Mohon tunggu...
Dewi Marwah
Dewi Marwah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru, mengajar di PAUD Kasih Ibu Ternate, Hobby saya travelling, Motivasi hidup dari saya: Apapun yang kamu lakukan, jangan pernah menyerah untuk mendapatkannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal Angka melalui Media Kantong Bilangan

15 Desember 2022   02:13 Diperbarui: 15 Desember 2022   12:41 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM MENGENAL ANGKA MELALUI MEDIA  KANTONG BILANGAN PADA KELOMPOK B USIA 5-6 TAHUN DI PAUD KASIH IBU TERNATE


BAB I

PENDAHULUAN 

Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan masa emas untuk memupuk dan mengembangkan berbagai potensi intelektual anak. Pendidikan anak usia dini selalu dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis untuk mencetak generasi manusia yang baik dan tangguh. Tahun-tahun awal merupakan masa yang sangat baik ketika anak siap menerima, mengikuti, melihat dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, didengar dan diperlihatkan (Harun Rasyid et al., 2009:152-153). Oleh karena itu, anak usia dini harus diberikan rangsangan dan aktivitas yang membantu mengembangkan dan mengoptimalkan potensinya.

Pendidikan anak usia dini merupakan solusi terbaik bagi anak untuk menggali dan mengembangkan potensi dirinya (Jamal Ma'mur Asmani, 2010: 40). Melalui pendidikan anak usia dini, anak dapat mempelajari berbagai hal dalam kegiatan yang dilakukannya. Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini.

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini lebih bertumpu pada pertumbuhan dan perkembangan anak melalui perkembangan nilai moral dan agama, sosial-emosional, bahasa, kognitif, gerak fisik dan perkembangan seni.

Kegiatan belajar anak PAUD berlangsung dalam situasi yang menyeluruh dan berkaitan erat dengan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Pada prinsipnya, materi yang dianggap sesuai untuk anak PAUD harus sederhana, spesifik, sesuai dengan dunia kehidupan anak, relevan dengan situasi yang dialami langsung, menarik, penuh warna, merangsang rasa ingin tahu, bermanfaat dan relevan dengan aktivitas bermain.

Selain itu, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan anak PAUD terutama berfokus pada belajar melalui bermain atau belajar melalui bermain, anak dapat mengeksplorasi berbagai hal yang diminatinya dan mewujudkan berbagai potensi dirinya melalui bermain. Badru Zaman (2007) menyatakan bahwa bermain secara alami merangsang anak untuk memahami sesuatu lebih dalam dan mengembangkan kemampuannya secara spontan. Selain itu, permainan merupakan media penting yang dibutuhkan untuk mengembangkan daya pikir anak. Oleh karena itu diperlukan kondisi dan rangsangan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat tercapai secara optimal.

Sujiono (2006) menyatakan bahwa teori perkembangan kognitif mengkaji aktivitas bermain dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual. Kognisi adalah proses berpikir, kemampuan individu untuk menghubungkan, mengevaluasi, dan mempertimbangkan satu atau lebih peristiwa.

Guru pendidikan anak usia dini berperan dalam menumbuhkan inisiatif, dorongan, dan tanggung jawab untuk pembelajaran peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan merangsang terbentuknya keseimbangan antara pengetahuan, proses, dan perilaku. Bagaimana ketiga unsur ini dikembangkan secara seimbang akan bergantung pada kemampuan guru untuk mengembangkan program pembelajaran yang mempraktikkannya secara konsisten dan berpusat pada anak. Salah satu caranya adalah dengan secara tidak langsung membangkitkan minat anak dengan menggunakan permainan Kantong Bilangan yang dikemas/dibuat semenarik mungkin sehingga menarik perhatian anak.

Media pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas tinggi. Media yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini banyak diabaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang diterima anak. Soegeng Santoso (Kartini & Husni, 2005:62) menyatakan bahwa mengenal angka merupakan tahap awal dalam berhitung. Maka dari itu kita bisa memahami pula bahwa media yang digunakan haruslah mampu membawa anak ke dalam dunia mereka. Dunia anak adalah dunia bebas dan murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi, bermain, dan belajar.

Conny (2008) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak pada umur ini menunjukan bahwa ia berada pada taraf pra operasional sampai operasi konkret. Ciri-ciri pada tahap perkembangan yang ditandai oleh childhood education, adalah perkembangan bahasa dan kemampuan berpikir memecahkan persoalan dengan menggunakan konsep bilangan tertentu. Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak di masa yang akan datang. Burns dalam bukunya Math Solution dan Barrata Lorton dalam bukunya Mart teir Way keduanya mendasarkan pada teori Jean Piaget yang menunjukan bagaimana konsep matematika terbentuk pada anak.

Untuk memahami tentang arti angka anak-anak seharusnya dibiasakan berlatih berhitung terlebih dahulu. Dan hal ini memang agak sulit mengajarkan anak berhitung, tetapi dengan latihan dari orang dewasa anak akan terbiasa dengan angka-angka. Guru biasanya menggambarkan mengelompokkan benda berdasarkan jenisnya. Misalnya binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Bagaimana cara guru menunjukkan angka dua? Untuk memahami angka dua ayam dan dua kambing. Maka anak diminta untuk memisahkan kedua binatang tersebut (ayam, kambing) sesuai dengan jenisnya dan kemudian menghitungnya.

Walaupun kegiatan bermain ini dapat dilakukan tanpa menggunakan alat permainan tetapi hampir semua kegiatan bermain justru menggunakan alat permainan. Alat permainan yang digunakan ada yang dibuat khusus untuk kegiatan bermain. Kantong Bilangan bisa disebut alat sebagai penunjang pembelajaran. Menurut Dwi Yuniarto (2012) Kantong Bilangan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk mempermudah anak dalam memahami materi operasi hitung dalam matematika. Media ini berbentuk segi empat dengan empat kotak yang menempel atau disebut dengan kantong bilangan. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa bermain Kantong Bilangan dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak.

Anak usia PAUD khususnya dikelompok B dituntut untuk mengenal lambang bilangan dari 1 sampai 10. Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru harus kreatif mencari cara yang tepat agar anak tertarik untuk mengikuti dan tidak menyalahi kurikulum yang berlaku. Sudaryanti (2006) menyatakan bahwa langkah mengenalkan lambang bilangan dengan cara berhitung sambil berolahraga, menghitung benda-benda, berhitung di atas sepuluh, berhitung sambil bernyanyi, dan berhitung dengan jari. Kenyataannya anak- anak di kelompok B PAUD Kasih Ibu Ternate pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh presentase dari 6 anak 72% anak masih sulit untuk mengikuti kegiatan mengenal lambang bilangan dari 1 sampai 10 terkesan kurang tertarik dengan kegiatan ini, sehingga sulit untuk mengenal lambang bilangan dari 1 sampai 10 yang diajarkan oleh guru.

Sebelum seorang guru melakukan pembelajaran di dalam dan di luar kelas, guru terlebih dahulu membuat sebuah rencana tentang apa yang akan dicapai, materi apa yang akan disampaikan, perencanaan yang telah dibuat kemudian dilaksanakan di kelas. Dalam pelaksanaan pembelajaran konsep bilangan dalam mengenal lambang bilangan dari 1 sampai 10 menggunakan media Kantong Bilangan.

Guru menjelaskan kepada anak-anak cara memainkannya dengan memasukkan stick es krim ke dalam kantong bilangan sesuai dengan kartu angka yang didapat anak secara acak. Guru menugaskan kepada anak untuk menyebutkan angkanya sambil menunjukkan lambang bilangan dari 1 sampai 10. Untuk pertemuan selanjutnya guru menggunakan teknik permainan/perlombaan mengambil kartu angka secara acak dengan cara berlari dan memasukkan stick es krimnya ke dalam kantong bilangan dan bagi siapa yang memasukkannya lebih dulu, dialah pemenangnya.

Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenai "Kemampuan Mengenal Angka Melalui Media Kantong Bilangan" pada anak kelompok B di PAUD Kasih Ibu Kota Ternate.

Fokus Penelitian

Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas Kelompok B PAUD Kasih Ibu Ternate, maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan Bermain Kantong Bilangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai mengapa :

  • Alasan pendidik melakukan kegiatan Bermain Kantong Bilangan.
  • Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut.
  • Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di Kelompok B PAUD Kasih Ibu Kota Ternate :

  • Melatih penulis melakukan tindakan kelas.
  • Mengembangkan kemampuan guru dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD.

BAB II 

LANDASAN TEORI

 

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dan dunia di sekitarnya Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitif, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum) Fase-fase Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini Menurut Piaget (1972: 49- 91) "Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu       maka perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase pra operasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal.

Fase Sensorimotor (usia 0-2 tahun) Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor. Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, menghisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan benda yang ada di tangannya ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.

Fase Praoperasional (usia 2-7 tahun) Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak Pada fase pra operasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.

Fase ini merupakan rasa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase pra operasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif.

Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2-4 tahun.

Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana.

Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. 

Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk     memahami perspektif atau cara berpikir orang lain, Benar atau tidak  benar, bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri  yang disebut dengan istilah egosentris.

Subfase berpikir secara intuitif terjadi pada usia 4-7 tahun.

Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.

Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun) Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.

Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa) Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD  berada dalam fase praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu: 1. Berpikir Simbolis. Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. 2. Berpikir Egosentris. Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. 3. Berpikir Intuitif. Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.

Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif

Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.

Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.

Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar.

Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya.

Pengertian Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap anak, bahkan dikatakan anak mengisi sebagian besar dari kehidupannya dengan bermain. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2003 : 697) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bermain adalah berbuat sesuatu yang menyenangkan hati (dengan alat tertentu atau tidak). Dengan bermain disebabkan karena adanya sisa kekuatan di dalam dirinya yang sedang berkembang dan tumbuh. Produksi kekuatan dalam diri anak itu melebihi apa yang dibutuhkan lahir dan batin.

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang demi kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai (M Hariwijaya, 2009 : 103). Anak dibawah usia 6 tahun mempunyai masa bermain yang cukup panjang adapaun yang dilakukan anak dapat menimbulkan kesenangan. Bermain adalah dunia main bagi anak usia 5-6 tahun dan menjadi hak pada anak untuk dapat selalu bermain. Sebab masa mereka hanya untuk bermain.

Para ahli mengatakan bahwa tidak mudah mendefinisikan pengertian bermain secara tepat, dalam kehidupan sehari-hari anak membutuhkan pelepasan dari kekangan yang timbul dari lingkungannya. Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan emosinya secara wajar, "bermain" (play) merupakan Istilah yang digunakan secara bebas, sehingga arti utamanya mungkin hilang, arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Menurut Piaget (2010.138) permainan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak mempraktikan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan.

Vigotsky (2010:138) menyatakan bahwa permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif ia tertarik khususnya pada aspek- aspek simbolis dan hayalan suatu permainan, sebagaimana ketika seorang anak menirukan tongkat sebagai kuda dan mengendarai tongkat seolah-olah itu seekor kuda.

Bentuk permainan yang sangat dikenal dari permainan yang konstruktif adalah membuat benda-benda. Pada masa permainan awal-awal konstruktif, anak- anak membuat benda-benda dari tanah, pasir, balok-balok kayu, tanah liat, kertas, lilin dan cat. Maka anak-anak akan mencoba membuat ide-ide yang mereka miliki. Seorang anak mungkin akan membuat menara yang miring, sedangkan anak yang lain membuat jembatan.

Sylva, Bruner dan Paul (1976:155) menyatakan bahwa dalam bermain prosesnya lebih penting dari pada hasil akhirnya, karena tidak terikat dengan tujuan yang ketat Dalam bermain anak dapat mengganti, merubah menambah, dan mencipta sesuatu.

Garvey (2002 110) dalam salah satu tulisannya mengemukakan adanya lima pengertian yang berkaitan dengan bermain yaitu: 

Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak. Bermain tidak mempunyai tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.

Bermain bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak.

Bermain melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.

Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain misalnya kemampuan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, dan lain sebagainya.

 

Permainan Kantong Bilangan

Heruman (2007 : 8) menjelaskan bahwa kantong bilangan adalah kantong atau saku-saku sebagai tempat penyimpanan yang diletakkan pada selembar kain atau papan. Kantong-kantong ini dapat pula menyimbolkan nilai tempat pada suatu bilangan. Dalam penggunaanya, kantong-kantong ini di isi dengan lidi atau sedotan sebagai simbol bilangan. Kantong bilangan ini dirancang untuk memudahkan anak dalam mengenal angka. Menurut Mayasa (2012) kantong bilangan adalah sarana yang berupa tempat kantong atau kotak yang menempel yang digunakan untuk menanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan. Kantong-kantong dalam media ini berperan sebagai wadah bilangan atau angka untuk memudahkan pengoperasian dengan melambangkan nilai tempat dan posisi suatu bilangan dalam perhitungan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditegaskan bahwa media kantong bilangan adalah alat permainan yang berbentuk kantong-kantong untuk menyimpan sekumpulan benda. Benda-benda tersebut permasalahan yang diberikan kepada peserta didik. Pada penelitian ini, kantong bilangan digunakan sebagai alat peraga dalam mengenalkan angka pada anak dengan cara menyimpan.

Keunggulan Media Kantong Bilangan

Media kantong bilangan sebagai suatu media yang konkret memiliki manfaat bagi anak berkesulitan belajar. Manfaat media kantong biangan tidak terlepas dari manfaat media secara umum. Seperti yang dijelaskan oleh Daryanto (2010: 5) bahwa sebuah media berfungsi untuk memperjelas pesan. Dengan menggunakan media kantong bilangan peserta didik dalam mempraktikkan langsung penjumlahan dengan menyimpan sehingga anak paham langkah-langkah sistematis yang harus ditempuh. Lebih lanjut Daryanto menambahkan bahwa media juga dapat mengatasi keterbatasannya dalam berpikir abstrak. Demikian juga media kantong bilangan, media kantong bilangan memberikan gambaran nyata tentang proses penjumlahan dengan menyimpan. Seperti yang disampaikan oleh Mulyono Abdurrahman (2009: 273) bahwa salah satu prinsip pembelajaran matematika adalah mulai dari hal yang konkret. Media kantong bilangan ini sebagai langkah awal dalam mengkonkretkan pengoparasian yang abstrak, sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami oleh anak.

Daryanto (2010 : 5) menyebutkan bahwa suatu media dapat meningkatkan motivasi belajar. Suasana baru dalam pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar pada anak dalam peguasaan materi. Selain itu, penggunan media juga akan menarik perhatian anak sehingga anak akan merasa tertantang dan tertarik mengikuti pembelajaran. Media kantong bilangan juga memberikan suatu wawasan baru bagi anak mengenai pembelajaran angka Biasanya, pembelajaran angka yang hanya diisi dengan simbol-simbol angka, dengan media kantong bilangan ini diubah menjadi benda-benda konkret. Diharapkan dengan penggunaan media kantong bilangan dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Sehingga anak mampu memahami konsep penjumlahan dengan menyimpan dengan lebih cepat.

Keunggulan media kantong bilangan menurut Martianti Narore (2011:117) adalah mengkonkretkan konsep yang dipelajari. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa anak berkesulitan belajar memiliki masalah dalam mencerna hal-hal abstrak, sehingga adanya media dapat menjembatani anak dalam menerima suatu konsep. Kantong bilangan yang merupakan media tiga dimensi mampu memberikan gambaran proses konkret dalam pembelajaran gambaran nyata ini diperoleh yang dilakukan menggunakan kantong-kantong dan sedotan warna-warni yang dijadikan sebagai bentuk konkret dari simbol matematika. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan anak berkesulitan belajar matematika dapat lebih mudah dalam penguasaan konsep.

Menurut Masnipal (2013), cara pembelajaran sesuai dengan perkembangan bahasa awal anak (membaca) dan sesuai dengan perkembangan urutan motorik halus (menulis), dan sesuai urutan perkembangan kemampuan menghitung".

Sistem pendidikan anak usia dini, terdapat lima lingkup perkembangan yaitu Perkembangan nilai moral dan agama Perkembagan fisik meliputi (a) perkembangan motorik kasar, (b) motorik halus, (c) kesehatan. Perkembangan kognitif meliputi (a) pengetahuan umam dan sains, (b) konsep bentuk warna, ukuran dan pola. (c) konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf. Pengembangan bahasa meliputi (a) menerima bahasa, (b) mengbuhungkan bahasa, (c) keaksaraan. Penguasaan konsep bilangan merupakan pembelajaran matematika awal di PAUD, hal ini sangat penting karena berkaitan dengan Peraturan Pemerintah yang mengatakan bahwa dalam tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun terdapat kemampuan kognitif yang harus dikembangkan, meliputi kemampuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran, pola, konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf Dari pernyataan diatas bahwa anak usia 4-5 tahun sudah dapat kemampuan dikenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan.

Masyur dkk (2009) Perkembangan kognitif anak usia dini sejak dari mengklasifikasi, menyebutkan, membedakan dan membilang: benda, warna, ukuran. bobot, jarak dan bentuk adalah sebagai berikut Mengklasifikasikan benda, warna, ukuran, bobot, jarak dan bentuk.

BAB III 

METODELOGI PENELITIAN

 

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak-anak, Kelompok B PAUD Kasih Ibu Ternate dengan jumlah 20 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 10 anak laki-laki.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena dan gejala yang diteliti di lapangan.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. Observasi dalam penelitian dilaksanakan dalam satu kali pertemuan selama dua jam pelajaran yaitu pada hari Senin, 06 September 2021 menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan bermain Kantong Bilangan.

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bisa digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian' laporan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pendidik dan Pimpinan Sekolah untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif anak melalui pembelajaran bermain Kantong Bilangan.

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data atau bukti-bukti serta penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian, dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari dokumen wawancara dan catatan yang ada hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 September 2021 (Siklus I) dan Tanggal 13 September 2021 (Siklus II) di Kelompok B PAUD Kasih Ibu yang berlokasi di Kelurahan Maliaro, Kecamatan Ternate Tengah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil Perbaikan 

Siklus I

Perencanaan

Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (Skenario Siklus I), menyusun RPP Siklus I, Membuat Lembar Pengamatan Perbaikan Pengembangan Kemampuan Peserta Didik. Menyiapkan media yang diperlukan untuk pelaksanaan.

 

Pelaksanaan

Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 06 September 2021 di PAUD Kasih Ibu Ternate. Adapun kegiatan   pelaksanaan sebagai berikut :

Hari senin, tanggal 06 September 2021

Kegiatan awal ( 30 menit)

Anak mengucapkan salam, berdo'a, menyanyi, menonton film mengenal kebutuhanku makanan sehat dan melakukan gerakan bernyanyi sambil bergerak lagu angka 0 sampai 10.

Kegiatan inti ( 60 menit)

Praktek membuat salad buah

Bermain Kantong Bilangan secara bergantian

Mengambil kartu angka secara acak dan memasukkan stick es krim ke dalam kantong bilangan sesuai dengan angka yang didapat anak.

Istirahat ( 30 menit)

Mencuci tangan, berdo'a sebelum dan sesudah makan, bermain diluar/didalam kelas

Kegiatan akhir ( 30 menit)

Anak menyanyi, evaluasi kegiatan hari ini, informasi kegiatan hari esok, berdo'a, salam pulang.

Observasi dan Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi siklus I maka dapat ditampilkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Meningkatkan kemampuan anak mengenal angka melalui media kantong bilangan (Siklus I)

Hari /Tanggal

Senin, 06 September 2021

Perkembangan

Jumlah

%

BSB

BSH

3

10

MB

7

35

BB

11

55

JUMLAH

20

100

Analisis dan Refleksi

Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil refleksi mengenai pelaksanaan pada dasarnya yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan untuk guru adalah proses pembimbingan dan perhatian harus menyeluruh dan perlu trik-trik untuk memotivasi anak dalam kegiatan pembelajaran.

Siklus II

Perencanaan

Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (Skenario Siklus II), menyusun RPP Siklus II, Membuat Lembar Pengamatan Perbaikan Pengembangan Kemampuan Peserta didik. Menyiapkan media yang diperlukan untuk pelaksanaan.

Pelaksanaan

Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 13 September 2021 di PAUD Kasih Ibu Ternate. Adapun kegiatan  pelaksanaan sebagai berikut :

Hari Senin, tanggal 13 September 2021

Kegiatan awal ( 30 menit)

Anak mengucapkan salam, berdo'a, menyanyi, menonton film mengenal kebutuhanku makanan sehat dan melakukan gerakan bernyanyi sambil bergerak lagu angka 0 sampai 10.

Kegiatan inti ( 60 menit)

Praktek membuat salad buah

Bermain Kantong Bilangan secara bergantian

Mengambil kartu angka secara acak dan memasukkan stick es krim ke dalam kantong bilangan sesuai dengan angka yang didapat anak.

Istirahat ( 30 menit)

Mencuci tangan, berdo'a sebelum dan sesudah makan, bermain diluar/didalam kelas

Kegiatan akhir ( 30 menit)

Anak menyanyi, evaluasi kegiatan hari ini, informasi kegiatan hari esok, berdo'a, salam pulang.

Observasi dan Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi siklus II maka dapat ditampilkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Meningkatkan kemampuan anak mengenal angka melalui media kantong bilangan (Siklus II)

Hari /Tanggal

Sabtu, 03 September 2022

Perkembangan

Jumlah

%

BSB

19

95

BSH

1

5

MB

-

-

BB

-

-

JUMLAH

20

100

 

Untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal angka melalui media kantong bilangan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Tabel 4.2 Meningkatkan kemampuan anak mengenal angka  melalui media kantong bilangan (Siklus II)

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat kemampuan anak dalam mengenal angka dengan media kantong bilangan pada siklus II anak yang belum berkembang 0 %, anak yang mulai berkembang 0%, dan anak berkembang sesuai harapan 5% dan anak berkembang sangat baik 95%.

Analisis dan Refleksi

Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil refleksi mengenai pelaksanaan pada dasarnya yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan untuk guru adalah proses pembimbingan perlu memberikan motivasi kepada anak agar lebih teliti, sabar, dan fokus dalam melaksanakan tugas serta guru lebih meningkatkan kreatifitas dalam mengajar yang menyenangkan, kreatif dan  inovatif.

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa dengan media kantong bilangan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal angka 1 sampai 10. Hal tersebut sejalan dengan Dewi Lestari (2014) : 82 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan mengenal angka pada anak dapat ditingkatkan melalui penggunaan media kantong bilangan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Kesimpulan

Hasil penelitian siklus I dan siklus II atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi di Kelompok B PAUD Kasih Ibu, Kecamatan Ternate Tengah dapat disimpulkan bahwa dengan media kantong bilangan, anak dapat meningkatkan kemampuan dalam mengenal angka 1 sampai dengan 10.

Saran

Dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak melalui kegiatan bermain kartu angka, sebaiknya memenuhi jumlah anak sehingga anak dapat bebas berkreasi.

  • Guru dapat menggunakan media kantong bilangan yang unik dan sesuai dengan kesenangan anak.
  • Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham dan belum mengenal angka.
  • Guru dapat membuat permainan yang berhubungan dengan angka-angka.

DAFTAR PUSTAKA

 

Ali Nugraha, A. Sy. Dina Dwiyana. (2012) Dasar-dasar Matematika dan Sains. Tangerang Selatan Universitas Terbuka.

BEF. Montolalu, dkk. 2009. Bermain dan Permainan Anak Jakarta Universitas Terbuka.

Durri Andriani, dkk (2013). Metode Penelitian. Tangerang-Indonesia Universitas Terbuka.

Tim PG PAUD Universitas Terbuka (2010). Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2009), Metode Pengembangan Kognitif Jakarta

 Universitas Terbuka.

Conny R. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan sekolah Dasar. PT Indeks. Jakarta.

Dewi Lestari. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Kegiatan Bermain Kartu Angka pada Anak Kelompok A di TK ABA Jimbung I Kalikotes Klaten. Skripsi, tidak dipublikasikan.Universitas Negeri Yogyakarta.

Elis Misyati. (2013). Peningkatan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Bermain Kartu Angka Bergambar Anak Kelompok A1 Tk Masjid Syuhada Yogyakarta. Skripsi, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Kamtini & Husni Wardi Tanjung. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak- kanak dan Sekolah Dasar.

Nopaliasasri.(2016).Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan melalui Permainan Kartu Angka di PAUD Teratai Bandar Lampung. Skripsi,tidak dipublikasikan. Universitas Lampung.

Nurani Yuliani Sujiono dkk. (2006). Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka, Jakarta.

Sudaryanti. (2006). Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta:FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Yusianti. (2016). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui Bermain Kartu Angka Bergambar pada Anak Usia TK. Jurnal PendidikanAUD. Universitas Negeri Yogyakarta.

Zaman Badru, et. All. (2007). Media dan Sumber Belajar TK. Universitas Terbuka.

Titik Haryani. (2012). Penggunaan Media Kantong Bilangan Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Di Kelas II Sekolah Dasae Negeri 02 Nangka Man.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun