikuti aku.
Entah apa yang terjadi padaku. Aku seperti terhipnotis. Aku mengikuti Nero. Membuka gembok pagar dan berjalan mengikutinya.
Langit begitu penuh bintang. Lampu jalanan juga menyala sehingga jalan kompleks ini tak begitu gelap.
Aku berpikir apa yang akan kukatakan ke pos satpam di ujung. Berjalan malam-malam dengan seekor kucing. Aku hanya mengenakan celana dan baju tidur juga sandal jepit.
Nero suka menengokku. Ia seperti memastikan aku tetap bersamanya.
Oh Nero aku menyayangimu. Aku akan berjalan bersamamu hingga ujung kompleks ini. Lalu kembalilah ke rumah bersamaku.
Nero berhenti. Ia menghadapku lurus. Aku juga ikut berhenti. Lalu sepertinya aku mendengar kata-katanya di benakku.
"Jangan takut. Berlarilah bersamaku malam ini. Hanya malam ini."
Aku masih mencerna kata-katanya. Tapi, Nero keburu melesat. Ia berlari. Aku mengejarnya.
Aku tak peduli. Jalanan kompleks begitu sepi. Tak ada orang berjalan saat malam di situasi pandemi ini. Aku berlari.
Rasanya langkahku ringan. Aku tak kelelahan berlari. Angin malam yang berhembus membuatku tak berkeringat. Aku terus berlari.