Adanya bunyi-bunyian yang syahdu dan irama yang harmonis dari musik bambu dan bedug itu membuat nuansa Ramadan benar-benar hadir. Aku yang hidup merantau dan jauh dari keluarga pun merasa damai dan terbantu untuk bangun sahur lewat kehadiran bunyi-bunyian itu.
Jika rupa membangunkan sahur itu via toa di masjid, aku masih merasa nyaman jika dalam rupa bacaan surat-surat. Tapi jika sekedar teriak-teriak membangunkan orang, wah rasanya juga telinga tidak nyaman.Â
Aku beberapa kali bangun dengan kaget ketika satpam memukul-mukul tiang listrik dan berteriak sahur-sahur di dekat rumah. Bangun dengan kaget itu tidak enak, lebih baik dibangunkan sahur dengan suara-suara yang syahdu.
Malam ini aku mau pasang alarm lagi dan hape tidak akan kujadikan mode tanpa suara. Hari ini giliranku memasak untuk sahur. Jika sahur bablas lagi, alamat besok rapat pembahasan seharian bakal lemas.
Selamat berpuasa kawan-kawan Kompasianer. Jangan lupa bangun untuk bersahur hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H