Mohon tunggu...
Dewi Syafrie
Dewi Syafrie Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Menulis adalah sebuah kesenangan, sekaligus melatih raga dan mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nina Nugroho Solution#akuberdaya: Sekolah Perempuan Wadahi Perempuan Agar Mampu Jaga Sikap di Ruang Medsos

30 November 2021   15:30 Diperbarui: 30 November 2021   15:47 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dwi Rubiyanti  Kholifah  (bawah) saat menjadi narasumber di IG Live Nina Nugroho Solution #akuberdaya mengangkat tema 'Perempuan Penjaga Perdamaian' (

Menurut pandangan Ruby, belum independent, begitulah gambaran  kebanyakan perempuan saat ini. Dia  berharap ke depannya perempuan Indonesia memiliki  jati diri yang dilahirkan menjadi orang yang terbuka dan mandiri.

Terlebih, katanya  lagi  Indonesia sebagai sebuah  negara yang pluralis dan multicultural, menuntut kaum perempuan dapat berperan dalam menjaga perdamaian di lingkungan terkecilnya.

Upaya perdamaian ini dinilai penting mengingat tantangan  belakangan ini banyak suara perpecahan  yang diresonansi oleh masyarakat sendiri.

Dikatakan Ruby, sejatinya perbedaan tersebut cukup terjadi di medsos saja agar satu sama lain tidak punya prejudice atau stigma  buruk.

“Awalnya memang dimulai dari keluarga dan kemudian beranjak ke ranah public. Kami hadir disini untuk  menyakinkan bahwa perempuan bisa melakukan upaya-upaya merawat perdamaian,” papar Ruby, begitu wanita ini akrab disapa.

Terkait kiprahnya di AMAN, menurut Ruby dirinya bergabung sejak 2005. AMAN  merupakan sebuah jaringan  muslim di Asia yang basenya di Bangkok yang memfokuskan pada isu perempuan dan perdamaian. Di tahun 2007, Ruby berinisiatif membangun di Indonesia karena tertarik pada  spirit  yang diusung.

Dalam sesi obrolan selama 1 jam itu, Nina Nugroho  tergelitik mengupas sejauh mana upaya Ruby dan organisasi yang dipimpinnya dalam mendorong para perempuan  untuk  mewujudkan perdamaian.

“Kami melalui penguatan di keluarga,   perempuan harus ditempatkan di garda depan. Kami membangun jati diri perempuan melalui sekolah perempuan perdamaian.  Melalui program ini, perempuan akan ditempat leadershipnya. Mengapa leadershipnya, karena skill inilah yang bisa mengangkat perempuan dari privat atau di rumah ke ruang public,”  lanjut wanita yang namanya masuk dalam daftar 100 perempuan dunia berprestasi versi BBC tahun 2012

Leadership sendiri,  ekspresinya  bermacam-macam. Bisa dalam bentuk seni, politik, maupun sosial. Ruang-ruang itu tersedia di masyarakat kita dan  yang dibutuhkan adalah bagaimana  menyiapkan para  perempuan ini agar bisa accepted di tingkat masyarakat. Sehingga  perempuan dapat  berkompetisi secara equal dengan laki-laki yang biasanya dominan di level ini (level public).

Di Sekolah Perempuan, para perempuan  ditempa dengan berbagai macam skill untuk  bisa menjadi leader. Modul pembelajarannya  dibuat secara sederhana  telah  diuji coba selama 3 tahun. Melalui modul ini ada 4 hal yang ingin dicapai, antara lain:

1.  Menyiapkan individu yang siap bertransformasi.
Yaitu dari orang yang tidak care pada tetangganya menjadi care, dari  yang biasanya menggosip jadi orang yang bertanggung  jawab dan hati-hati  terhadap  lidah atau  jempolnya  agar tidak sembarangan posting konten. Semuanya dilakukan  dengan mengedepakan  perspekstif gender dan memperkuat perpektif perdamaian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun