Rumah itu tak masuk dalam koridor pencarianku. Kami sudah agak penat melakukan pencarian rumah setiap akhir pekan. Ketika kami hendak pulang, kami tertarik ke sebuah jalan masuk ke sebuah perumahan yang besar. Waktu itu penampilan jalan perumahan tersebut tidak semulus saat ini. Jalannya berlubang-lubang, kami berasa off road.
Yang bikin kami suka tempat ini selain jalannya yang lebar, tempatnya rindang karena di kanan kiri banyak pepohonan. Kami memasuki gang demi gang dan kemudian kami menemukan jalan buntu. Sepertinya kami dicurigai dan ditanyai oleh seorang Ibu paruh baya yang ternyata istri ketua RT. Kami pun berkenalan dan menyampaikan tujuan kami. Tak dinyana kami kemudian mendapat informasi rumah dijual dari Ibu tersebut. Rumah second, sudah berdiri sekitar delapan tahun. Rumahnya satu gang dengan dirinya.
Cash Keras, Cash Bertahap dan KPR
Kami semangat dan berniat membelinya. Tapi kemudian sempat was-was dan ingin mundur ketika pemiliknya berkata rumah ini dijual cepat. Ia perlu dana cepat sehingga harga rumahnya dijual lebih murah  dibandingkan harga pasaran. Ia mengisyaratkan rumah ini dijual dengan cash keras. Kami berdua cenat-cenut memikirkan harus mampu membayarnya dalam waktu satu bulan. Jika merasa tidak mampu maka rumah itu akan dijual ke orang lain. Kami dimintai uang tanda jadi sebesar Rp 10 juta saat itu juga. Awalnya kami diberi waktu satu bulan untuk melunasinya, tapi kemudian ia berubah pikiran karena banyak peminatnya. Namun karena tidak enak kepada saya yang sudah memberikan tanda jadi, maka ia meminta kami membayar duapertiga pada dua minggu, selebihnya pada akhir bulan. Jika misalkan dalam dua minggu tidak mampu membayar duapertiganya, maka uang tanda jadi tersebut akan dikembalikan.
Karena pada saat itu tidak punya uang sebesar itu, saya pun meminjam dana dari kakak. Suami meyakinkan saya agar kami berani dan bertekad keras untuk membeli rumah tersebut. Ia sendiri juga sudah menyukai kawasan dan rumah tersebut.
Kami pun bersusah payah mengumpulkan dana untuk membayar termin pertama. Kami mengumpulkan seluruh tabungan, menjual logam emas yang kami miliki, dan mencairkan seluruh deposito. Kami merasa lega ketika berhasil memenuhi tenggat tersebut, tapi kemudian pusing masih harus mengumpulkan dana untuk termin berikutnya. Kami berupaya mencoba KPR tapi karena prosesnya tidak bisa cepat maka kami pun terpaksa meminjam dana dengan sistem kredit konsumtif. Karena menggunakan kredit konsumtif maka prosesnya pun sangat cepat. Untunglah waktu itu sedang ada promo kredit pegawai dimana bunganya hampir sama dengan bunga KPR. Ya, akhirnya kami melunasi pembayaran ke pemilik. Kami hanya berhutang sepertiga harga rumah dengan jangka waktu lima tahun.
Membeli Apartemen, Cash Keras, Bertahap, atau KPR/KPA?
Beberapa waktu lalu mengunjungi bagian pemasaran sebuah apartemen. Setelah bebas mengangsur, kami ingin berinvestasi dan menjajagi pangsa apartemen. Di dekat tempat tinggal ada apartemen yang prospeknya bagus. Kami pun menuju apartemen tersebut, oleh pihak marketingnya kami disodori tawaran untuk cash keras, cash bertahap dan kredit kepemilikan apartemen (KPA).