Menurut pandangan Ruby, belum independent, begitulah gambaran kebanyakan perempuan saat ini. Dia berharap ke depannya perempuan Indonesia memiliki jati diri yang dilahirkan menjadi orang yang terbuka dan mandiri.
Terlebih, katanya lagi Indonesia sebagai sebuah negara yang pluralis dan multicultural, menuntut kaum perempuan dapat berperan dalam menjaga perdamaian di lingkungan terkecilnya.
Upaya perdamaian ini dinilai penting mengingat tantangan belakangan ini banyak suara perpecahan yang diresonansi oleh masyarakat sendiri.
Dikatakan Ruby, sejatinya perbedaan tersebut cukup terjadi di medsos saja agar satu sama lain tidak punya prejudice atau stigma buruk.
“Awalnya memang dimulai dari keluarga dan kemudian beranjak ke ranah public. Kami hadir disini untuk menyakinkan bahwa perempuan bisa melakukan upaya-upaya merawat perdamaian,” papar Ruby, begitu wanita ini akrab disapa.
Terkait kiprahnya di AMAN, menurut Ruby dirinya bergabung sejak 2005. AMAN merupakan sebuah jaringan muslim di Asia yang basenya di Bangkok yang memfokuskan pada isu perempuan dan perdamaian. Di tahun 2007, Ruby berinisiatif membangun di Indonesia karena tertarik pada spirit yang diusung.
Dalam sesi obrolan selama 1 jam itu, Nina Nugroho tergelitik mengupas sejauh mana upaya Ruby dan organisasi yang dipimpinnya dalam mendorong para perempuan untuk mewujudkan perdamaian.
“Kami melalui penguatan di keluarga, perempuan harus ditempatkan di garda depan. Kami membangun jati diri perempuan melalui sekolah perempuan perdamaian. Melalui program ini, perempuan akan ditempat leadershipnya. Mengapa leadershipnya, karena skill inilah yang bisa mengangkat perempuan dari privat atau di rumah ke ruang public,” lanjut wanita yang namanya masuk dalam daftar 100 perempuan dunia berprestasi versi BBC tahun 2012
Leadership sendiri, ekspresinya bermacam-macam. Bisa dalam bentuk seni, politik, maupun sosial. Ruang-ruang itu tersedia di masyarakat kita dan yang dibutuhkan adalah bagaimana menyiapkan para perempuan ini agar bisa accepted di tingkat masyarakat. Sehingga perempuan dapat berkompetisi secara equal dengan laki-laki yang biasanya dominan di level ini (level public).
Di Sekolah Perempuan, para perempuan ditempa dengan berbagai macam skill untuk bisa menjadi leader. Modul pembelajarannya dibuat secara sederhana telah diuji coba selama 3 tahun. Melalui modul ini ada 4 hal yang ingin dicapai, antara lain:
1. Menyiapkan individu yang siap bertransformasi.
Yaitu dari orang yang tidak care pada tetangganya menjadi care, dari yang biasanya menggosip jadi orang yang bertanggung jawab dan hati-hati terhadap lidah atau jempolnya agar tidak sembarangan posting konten. Semuanya dilakukan dengan mengedepakan perspekstif gender dan memperkuat perpektif perdamaian.