Limbah Kopi pun Bisa Jadi Bahan Bakar dan Pupuk Organik
Ada banyak hal menarik yang bisa dilihat dari Pabrik Nescafe di Lampung. Yang paling mengesankan adalah proses pengolahan limbahnya. Lokasi pabrik Nescafe di bagian belakang berhadapan dengan laut. Dari gedung teratas saya melihat laut yang jernih dengan pantai yang putih, tidak nampak limbah cair kotor.
Limbah yang merupakan sisa produksi terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada tahapan awal produksi digunakan sebagai tambahan bahan bakar boiler. Sedangkan limbah kopi yang cair setelah difermentasi menjadi pupuk organik. Limbah kopi cair ini dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Sedangkan limbah yang telah berubah menjadi air jernih dialirkan untuk menyirami tanaman, sehingga tidak ada limbah cair yang dibuang ke lautan.
Â
Â
Â
Â
Antara Nescafe, Industri Hijau dan Creating Share Value
Nestle Indonesia merupakan industri yang telah masuk tahap sustain dan matang. Dalam piramida keeksisan sebuah industri, Nestle Indonesia telah berada dalam puncak piramida sehingga tidak lagi melakukan CSR (corporate social responsibilities), tapi naik kelas dengan melakukan creating share value (CSV).
Apa beda CSR dan CSV? CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekelilingnya. Perusahaan yang melakukan CSR umumnya masih berfokus pada kepatuhan (compliance). Jika sudah patuh pada aturan seperti kode etik, aturan dan standar, maka perusahaan akan sustain dan eksis. Saat perusahaan sudah berumur panjang, maka perusahaan naik ke standar yang lebih tinggi yaitu mengajak sekelilingnya untuk tumbuh bersama, sesuai dengan makna CSV yaitu menciptakan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan di sepanjang mata rantai Nestle.