Omong-omong karena penulis juga sempat mencicipi kehidupan pesantren yang masih tradisional di pinggiran kota Malang, meski hanya seminggu, situasi semacam yang dialami Annisa juga pernah penulis rasakan. Untungnya suasananya tidak 'separah' yang dialami Annisa. Kebebasan dan persamaan hak itu dua hal yang utama bagi perempuan untuk bisa menjadi manusia 'seutuhnya'.
Dalam film ini Revalina berperan apik sebagai wanita yang tertindas dan kemudian bangkit berjuang. Ia membawakan karakter Annisa dengan nyaris sempurna.Â
Di sini ia dipertemukan dengan Reza Rahadian sebagai suaminya yang kejam, yang nantinya keduanya juga kembali menjadi pasangan suami istri di film "Tanda Tanya".
Dari segi cerita, film yang diangkat dari novel ini menarik dan menyuguhkan gagasan yang berani tanpa terkesan sebagai film yang feminis. Sosok Annisa juga digambarkan tidak sangat sempurna, ia tetap sosok perempuan yang memiliki kekurangan.Â
Karakter Khudori sebagai pria yang dicintai Annisa juga bukan pria yang di awang-awang. Ia juga punya keterbatasan. Para pemeran film ini, seperti Reza Rahadian, Oka Antara, dan Widyawati semuanya berperan dengan pas.
Film "Perempuan Berkalung Sorban" adalah satu di antara karya Hanung Bramantyo yang dinilai kontroversial. Karya lainnya yang banyak mengundang pro kontra adalah "Tanda Tanya", "Hijab", dan "Cinta Tapi Beda". Oleh karena film-film ini memang mencerminkan realita di masyarakat, menurutku sah-sah saja.
Skor 8/10.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H