Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasang Alarm, Sahur Masih Bablas

5 Juni 2018   21:30 Diperbarui: 5 Juni 2018   21:58 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengedip-ngedipkan mata. Jarum jam dinding tidak jelas menunjukkan waktu karena lampu kamar tidur begitu temaram. Kemudian ada bunyi kicauan burung di luar yang membuatku was-was. Aku lalu menggapai-nggapai ponsel yang ada di lantai. Jam telah menunjukkan pukul lima lewat sepuluh. Aaargh tidurku bablas lagi. Ini kali kedua aku tidak sempat melakukan sahur.

Bangun untuk melakukan ibadah sahur itu memerlukan perjuangan, terutama pada saat hari kerja. Perlu niat ekstra kuat dan 'bantuan' agar mata bisa terbuka sebelum waktu bersahur usai.

Biasanya kami perlu bantuan dengan memasang alarm pukul 03.00 pagi. Kami juga saling berjanji untuk membangunkan jika salah satu dari kami bangun lebih awal.

Namun, ada saja yang kadang-kadang membuat kami telat bangun sahur. Gara-garanya biasanya ponsel kelupaan dibiarkan tanpa suara sehingga alarm pun tak berbunyi. Yang juga sering terjadi adalah kami tidurnya kemalaman. Padahal, kami berdua berjanji untuk tidur sebelum jam 10 malam, tapi kenyataannya kami malah suka terjaga hingga pukul 12 malam, kadang lebih.

Dulu awal-awal menikah kami berdua suka 'onar' dan kreatif dalam membangunkan sahur. Jika salah satu sudah bangun maka aku atau pasangan  akan melakukan berbagai cara agar pasangannya bangun. 

Masing-masing dari kami memang suka jahil. Kadang-kadang aku gelitikin telapak kaki pasangan atau hidungnya kudekatkan dengan balsem hehehe. Pasangan pun tak mau kalah, aku dipercikin dengan air. Kakiku diusap-usap dengan air atau kadang-kadang dicubitin. Biasanya berhasil sih.

Telapak kaki itu menggoda untuk digelitikin biar terbangun (sumber: pixabay)
Telapak kaki itu menggoda untuk digelitikin biar terbangun (sumber: pixabay)
Perlukah Membangunkan Sahur Orang Lain?

Tentang membangunkan orang-orang sekitar untuk sahur ini, aku sih bersikap netral. Kalau yang kudukung penuh sih membangunkan anggota keluarga untuk sahur, kecuali yang sedang berhalangan puasa.

Bisa jadi ada yang merasa terganggu ketika dibangunkan untuk sahur oleh orang-orang yang tak dikenal, karena masih ingin tidur nyenyak dan cukup sementara ia baru tidur terlalu larut. Kaum nonmuslim juga bisa jadi kurang nyaman jika kondisi lingkungannya terlalu bersemangat membangunkan warganya untuk sahur.

Dulu waktu aku masih tinggal di Surabaya, aku suka akan kehadiran pawai obor yang memiliki misi membangunkan warga untuk sahur. Mereka biasanya mulai berkeliling pukul 02.00 dini hari dengan bedug dan alat musik bambu. Rute mereka tidak jauh. Biasanya hanya beberapa blok karena mereka juga berjalan kaki.

Rata-rata mereka hadir pada saat akhir pekan atau hari libur karena pesertanya ada juga yang masih anak-anak dan remaja. Aku tidak pernah melihat aksi mereka secara langsung, tapi aku suka akan kehadiran mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun