Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangga Misterius

19 Februari 2021   21:46 Diperbarui: 19 Februari 2021   21:58 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan dekati tangga di tempat yang sepi (ilustrasi: pixabay/free-photos)

Jangan pernah mendekati tangga di tempat-tempat yang tak lazim. Dina menunjukkan cerita misteri tentang tangga misterius tersebut ke saudara kembarnya, Dani. Saudaranya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Keduanya saudara kembar, tapi beda minat. Dina seperti Mulder dalam "The X-Files", ia terbuka dengan cerita misteri dan kasus supranatural. Sebaliknya, kembarannya yang lebih muda 5 menitan ini sangat logis dan analitik. Ia mirip dengan gambaran Scully.

Melihat kembarannya nampak tak minat dengan kasus penemuan tangga misterius di hutan, Dina tak menyerah. Ia membacanya keras-keras.

Tangga itu seperti tangga kayu yang mudah dijumpai di rumah-rumah. Ya, tak ada yang aneh dalam bentuk tangga tersebut. Yang bikin tangga ini misterius, mengapa tangga ini berada di tengah-tengah hutan. Tak ada ruangan di atasnya. Siapa yang membawa atau membangun tangga ini?

Dani menyita tablet milik kembarannya dan menutup tabnya. "Mau ujian kan, belajar sono, jangan baca kisah misteri melulu!"

Dina cemberut dan berlalu.

Tak habis pikir. Kok bisa ada tangga rumah berada di hutan. Akan menuju kemanakah ujung tangga tersebut?

***

Ujian praktik olah raga sebentar lagi. Si kembar aktif berlatih. Mereka akan berlari berkeliling tanah lapang di belakang rumah mereka sebelum kemudian berlatih nomor atletik lainnya.

Dani melihat Dina yang masih bermalasan, menuntaskan pemanasannya dan kemudian mulai berlari. Ia akan mencoba lari beberapa putaran.

Larinya awalnya pelan lalu semakin kencang. Ah lari itu sungguh menyenangkan. Dani kemudian tertantang untuk lari lebih jauh, ke pepohonan di belakang tanah lapang. Ada danau kecil di sana.

Saat ia mendekati danau ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ada tangga. Dani memandanginya. Sejak kapan ada tangga di sini, apakah orang tua atau tetangganya yang membawanya.

Tangga itu tidak tinggi. Hanya sekitar belasan anak tangga. Ia merasa tak asing dengan tangga tersebut. Seperti tangga yang pernah ada di rumahnya sekian waktu lalu. Hemmm sepertinya ayahnya yang membawanya ke sini. Tapi untuk apa?

Tangan Dani mencoba meraih pegangan tangga tersebut. Ada perasaan aneh menjalar. Dani mencoba melepas genggamannya. Tidak bisa....

Zappp...Dani pun lenyap.

***

Dina yang baru selesai melakukan pemanasan merasa kesal akan saudara kembarnya. Duh tak sabar banget sih sampai meninggalkannya.

Ia memincingkan mata, nampaknya saudaranya itu berlari kencang hingga tak nampak.

Sunyi...sepertinya angin sedang enggan melintas. Dina merasa ia sedang sendirian. Suara pijakan kakinya yang sedang berlari seakan-akan menggema.

Ke mana sih Dani sekarang. Dina berteriak memanggilnya. Ia sudah ada di dekat danau. Tapi ke mana saudaranya tersebut? Apakah ia sedang berencana mengecohnya?

Dina merasa tak nyaman. Lalu pandangannya beralih ke tangga. Tangga itu. Dina ketakutan.

Ia tak mau mendekat ke tangga. Ini alarm bahaya. Ia pun berlari kencang menuju rumahnya. Dina merasa was-was dengan nasib saudaranya.

"Ayah...Ibu..." Dina berlari kencang seperti kesetanan. Ia ketakutan. Ia yakin Dani sedang mengalami masalah.

* * *

Dani terbangun dengan kepala pusing. Ia seperti mendengar bunyi yang memekakkan telinganya. Bunyi berdenging keras.

Ketika akhirnya tubuhnya kuat ia membuka matanya. Ia tak lagi di dekat danau. Ia berada di sebuah tempat. Tempat ini tak asing baginya.

Ini rumah masa kecil mereka. Sebelum kedua orang tuanya merenovasinya.

Dani terheran-heran di manakah ia? Lalu ia melihat ada dua anak di sana. Itu Dina masih kecil. Berarti satunya adalah dirinya. Ia ketakutan. Ia mencoba memanggil mereka. 

Tapi mereka tak mendengar...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun