Bahkan, sebagian orang merasa air terlalu cepat surut, karena mereka belum sempat memanfaatkan untuk membersihkan rumah. Sungguh ironi, karena sebelumnya kami sangat mengharapkan agar air segera surut.
Semua orang sibuk membersihkan rumah, menjemur, mengumpulkan sampah dari rumah masing-masing. Selepas shalat Jumat, barulah air benar-benar surut dan jalan sudah bisa dilalui kendaraan bermotor. Itulah saat ketika saya mulai berbelanja dan membeli berbagai keperluan.
Senang melihat semua orang sibuk beraktivitas, selain mereka yang membersihkan rumah, ada pula yang mencari ikan di genangan-genangan dan selokan, ada yang mengutak-atik motornya yang kemasukan air, ada yang membuka usaha parkir di tanggul-tanggul. Sebagian besar menuju ke pasar atau toko waralaba, mencari dorongan atau garukan air, membeli sayur, dan berbagai keperluan lainnya.
Malam ini, mereka duduk-duduk di luar, saling bercerita dan sesekali tertawa. Mereka duduk-duduk di pinggir jalan, jalan yang kemarin dan tadi pagi baru saja terendam air.
Di balik petaka selalu ada hikmah, seperti mendekatkan tetangga yang selama ini sibuk sendiri-sendiri; berbagi kenikmatan kecil, seperti bakwan dan beberapa bungkus mi instan; serta membagikan sedikit informasi yang memberikan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H