Siang itu, saya pun mencoba mengetahui kondisi dengan berjalan-jalan dalam genangan. Rupanya, tak jauh di belakang rumah kondisinya kering. Tidak ada genangan, tetapi makin ke sana ada lagi, kemudian kering, dan begitu berselang-seling.
Sambil berjalan, saya juga mencari toko yang buka untuk membeli telur sebagai persiapan jika air makin naik. Akhirnya, di dekat pasar ada toko telur langganan yang buka.
"Baru datang ini, Om, masih untung mau nganter orangnya." Cerita pemilik toko kepada saya. Sekilo telur saya tebus seharga 27 ribu dan saya pun melanjutkan perjalanan.
Sampai di rumah, tak banyak perubahan, akhirnya cuaca yang sendu itu membawa kantuk dan saya pun tertidur.
Saat terbangun, tidak sabar saya lihat lagi ke garasi. Ah... rupanya air sudah makin naik. Sore itu, jaraknya sudah sekitar satu meter dari pintu. Di telepon genggam, informasi dari kawan-kawan melalui grup-grup Whatsapp mulai mengabarkan mengenai kebutuhan evakuasi di berbagai lokasi karena sudah ada yang terjebak banjir.
Diam-diam saya pun mulai gentar.
Intensitas melihat kondisi air pun makin sering. Ternyata air makin naik hingga mendekati batas keramik, atau tinggal setengah meter dari pintu.
Saat itu cuaca terang, tetapi seorang kawan mengabarkan bahwa di Katulampa sudah Siaga 1. Dia bilang sekitar Pukul 19.00 atau 20.00 banjir kiriman akan sampai Jakarta.
Saya pun segera melakukan berbagai persiapan yang sebenarnya sudah terhitung terlambat. Saya menyiapkan satu tas berisi pakaian dan obat-obatan dan meminta istri melakukan hal yang sama. Maksud saya tas punggung, tapi dia siapkan duffle bag yang agak besar. Bagaimana bawanya, batin saya.
Kemudian kami juga menyiapkan lilin dan senter. Setelah itu, kami sibuk menaikkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi saling bertumpuk. Kasur kami taruh di atas container, kabinet-kabinet pakaian kami tarik lacinya yang paling bawah keluar. Dokumen penting disatukan dan dimasukkan ke dalam plastik. Komputer jinjing diamankan di kamar atas yang kebetulan bocor.
"Kalau air masuk kita mengungsi ya." Kata saya pada istri.