Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nina Nugroho Solution#akuberdaya: Sekolah Perempuan Wadahi Perempuan Agar Mampu Jaga Sikap di Ruang Medsos

30 November 2021   15:30 Diperbarui: 30 November 2021   15:47 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Perempuan menyediakan ruang bagi perempuan untuk dapat bertransformasi (dok.AMAN) 


Keberdayaan seorang  perempuan  tidak terlepas dari kepercayaan dirinya yang terbangun dengan baik. Bahkan dari sebuah kepercayaan diri yang penuh, tidak saja memaksimalkan peran perempuan didalam keluarganya, melainkan juga memberinya ruang untuk bermanfaat di  ranah public.

Perempuan identik sebagai makhluk pemalu,  hal ini lantaran  dia tak  berani menyampaikan buah pemikirannya secara langsung.

Bahkan apabila dirinya dihadapkan pada sebuah pertanyaan sulit,  ekspressi diamnya terkadang diartikan  sebagai bentuk persetujuan dari dirinya.

Dwi Rubiyanti Kholifah, aktivis perempuan  sekaligus Sekretaris Jendral Asian Muslim Action Network (AMAN) mengatakan  saat ini krisis kepercayaan diri masih terjadi  di kalangan  perempuan. Bicara mengenai krisis kepercayaan tidak terlepas dari factor kemiskinan, literasi dan bermacam kondisi yang menekannya tidak bisa berekspresi.

“Ngomong aja susah, bahkan ngomong sama suami yang keluar hanya air mata, saking nggak bisa menata kata-kata. Kalau hal ini terus dibiarkan, yang rugi dirinya sendiri,” ungkap Dwi Rubiyanti Kholifah saat hadir menjadi narasumber di program acara Nina Nugroho  (NN) Solution dan kampanye gerakan  #akuberdaya  episode 105 bertajuk ‘Perempuan Penjaga Perdamaian’,  baru-baru ini.
 
Nina Nugroho Solution merupakan program corporate social responsibility dari PT Nina Nugroho Internasional yang bertujuan memberikan asupan informasi kepada para wanita dengan multi peran yang merupakan konsumen busana kantor Muslimah rancangan Nina Nugroho.

Diselenggarakan setiap Jumat sore melalui akun Instagram @ninanugrohostore  dengan mengundang para pakar dari berbagai bidang.

‘’Nina Nugroho Solution ingin menjadi ajang berkumpul bagi para wanita berdaya yang memiliki bermacam karya dan prestasi di bidangnya masing-masing,’’ urai Nina Nugroho.

Terkait keberdayaan, Ruby kembali menekankan keberadaan AMAN adalah untuk membantu para perempuan terutama di kalangan akar rumput  agar memiliki kemampuan    menyampaikan apa yang  dia pikirkan, rasakan dan  percaya diri  untuk berbicara.

Sekolah Perempuan menyediakan ruang bagi perempuan untuk dapat bertransformasi (dok.AMAN) 
Sekolah Perempuan menyediakan ruang bagi perempuan untuk dapat bertransformasi (dok.AMAN) 


“Bahwa perempuan dan laki-laki  memang berbeda secara fisik emosional dan sebagainya tetapi bukan untuk dibedakan. Nah, kemampuan yang diberikan Tuhan setara ini seharusnya bisa dijaga dan ditumbuhkan untuk kepentingan  keluarga dan untuk kepentingan masyarakat. Namun kenyataannya  ini kan masih timpang. Nggak semua perempuan bisa mengekspresikan itu dan belum bisa menata leadershipnya dengan baik. Karena kadang-kadang  masih takut sama suami.

Menurut pandangan Ruby, belum independent, begitulah gambaran  kebanyakan perempuan saat ini. Dia  berharap ke depannya perempuan Indonesia memiliki  jati diri yang dilahirkan menjadi orang yang terbuka dan mandiri.

Terlebih, katanya  lagi  Indonesia sebagai sebuah  negara yang pluralis dan multicultural, menuntut kaum perempuan dapat berperan dalam menjaga perdamaian di lingkungan terkecilnya.

Upaya perdamaian ini dinilai penting mengingat tantangan  belakangan ini banyak suara perpecahan  yang diresonansi oleh masyarakat sendiri.

Dikatakan Ruby, sejatinya perbedaan tersebut cukup terjadi di medsos saja agar satu sama lain tidak punya prejudice atau stigma  buruk.

“Awalnya memang dimulai dari keluarga dan kemudian beranjak ke ranah public. Kami hadir disini untuk  menyakinkan bahwa perempuan bisa melakukan upaya-upaya merawat perdamaian,” papar Ruby, begitu wanita ini akrab disapa.

Terkait kiprahnya di AMAN, menurut Ruby dirinya bergabung sejak 2005. AMAN  merupakan sebuah jaringan  muslim di Asia yang basenya di Bangkok yang memfokuskan pada isu perempuan dan perdamaian. Di tahun 2007, Ruby berinisiatif membangun di Indonesia karena tertarik pada  spirit  yang diusung.

Dalam sesi obrolan selama 1 jam itu, Nina Nugroho  tergelitik mengupas sejauh mana upaya Ruby dan organisasi yang dipimpinnya dalam mendorong para perempuan  untuk  mewujudkan perdamaian.

“Kami melalui penguatan di keluarga,   perempuan harus ditempatkan di garda depan. Kami membangun jati diri perempuan melalui sekolah perempuan perdamaian.  Melalui program ini, perempuan akan ditempat leadershipnya. Mengapa leadershipnya, karena skill inilah yang bisa mengangkat perempuan dari privat atau di rumah ke ruang public,”  lanjut wanita yang namanya masuk dalam daftar 100 perempuan dunia berprestasi versi BBC tahun 2012

Leadership sendiri,  ekspresinya  bermacam-macam. Bisa dalam bentuk seni, politik, maupun sosial. Ruang-ruang itu tersedia di masyarakat kita dan  yang dibutuhkan adalah bagaimana  menyiapkan para  perempuan ini agar bisa accepted di tingkat masyarakat. Sehingga  perempuan dapat  berkompetisi secara equal dengan laki-laki yang biasanya dominan di level ini (level public).

Di Sekolah Perempuan, para perempuan  ditempa dengan berbagai macam skill untuk  bisa menjadi leader. Modul pembelajarannya  dibuat secara sederhana  telah  diuji coba selama 3 tahun. Melalui modul ini ada 4 hal yang ingin dicapai, antara lain:

1.  Menyiapkan individu yang siap bertransformasi.
Yaitu dari orang yang tidak care pada tetangganya menjadi care, dari  yang biasanya menggosip jadi orang yang bertanggung  jawab dan hati-hati  terhadap  lidah atau  jempolnya  agar tidak sembarangan posting konten. Semuanya dilakukan  dengan mengedepakan  perspekstif gender dan memperkuat perpektif perdamaian.  

Seorang perempuan sedang mengikuti permainan pengenalan diri (dok.AMAN) 
Seorang perempuan sedang mengikuti permainan pengenalan diri (dok.AMAN) 


2.  Mengajari perempuan  tentang resolusi konflik.
Ini merupakan sebuah basic skill yang harus dimiliki masyarakat, kenapa? Karena kita dengan tetangga sering kadang  tidak bertegur sapa.  

3. Menjadikan perempuan  sebagai  mediator yang baik apabila ada perseteruan dalam kelompok masyarakat.  

4. Mengajak perempuan untuk memahami HAM
Dengan memiliki pemahamana tentang administrasi Indonesia, diharapkan  perempuan  berani untuk bersuara. Misal, tidak  dapat BPJS atau kartu Indonesia pintar, perempuan-perempuan  ini  tidak hanya diam tapi harus berusaha dan dia tahu kemana harus pergi.

“Dalam hal ini kita harus  bedakan antara kritik dan kebencian. Mengapa, kritik harus tetap hidup karena kita negara demokrasi . Tetapi kebencian itu berbeda . Kalau kritik sifatnya membangun, sedangkan  kebencian sengaja membuat sesuatu ini menjadi buruk, hancur, ada niat tidak baik di sana.  Memang bedanya tipis.  Tapi saya yakin perempuan Indonesia bisa membedakan. Untuk itu kami dorong  mereka untuk  membangun ruang-ruang perjumpaan dimana perempuan lintas iman dan budaya itu bisa bertemu dan saling menguatkan menjaga Indonesia kita. Saat ini ada 11 provinsi dan ada di 42 komunitas sudah ribuan perempuan yang  terlibat di dalam program ini,” pungkas Ruby .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun