Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Beta Mau Jumpa", Kisah Rekonsiliasi Pasca Konflik Ambon dan Pesan Toleransi

22 Februari 2020   19:06 Diperbarui: 23 Februari 2020   11:58 2769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tadi malam (Jumat, 21 Februari) aku, komiker, dan masyarakat umum menyaksikan salah satu film dokumenter yang berjudul "Beta Mau Jumpa". 

Nobar dengan tema keberagaman ini menjadi salah satu rangkaian Festival Kebhinekaan 3 yang dihelat sejak Kamis (20/2) hingga Minggu (23/2).

"Beta Mau Jumpa" membahas tentang trauma dan rekonsiliasi pasca konflik agama di Ambon yang berkepanjangan. Konflik ini terjadi selama tiga tahun, sejak tahun 1999 hingga perjanjian damai tahun 2002. 

Selama konflik tersebut korban meninggal mencapai ribuan jiwa dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi. Sungguh memprihatinkan.

Dalam film berdurasi sekitar 35 menit diperlihatkan footage tentang kejadian yang memicu konflik tersebut. Diawali dengan pertikaian warga saat Idul Fitri tahun 1999. Kemudian ada provokator yang menyebabkan isu menjadi menjalar ke konflik agama, Islam dan Nasrani. 

Sejak itu narasi berubah menjadi liar. Warga pun ketakutan. Mereka yang minoritas di satu wilayah pun memutuskan mengungsi, sehingga kemudian muncul segregasi.

Bertahun-tahun setelah perjanjian damai ditekan, masyarakat masih mengalami trauma. Ote Patty dalam film ini berkisah bahwa ia rindu dengan kampung Batu Merah, tempat ia dibesarkan. Ia kangen dengan para tetangga di sana.

Setelah konflik Ambon menjalar ke konflik agama, ia dan warga nasrani yang tinggal di kampung Batu Merah terpaksa mengungsi. Ia dan keluarganya tak aman apabila tetap tinggal di sana. Mereka kemudian mengungsi di Wisma Atlet Karang Panjang. 

Setelah konflik berakhir pemerintah menawarkan para pengungsi untuk kembali atau direlokasi. Karena takut maka mereka memilih direlokasi di Kayu Tiga.

Sejak itu segregasi antara warga muslim dan nasrani makin tegas. Batu Merah dihuni 100 persen muslimin. Sedangkan Kayu Tiga penghuninya semuanya nasrani. Demikian pula di beberapa wilayah di Ambon. Hanya sedikit wilayah yang penghuninya berbeda agama bisa hidup berbaur.

Ote Patty dan sejumlah perempuan serta kaum muda merasa gerah dengan situasi tersebut. Ia menganggap ada sesuatu yang kurang tepat dilakukan pemerintah yang fokus dengan pembangunan fisik usai konflik. Padahal menurut ia yang lebih utama adalah penyembuhan trauma dan rekonsiliasi.

Saat itu ia bersama kaum perempuan Kayu Tiga memberanikan diri untuk berkunjung menemui tetangganya dulu di Batu Merah. Mereka rindu meski diliputi rasa takut. 

Tapi ketakutan mereka tak terbukti, para mantan tetangga mereka masih bersikap sama seperti dulu. Mereka berpelukan, menangis, dan saling menanyakan kabar. 

Ketika kemudian dilakukan kunjungan balasan, para muslimat Batu Merah, Nafsiah, Maimunah dkk juga deg degan sepanjang perjalanan. Mereka terus berdoa sejak berangkat karena masih diliputi rasa was-was meski tak terbukti.

Rekonsiliasi banyak dilakukan di akar rumput oleh para kaum wanita dan para kaum muda. Para kaum muda mengadakan acara musik bersama yang melibatkan penabuh hadrah dan peniup terompet. 

Mereka juga mendongeng berkeliling agar anak-anak di lingkungan konflik terparah tidak mewarisi kondisi akibat segregasi.

Sebuah Film yang Memiliki Pesan Kuat
Setelah film diputar, banyak penonton yang antusias mengajukan pertanyaan. Acara nobar diadakan di Wisma Rahmat Petojo Utara. 

Pertanyaan mereka di antaranya di mana peran laki-laki dewasa setelah konflik, kenapa para perempuan dan kaum muda yang lebih banyak bergerak aktif melakukan rekonsiliasi? 

Mengapa setelah perjanjian Malino, masih banyak masyarakat yang trauma dan masih was-was? Bagaimana kondisi Maluku sekarang dan apakah RMS masih eksis? Dan sebagainya.

Aziz Anwar Fachruddin sebagai narasumber dengan dimoderatori Linda Erlina dari KOMiK menjawab hal-hal sepanjang ia ketahui.

Linda Erlina dari KOMiK dan Aziz Fachrudin dari tim produksi | Dokumentasi pribadi
Linda Erlina dari KOMiK dan Aziz Fachrudin dari tim produksi | Dokumentasi pribadi

Pesan utama dalam film dokumenter ini adalah waspadalah terhadap provokasi termasuk provokasi dengan isu agama. Provokator ahli memainkan emosi dan narasi sehingga yang dulunya kondisinya damai menjadi bertingkai.

Selain itu film ini memiliki pesan agar warga indonesia memperkuat toleransi dan mencintai keberagaman yang ada di sekelilingnya. Keberagaman itu adalah keniscayaan, tidak bisa sesuatu yang berbeda coba diseragamkan.

Ia memberikan pesan agar masyarakat saat ini jangan terlalu tersegregasi. Seperti satu wilayah eksklusif satu agama tertentu. Oleh karena hal ini akan membuat mereka mudah dipicu oleh narasi yang salah tentang pihak tertentu dan memberikan stigma ke mereka yang berbeda.

Film ini dibuat akhir tahun 2018. Menurut Aziz, anggota tim produksi dan peneliti Center for Religious and Cross Cultural Studies , film ini memakan waktu tiga bulanan. 

Film ini melengkapi film-film bertemakan keberagaman yang Ada enam film yang telah dan sedang dalam proses produksi. "Atas Nama Percaya", dan "Beta Mau Jumpa" telah ditayangkan secara berkeliling sejak Januari. 

Berikutnya akan ada film bertemakan politik Islam, film tentang peran perempuan, dan lainnya yang juga menyoroti kondisi riil di Indonesia.

Film Tersebut Mengingatkanku Masa Kelam Awal 2000-an Jauh dari Ambon
Menyaksikan film tersebut, membawaku ke sebuah kisah masa lalu. Dua puluh tahun silam.

Tahun 1999 menurutku salah satu masa kelam yang tercatat di negeri ini. Aku masih ingat saat itu, Juli 1999 kelasku kedatangan murid baru dari Ambon. Ia dan keluarganya terpaksa mengungsi. 

Setahun kemudian, kajian-kajian agama banyak membahas tentang laskar jihad. Mereka membujuk orang-orang yang datang ke kajian untuk bergabung sebagai laskar jihad ke Ambon.

Jika pemerintah merasa virus-virus intoleransi baru menjalar akhir-akhir ini, mereka mungkin tutup mata atau hanya mendapat laporan manis. Intoleransi mulai bersemai sejak pemerintahan berganti. 

Ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengambil keuntungan dan peluang ketika situasi politik di Indonesia baru mengalami peralihan.

Ketika kawan satu kelasku itu bercerita tentang kampung halamannya, aku mendengar nada kepedihan dan traumanya. Ia merasa senang dan beruntung memiliki kawan-kawan baru yang menerimanya dan tak mempermasalahkan agamanya. 

Kota Malang tahun 1999 memang guyup dan kami terbiasa dibesarkan dalam lingkungan yang heterogen.

Yang mengejutkanku adalah kondisi Surabaya tahun 2000-an. Di situ mulai banyak kajian yang menanamkan virus intoleransi. Laskar jihad, ajakan berjihad ke Ambon, serta seruan untuk waspada ke mereka yang berbeda agama membuatku merasa aneh. 

Aku tak paham kenapa benih-benih intoleransi itu bisa tumbuh di lingkungan akademik dan di masyarakat. 

Belasan tahun kemudian baru isu ini coba diantisipasi. Terlambat, karena virus ini telah menjalar ke berbagai lini, tapi tak apa-apalah daripada tidak ada solusi sama sekali.

Film bertemakan keberagaman dan Festival Kebhinekaan 3 merupakan salah satu upaya nyata para komunitas untuk memberikan wawasan ke masyarakat umum bahwa Indonesia dan bhineka adalah satu dan saling melengkapi. 

Acara seperti ini perlu gencar terutama membidik kaum muda agar virus intoleransi musnah berganti dengan perasaan bangga sebagai negara berbhineka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun