Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perpaduan Kultur Eropa-Asia Bikin Wisata Macao Jadi Unik

27 Desember 2017   08:16 Diperbarui: 27 Desember 2017   09:02 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Devy Sari dan Nitia Anisa membahas Macao di nangkring Kompasiana (dokpri)

Aku termangu menatap kalender di laptop. Kawan-kawanku mulai mengambil cuti untuk liburan akhir tahun. Ada yang cuti hingga penghujung tahun, ada juga yang cuti hingga pertengahan Januari. Tinggal aku yang belum memutuskan liburan akan kemana. Aku melirik buklet tentang Macao, anganku melambung untuk  bepergian ke negeri tersebut.

Selama tiga bulan ini kami berkutat dengan proyek yang menguras energi dan pikiran. Setiap hari aku berharap proyek ini memiliki kemajuan agar bisa selesai sesuai tenggat waktu. Hahaha ternyata masih lama dan masih banyak yang harus kami kerjakan. Setidaknya nasib kami masih lebih baik dengan tim lainnya yang berkecimpung di never-ending project.Tapi beberapa anggota tim tersebut pandai memelihara mood dan menjaga agar tak kehabisan energi positif dengan berlibur atau mengambil cuti. Wuiih jadi iri. Aku juga ingin berlibur.

Aku mendengar rencana liburan yang disampaikan kawan-kawan dengan antusias. Ada yang sekedar pulang ke kampung halaman. Ada pula yang merencanakan berlibur untuk mendaki gunung. Kawan lainnya memutuskan menghabiskan akhir tahun ke luar negeri, menikmati suasana pergantian akhir tahun yang berbeda. Aku hanya tersenyum ketika ditanya rencana liburanku.

Aku terakhir berlibur ya ke Klaten pertengahan November lalu. Setelahnya setiap akhir pekan kalau tidak ikut kegiatan Kompasiana, ya bermalasan di rumah, mengumpulkan energi sebelum kembali melakukan rutinitas seminggu ke depan.

Padahal berlibur itu bukan sekedar tamasya, melihat panorama indah, berbelanja oleh-oleh, atau mengumpulkan portofolio selfie dan wefie di tempat yang ikonik. Ada banyak manfaat lainnya dari berlibur.

Melihat buklet Macao, aku jadi pengin ke sana (dokpri)
Melihat buklet Macao, aku jadi pengin ke sana (dokpri)
Berlibur itu bisa menambah cerita, memerkaya pengalaman, memerluas wawasan, dan juga mengembangkan sikap toleransi dan empati ke sesama, apalagi jika berlibur di tempat asing yang kebiasaan dan budayanya beda dengan yang biasa kulakukan atau kutemui di sekeliling. Hal-hal seperti itulah yang mengingatkanku bahwa dunia itu besar, tidak seluas daun kelor. Dunia diisi dengan orang-orang yang memiliki cara pandang dan kebiasaan yang beragam. Dengan sering-sering melakukan perjalanan ke luar negeri, bukan berarti aku, dia, ataupun Kamu bergaya hidup mewah dan tidak menghargai obyek pariwisata lokal, namun hal tersebut bermanfaat untuk mengenal budaya sehingga pikiran lebih terbuka dan berwawasan luas.

Aku masih ingat perjalanan luar negeriku ketika menjadi salah satu presenter di ajang konferensi TI internasional. Di sana aku bertemu dengan peserta dari berbagai negara. Untuk satu topik pembicaraan, pandangan tiap orang dan cara menyampaikan pendapatnya juga berbeda. Ada yang meledak-ledak seakan-akan marah, lalu saat perdebatan sengit terjadi, ia tiba-tiba tertawa. Ada peserta dari sebuah negara yang begitu kritis dan rata-rata peserta dari negara tersebut memang penuh rasa ingin tahu. Ada juga yang berupaya tidak menonjol.

Oleh karenanya ketika ditanya apa pengalamanmu yang berkesan dari perjalanan ke luar negeri? Aku menjawab, ada banyak. Di sebuah negara aku melihat berbagai potret, kondisi lalu lintasnya yang jarang sepi dari klakson, makanannya yang kaya rempah, rasa senang bertemu salju kali pertama, dan kebiasaan orangnya yang berbeda dengan orang Indonesia. Di beberapa hal aku mengagumi mereka dan obyek wisatanya, pada banyak hal lainnya aku bersyukur tinggal di Indonesia.

Dimana ya Macao, oh lokasinya tak jauh dari Hongkong dan daratan Tiongkok (dokpri)
Dimana ya Macao, oh lokasinya tak jauh dari Hongkong dan daratan Tiongkok (dokpri)
Hemmm sudah lama aku tidak berlibur ke luar negeri. Aku melihat blanko pasporku. Hemmm sudah lama sekali tidak ada cap imigrasi. Aku lagi-lagi melihat buklet Macao tersebut dan kali ini membacanya dengan sungguh-sungguh.

Berangan-angan Liburan Ke Macao pada Tahun 2018

Wah ada banyak hal menarik yang bisa dieksplorasi selama berlibur ke Macao atau yang juga disebut Macau. Apalagi, jelang akhir tahun ini. Ada banyak atraksi dan even menarik, sehingga bisa puas untuk menjelajahi keindahan alam dan mengeksplorasi kekayaan kulturnya yang unik.

Dulu aku mengira Macao itu lekat dengan warisan budaya Inggris seperti Hongkong, wilayah tetangganya. Aku juga mengira di Macao hanya pusat kasino. Ternyata aku salah.

Devy Sari dan Nitia Anisa membahas Macao di nangkring Kompasiana (dokpri)
Devy Sari dan Nitia Anisa membahas Macao di nangkring Kompasiana (dokpri)
Muhammad Arif Rahman, blogger yang telah pernah berlibur ke Macao (dokpri)
Muhammad Arif Rahman, blogger yang telah pernah berlibur ke Macao (dokpri)
Dari acara nangkring Kompasiana bekerja sama dengan Macao Goverment Tourism Office bertema Wonderful Macao, Express Your Own Style, yang diadakan Sabtu (9/12) di The Hook Resto & Bar, aku mendapat wawasan seputar Macao yang banyak belum kuketahui. Pembicaranya adalah Devy Sari dari Macao GTO dan Muhammad Arif Rahman,blogger, yang telah beberapa kali ke Macao. Moderatornya dari Kompas TV, Nitia Anisa, juga telah melalang buana ke Macao, jadi tahu banyak seputar Macao dari segi sejarah, budaya, kuliner, dan tempat-tempat yang wajib dikunjungi.

Macao terletak di dekat Hongkong dan daratan Tiongkok. Penduduk pertama Macao merupakan masyarakat daratan Tiongkok, yaitu nelayan dari Fujian dan petani dari Guandong. Selanjutnya, Portugis tiba di Macao pada tahun 1550, beberapa tahun setelah tiba di nusantara. Selama berabad-abad, bangsa Portugis mendiami Macao. Portugis baru mengembalikan Macao pada 20 Desember 1999 dan menjadi daerah administratif khusus dari Republik Rakyat China (SAR). Alhasil Portugis memberikan pengaruh kental pada kultur Macao. Bahasa yang digunakan di Macao juga mayoritas Kantonis, Portugis dan Inggris dengan mata uang Macao Patata.

Lokasi Macao di atas Indonesia, yang bertitik pink (dokpri)
Lokasi Macao di atas Indonesia, yang bertitik pink (dokpri)
Ini dia Macao (sumber: GoogleMaps)
Ini dia Macao (sumber: GoogleMaps)
Macao termasuk mungil. Luasan Macao hanya 115,3 kilometer, terbagi atas Macao Peninsula, Taipa, Coloane, dan Cotai. Lebih kecil jika dibandingkan Jakarta. Wilayahnya seluas kota Bogor. Meskipun tidak luas, menurut Devy dan Arief, tidak cukup menjelajahi Macao dalam 1-2 hari. Pasalnya setiap sudut menawarkan pesona tersendiri. Seolah-olah selalu ada yang baru dan sayang dilewatkan.

Apa Saja yang Menjadi Magnet Macao?

Ingat Macao, aku jadi ingat rencanaku dulu untuk menonton konser Linkin Park beberapa tahun silam. Aku bersemangat untuk menonton band favoritku tersebut. Aku membongkar tabunganku dan bersiap menyusun jadwal ke Macao. Tapi tugas kuliah dan UTS kemudian membatalkan niatku. Niatan ke Macao bertahun-tahun silam pun lenyap. Kini keinginan tersebut kembali hadir.

Rupanya aku tidak sendirian. Ada banyak yang menginginkan untuk berlibur ke Macao. Wah sepertinya ada sesuatu yang menjadi 'magnet' Macao bagi para traveler. Aku jadi makin penasaran.

Ada banyak yang ingin jalan-jalan ke Macao (dokpri)
Ada banyak yang ingin jalan-jalan ke Macao (dokpri)
Macao bukan sekedar tempat konser dan kasino. Macao lebih dari itu.

Traveler Indonesia beruntung. Untuk menuju Macao tidak diperlukan visa. Saat ini juga ada penerbangan langsung dari Jakarta menuju Macao International Airport. Macao juga bisa ditempuh via darat melalui Barrier Gate di Macao dan The COTAI Frontier Post. Yang ingin menikmati petualangan berlaut juga bisa berlabuh di Macao atau Taipa Ferry Terminal.

Macao merupakan tujuan wisata yang unik terutama dari segi kultur dan sejarah. Unesco telah menganugerahi Macao sebagai situs warisan dunia karena di sinilah jelas terlihat pertemuan budaya Timur dan Barat. Ada 20-an monumen kuno dan alun-alun perkotaan bersanding dengan bangunan modern dan gedung pencakar langit. Ada tradisi yang bertahan di satu sisi festival dan hiburan modern juga tumbuh secara dinamis. Ada masa lalu juga masa depan. Perpaduan budaya dan masa tersebut tetap eksis dan terpelihara dengan baik.

Reruntuhan St Paul yang Klasik (sumber:www.instagram.com/visitmacao)
Reruntuhan St Paul yang Klasik (sumber:www.instagram.com/visitmacao)
Situs warisan dunia tersebut yang masuk dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi terbagi dua, dari sisi kultur barat dan kultur timur. Yang masuk situs beraksitektur Eropa klasik yaitu reruntuhan Katedral St. Paul atau yang juga dikenal dengan Mater Dei. Bangunan yang didirikan sekitar tahun 1600-an ini mengalami berbagai  peristiwa kebakaran, seperti yang terjadi pada tahun 1835. Yang tak boleh dilewarkan adalah Senado Square yaitu alun-alun kuno yang dikelilingi bangunan bergaya Eropa klasik. Selanjutnya pelancong bisa mengunjungi Gereja St. Dominic yang memiliki sejarah unik dan bergaya barok. Gereja ini didirikan pendeta dari Acapulco Meksiko pada tahun 1587 dan terhubung dengan Persaudaraan dari Our Lady of The Rosary. Ada juga Benteng Guia yang dibangun pada awal abad ke-17. Di dalam benteng tersebut terdapat mercusuar dan kapel Guia. Benteng Guia terletak di dataran tinggi sehingga di sini bisa melihat panorama Macao dari atas bukit.

A-MA Temple, kuil tertua di Macao (sumber: www.instagram.com/visitmacao)
A-MA Temple, kuil tertua di Macao (sumber: www.instagram.com/visitmacao)
Yang mewakili budaya timur ada A-MA Temple yang merupakan kuil tertua Macao yang berdiri sebelum bangsa kolonial mendarat. Sementara bangunan yang menunjukkan percampuran gaya Barat dan Timur adalah rumah milik Zheng Guanying (alm), reformis dan tokoh sastra Tiongkok atau yang dikenal dengan Mandarin's House. Yang juga sayang dilewatkan adalah Museum of Sacred Art dan Crypt, Venetian Macao, Holy House of Mercy, Kuil Na Tscha, Perpustakaan Leal Senado juga Moorish Barracks yang memiliki nuansa islam.

Bak di Venesia, ada kanal ala Venesia di Macao (sumber: www.instagram.com/visitmacao)
Bak di Venesia, ada kanal ala Venesia di Macao (sumber: www.instagram.com/visitmacao)
Wah itu baru dari segi bangunan bersejarah. Belum lagi beragam festival yang berakar dari budaya setempat. Hampir tiap bulan ada festival dan even yang menarik, baik yang bersifat tradisional maupun yang modern seperti Senhor Dos Passos, A-MA Festival dan Macao Grand Prix.

Nah, memeriahkan penghujung tahun 2017 ada Macao Light Festival dan Macao Shoping Festival. Jika tidak mendapat tiket untuk merayakan tahun baru bisa mengikuti Macao City Fringe Festival (12-21 Januari 2018) dengan karnaval dan atraksi seni, perayaan tahun baru China (15-16 Februari), dan Feast of The God Tou Tei atau dewa bumi (27 Februari). Yang suka pertunjukan modern bisa menyaksikan The House of Dancing Water. Pertunjukan tarian spekatakuler berbasis air dengan mengangkat tujuh emosi dari kepercayaan Konghucu. Wah tarian air ini membuatku teringat pada tarian Moose di Step Up 2,tentunya pertunjukan dalam The House of Dancing Water bakal jauh lebih megah. Selain itu ada juga The House of Magic, Performance Lake, Monkey King, dan Dragon of Fortune.

Pertunjukan spektakuler House of Dancing Water (sumber: http://thehouseofdancingwater.com)
Pertunjukan spektakuler House of Dancing Water (sumber: http://thehouseofdancingwater.com)
Ke sebuah daerah baru, yang juga tak boleh dilewatkan adalah mencicipi masakan khasnya. Di Macao, ada istilah Macanese, yakni kombinasi makanan Portugis, China, India, dan Melayu dengan bahan dan bumbu dari Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara. Alhasil kulinernya bervariasi dan cita rasanya unik. Yang populer di antaranya adalah Portuguese Egg Tart seperti custard dengan citarasa manis. Ada pula Galinha a Africana alias Macao African Chicken dengan kombinasi pimenta dari Portugal, kacang tanah Afrika, kelapa India, dan rempah-rempah China. Juga yang perlu dicicipi ialah Plate of Clams yang merupakan kombinasi Portugis dan Macanese yakni seafood dengan saus bawang putih. Bagi yang muslim, Macao juga merupakan negara yang menerapkan wisata halal, sehingga dipastikan ada masjid dan restoran halal.

Macao African Chicken yang unik (sumber: http://www.riceandwheat.com)
Macao African Chicken yang unik (sumber: http://www.riceandwheat.com)
Eeg tart-nya bikin pengin menyantapnya (sumber: easyportugueserecipes.com)
Eeg tart-nya bikin pengin menyantapnya (sumber: easyportugueserecipes.com)
Wah jadi makin pengin ke Macao. Kumasukkan ke resolusi 2018 deh, siapa tahu terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun