[caption caption="Marlupi Sijangga Pendiri Marlupi Dance Academy"][/caption]Tari balet tidak melulu menampilkan dongeng-dongeng Eropa. Tarian yang indah dan berkesan elit ini sebenarnya juga bisa menyajikan cerita rakyat atau dikombinasikan dengan kesenian daerah daerah seperti yang dikreasikan oleh Studio Balet Marlupi. Nah, untuk perayaan 60 tahunnya, Studio Balet Marlupi akan menghadirkan cerita rakyat Jawa Barat, Si Kabayan.
Sebuah pesan hadir dari sebuah aplikasi chatting. Saya mengucek-ucek mata tidak percaya dengan pesan yang saya terima. Ya, sudah sepuluh tahun saya tidak bertemu dengan sosok Ibu dan pemilik studio balet yang saya kagumi ini. Ia mengajak saya bertemu dan mengobrol mumpung ia sedang di Jakarta mengunjungi cabang studio baletnya.
Bu Marlupi. Marlupi Sijangga, nama lengkapnya. Perempuan ini masih nampak sama seperti satu dekade sebelumnya sehingga saya tidak kesulitan menemukannya. Ia masih nampak fit dan segar, tidak seperti perempuan yang akan memasuki usia 79 tahun. Kami pun kemudian larut dalam nostalgia sebelum kemudian Bu Marlupi mengundang saya ke pertunjukan tari baletnya yang akan dihelat 19 Juni mendatang di Balai Pemuda Surabaya.
Saya berdecak kagum. Tidak terasa satu dekade telah berlalu sejak saya terakhir menonton pertunjukan ulang tahun emas studio balet ini. Saya pun menanyakan judul tarian yang akan ditampikan. Si Kabayan, jawab Bu Marlupi singkat. Eh, tangan saya tak sengaja menggaruk-garuk kepala. Mengapa si Kabayan?
Sebagai masyarakat awam yang jarang menonton pertunjukan balet, pengetahuan saya tentang cerita yang dipertunjukkan di balet memang terbatas. Yang saya ingat hanya Little Mermaid, Swan Lake, dan sejenisnya.
Cerita Si Kabayan yang dikemas dalam bentuk tarian balet tentu bukan sesuatu yang umum. Pemilihan ide cerita tentang tokoh yang terkenal di kalangan masyarakat Sunda ini menurut Bu Marlupi murni dari puterinya, Fifi Sijangga, yang ingin memberikan kado ulang tahun yang istimewa dan berbeda untuk sekolah balet yang didirikan oleh ibunya.
Fifi sejak kecil menyukai balet dan kesenian tradisional. Oleh karena puterinya sekarang berdomisili di Jakarta dan sering bepergian ke Bandung ini maka yang terlintas dalam benaknya adalah tokoh si Kabayan yang terkenal kocak dan banyak akal.Ketika dipentaskan kali pertama di Jakarta Oktober 2015, sambutan penonton pun hangat.
Kabayan bisa disetarakan dengan tokoh seperti Abunawas dalam Kisah 1001 Malam yang sama-sama cerdik. Tak hanya cerdas, ia juga polos, sederhana, dan kocak.
Tokoh Kabayan sendiri adalah sosok imajinatif atau dongeng yang diwariskan lewat mulut ke mulut. Kisah si Kabayan seolah menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda. Oleh karena kepopulerannya, Kabayan sering ditampilkan dalam buku, juga film baik film layar lebar maupun layar gelas. Yang paling terkenal mempopulerkan Kabayan melalui seni akting adalah Didi Petet (alm).
Dalam pertunjukan Si Kabayan - Indonesia Folklore in Ballet akan diceritakan upaya Si Kabayan yang hendak melamar Nyi Iteung. Ia mencari harta leluhurnya untuk bekal melamarnya ke lima pulau besar di Indonesia.
Pemilihan kisah Kabayan sempat diprotes oleh beberapa seniman Surabaya, cerita Bu Marlupi sambil tertawa. Pentasnya di Surabaya kok tokoh yang dipertunjukkan miliknya masyarakat Jawa Barat, ujarnya menirukan protes seniman tersebut. Bu Marlupi pun berdalih itu ide murni dari puterinya.
Puterinya telah melakukan riset cukup lama dan ia langsung menyukai ketika putrinya memaparkan konsep pertunjukan tersebut. Desain kostum pun dibuat khusus oleh putrinya sehingga para penari nantinya tetap bisa menari dengan nyaman dalam busana tradisional yang menunjukkan berbagai daerah di Indonesia. Musik pengiringnya pun menggunakan musik tradisional.
“Kami tetap berhutang pada warga Surabaya. Moga-moga pada pertunjukan berikutnya kami bisa menampilkan tokoh arek Suroboyo yang legendaris, Sawunggaling,” tutur Bu Marlupi.
Sawunggaling adalah tokoh terkenal dan disegani di Surabaya. Kisah kepahlawannya yang tak kenal takut pada Belanda, mirip dengan tokoh si Pitung-nya orang Betawi. Ada beberapa versi sejarahnya.
Tidak mudah untuk menampilkan kisah tokoh yang terkenal di sebuah pertunjukan. Kami perlu riset terlebih dahulu tentang kisah sejarah, juga keseharian dan busana arek Suroboyo masa itu, paparnya.
Saya pun penasaran alasan Marlupi Dance Academy berupaya menampilkan unsur kedaerahan pada beberapa pertunjukan tarian baletnya. Bu Marlupi sambil menyendok rujak juhinya pun berkisah. Tarian balet adalah tarian yang populer. Hampir di setiap negara memiliki sekolah dan penari balet. Namun cerita yang ditampilkan umumnya terbatas, seperti dongeng-dongeng Eropa. Oleh karenanya Beliau dan Fifi ingin mengangkat dan memperkenalkan budaya Indonesia melalui pertunjukan yang dihelat di dalam negeri maupun ketika mengikuti atau diundang tampil di festival-festival di luar negeri.
Ide Bu Marlupi dan putrinya menambahkan unsur kedaerahan pada pertunjukan balet sudah terlaksana sejak bertahun-tahun silam. Puterinya yang pernah mencicipi pendidikan balet di Royal Academy of Dance, London, berkontribusi besar pada gagasan dan koreografinya, sementara ia memberikan saran-saran untuk menyempurnakannya.
Saya masih melatih balet hingga kini, tapi untuk urusan pertunjukan dari awal hingga hari H saya sudah estafetkan ke putri saya, ujar Bu Marlupi panjang lebar.
Fifi ingin meneruskan cita-cita Ibunya untuk mengenalkan budaya Indonesia dengan cara yang ia kuasai. Bu Marlupi pernah mementaskan tari balet tentang Rara Mendut pada tahun 1970-an. Pertunjukan tersebut membuat Kepala Dinas P&K Surabaya saat itu merasa kagum.
Fifi berhasil menuangkan idenya balet rasa nusantara dalam pertunjukan Rhythm of Bali, yang memadukan unsur utama dalam tarian Bali dan gaya menari balet. Ia pernah mementaskannya di Hongkong dan mendapat apresiasi tinggi dari penonton.
Disusul kemudian pertunjukan tentang perajin kain tenun yang dipentaskan di Denmark pada tahun 2015 yang juga sukses.Selanjutnya Tari Lir Ilir dengan lagu pengiring Lir Ilir yang populer.
Nah dalam pertunjukan perayaan HUT ke-60 ini selain tarian si Kabayan juga akan tampil para penari dari Amerika Serikat, Peru, dan Polandia. Mereka akan menampilkan masing-masing satu pertunjukan. Untuk judul dan penarinya Bu Marlupi masih merahasiakan. Tunggu saja! tukasnya sambil tersenyum.
Pertunjukan pada 19 Juni mendatang memang bukan sekedar perayaan menandai usia ke-60. Ada misi pertukaran budaya. Para penari tamu tersebut juga akan diajak tur ke tempat-tempat bersejarah dan cagar budaya di Surabaya. “Mereka yang meminta dan mereka memang suka akan hal-hal terkait budaya.”
Sekilas Tentang Marlupi Dance Academy
Marlupi Dance Academy didirikan pada tahun 1956 dengan menggunakan bangunan sederhana di Bon Becak Simolawang sebagai tempat Marlupi melatih anak-anak didiknya. Saat itu ia ingin menularkan kemampuannya menari balet dengan teknik yang benar kepada warga Surabaya.
Ia sendiri belajar menari balet pada seorang keturunan Belanda, Mevrow Zaller. Saat itu tidak ada warga lokal yang belajar menari balet, hanya orang kulit putih dan keturunan Belanda. Tapi Marlupi yang sudah jatuh cinta pada tarian tersebut pun bersikeras untuk diterima menjadi murid. Ia rela bersepeda kiloan meter untuk menuju lokasi kursus menari balet. Oleh karena ia berbakat dan disiplin, dalam setahun ia sudah mahir menguasai teknik menari balet.
Tak terasa sudah 60 tahun Marlupi Dance Academy berdiri. Studio ini telah menghasilkan ribuan penari balet di Surabaya dan Jakarta. Sudah ada tiga generasi penari balet di keluarga Marlupi, dimana generasi ketiga di tangan Claresta Alim, cucunya, yang menjadi penari balet profesional di Arts Ballet Theatre, Florida.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H